Mohon tunggu...
Andi Asri
Andi Asri Mohon Tunggu... -

Sebagai dosen pada FKM UVRI Makassar dan juga peneliti pada lembaga swadaya kesehatan masyarakat. Tercatat sebagai pengurus IKA FKM UNHAS. Dilahirkan di Tanahberu Bulukumba tahun 1968. Saat ini konsen untuk meneliti tanaman obat dalam persfektif alternatif solusi kesehatan pada masyarakat untuk pencegahan penyakit

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Perilaku Anak Autis

3 November 2012   05:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:02 3042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu dalam tiga domain (ranah/kawasan) meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan-batasan yang jelas dan tegas. Ketiga kawasan tersebut adalahpengetahuan, sikap dan tindakan.

Penelitian Rogers (1974) mengunggungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahlu terhadap stimulus (objek); interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut; evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi; trial (coba-coba) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus; adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Lawrence W. Green mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga factor,yakni :(1). faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam sikap,kepercayaan,keyakinan,nilai-nilai dan sebagainya; (2). faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam sumber daya yang ada maupun kemampuan seseorang untuk berperilaku sehat; (3). faktor pendorong (reinforcing Factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas, tokoh komunitas, keluarga dan sebagainya (Notoatmodjo,2005).

Banyak perilaku yang secara otomatis dipicu oleh peristiwa-peristiwa lingkungan, disebut sebagai anteseden yang terjadi secara alamiah (naturally occurring antecedents). Sebaliknya banyak perilaku kesehatan yang penting tidak memiliki anteseden-anteseden alamiah. Sementara itu, konsekuensi adalah peristiwa lingkungan yang mengikuti sebuah perilaku dalam konteks menguatkan, melemahkan atau menghentikan suatu perilaku (Graeff & Elder, 1996).

Analisis perilaku merupakan studi tentang peristiwa yang ada dalam masyarakat, terutama yang berkaitan dengan perilaku atau kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat. Analisis perilaku merupakan metode sistematis untuk mengamati dan menjabarkan perilaku yang dianggap penting dan mengidentifikasikan perilaku yang sulit dan mudah diubah. Analisis ini juga dapat digunakan untuk memperkuat atau memelihara perilaku yang sudah positif. (Notoatmodjo, 2005).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam analisis perilaku, yaitu:faktor lingkungan yang merangsang munculnya perilaku tertentu, ciri-ciri atau kerumitan perilaku dan sifat kejadian yang mendahului perilaku serta akibatnya. Analisis perilaku juga dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat perubahan perilaku seperti: rendahnya pengetahuan dan keterampilan sasaran; informasi yang tidak lengkap dan sulit dipahami; tidak menunjukkan manfaat yang nyata dari perubahan perilaku; perilaku yang ditawarkan bertentangan dengan manfaat yang dirasakan serta akibat yang tidak menyenangkan dari perilaku.(Notoatmodjo, 2005).

Kata autisme saat ini sering kali diperbincangkan , dan angka kejadian anak autisme masih terus meningkat diseluruh dunia. Saat ini sering timbul kekuatiran para orang tua jika anak kita terlambat bicara atau bertingkah laku tidak lazim.

Sering timbul kekuatiran jika anak kita terlambat bicara atau bertingkah laku tidak lazim. Kata autisme saat ini sering kali diperbincangkan angka kejadian di seluruh dunia terus meningkat. Banyak penyandang autisme terutama yang ringan masih tidak terdeteksi dan bahkan sering mendapatkan diagnosa yang salah , atau bahkan terjadi overdiagnosis hal tersebut tentu saja sangat merugikan anak.

Perkembangan yang luas dan berat, dan mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan tersebut mencakup bidang interaksi sosial , komunikasi , dan perilaku.
Autisme mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun , secara umum gejala paling jelas terlihat antara umur 2–5 tahun.
Pada beberapa kasus aneh gejala terlihat pada masa sekolah.

Berdasarkan penelitian lebih banyak didapatkan pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Beberapa tes untuk mendeteksi dini kecurigaan autisme hanya dapat dilakukan pada bayi berumur 18 bulan ke atas.

Gejala autisme berbeda – beda dalam kuantitas dan kualitas ,penyandang autisme infantil klasik mungkin memperlihatkan gejala dalam derajat yang berat , tetapi kelainan ringan hanya memperlihatkan sebagian gejala saja.
Kesulitan yang timbul, sebagian dari gejala tersebut dapat muncul pada anak normal, hanya dengan intensitas dan kualitas yang berbeda.

1.Gejala – gejala pada autisme mencakup ganggguan pada :
gangguan pada bidang komunikasi verbal dan non verbal

2.Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara

3.Mengeluarkan kata – kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang sering disebut sebagai bahasa planet

4.Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata – kata dalam konteks yang sesuai

5.Bicara tidak digunakan untuk komunikasi

6.Meniru atau membeo , beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian , nada , maupun kata – katanya tanpa mengerti artinya

7.Kadang bicara monoton seperti robot

8.Mimik muka datar Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat gangguan pada bidang interaksi sosial

9.Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
anak mengalami ketulian

10.Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk

11.Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang

12.Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.

13.Bila didekati untuk bermain justru menjauh

14.Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain

15.Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun

16.Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan terhadap orang tuanya gangguan pada bidang perilaku dan bermain seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama berulang – ulang sampai berjam – jam

17.Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh

18.Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil – mobilan terus menerus untuk waktu lama)atau sesuatu yang berputar

19.Terdapat kelekatan dengan benda – benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana- mana

20.Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak

21.Perilaku ritualistik sering terjadi pada anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misal; tidak dapat diam, lari kesana sini, melompat – lompat, berputar – putar, memukul benda berulang – ulang

22.Dapat juga anak terlalu diam
gangguan pada bidang perasaan dan emosi

23.Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang menangis akan di datangi dan dipukulnya

24.Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah – marah tanpa sebab yang nyata

25.Sering mengamuk tidak terkendali ( temper tantrum) , terutama bila tidak mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktifgangguan dalam persepsi sensoris

26.Mencium – cium , menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja

27.Bila mendengar suara keras langsung menutup mata

28.Tidak menyukai rabaan dan pelukan . bila digendong cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan

29.Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu
Para ibu yang memiliki anak autis berdasarkan cirri-ciri tersebut jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anda jika mencurigai adanya satu atau lebih gejala di atas pada anak anda. Tetapi jangan juga cepat – cepat mennyatakan anak anda sebagai penderita autisme.

Diagnosis akhir dan evaluasi keadaan anak sebaiknya ditangani oleh suatu tim dokter yang berpengalaman , terdiri dari ; dokter anak , ahli saraf anak, psikolog, ahli perkembangan anak, psikiater anak, ahli terapi wicara.
Tim tersebut bertanggung jawab dalam menegakan diagnosis dan memberi arahan mengenai kebutuhan unik dari masing – masing anak , termasuk bantuan interaksi sosial, bermain, perilaku dan komunikasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun