Mohon tunggu...
Andi
Andi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Haii! saya Andi Mahasiswa UMM

Data Scientist

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dari Limbah Jadi Berkah, Mahasiswa PMM UMM Kembangkan Pupuk Organik Cair untuk Petani Jeruk Desa Petungsewu

18 Agustus 2024   23:10 Diperbarui: 19 Agustus 2024   00:19 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Petungsewu, Kabupaten Malang, yang terkenal sebagai salah satu sentra pertanian jeruk, kini menjadi saksi bagi sebuah terobosan inovatif yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang saat melaksanakan Program Pengabdian Masyarakat Oleh Mahasiswa (PMM). Masalah kelangkaan pupuk yang sering dihadapi oleh para petani jeruk di desa tersebut mendorong mereka untuk mencari solusi yang tepat dan berkelanjutan. Tidak hanya tentang memenuhi kebutuhan jangka pendek, inovasi ini juga dirancang dengan visi jangka panjang, yakni untuk menciptakan kemandirian bagi para petani.

Salah satu mahasiswa PMM, Andi, berbagi cerita tentang inisiatif yang diambil olehnya dan rekan-rekannya. "Kami melihat betapa sulitnya distribusi pupuk ke tangan para petani. Hal ini tentu menjadi kendala bagi mereka dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk melakukan inovasi dengan membuat pupuk organik cair yang dapat membantu mengatasi permasalahan ini."

Pupuk organik cair yang dihasilkan oleh mahasiswa PMM Kelompok 46 Gelombang 5 ini berbahan dasar limbah air cucian beras yang dicampur dengan tetes tebu dan EM4 (Effective Microorganisms). Proses pembuatannya pun terbilang sederhana namun efektif. Pemanfaatan bahan baku lokal ini bukan hanya mengurangi ketergantungan pada pupuk komersial, tetapi juga meminimalkan limbah rumah tangga yang sering kali dibuang begitu saja. Andi menjelaskan, "Limbah air cucian beras kaya akan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Dengan menambahkan tetes tebu sebagai sumber karbon dan EM4 sebagai starter, kami dapat mempercepat proses fermentasi dan menghasilkan pupuk organik cair yang kaya akan unsur hara."

Selain itu, tetes tebu yang digunakan merupakan produk sampingan dari industri gula, menjadikan inovasi ini semakin bernilai ekonomis karena mampu memanfaatkan bahan yang dianggap limbah. Proses fermentasi pupuk ini membutuhkan waktu beberapa hari, setelah itu pupuk organik cair siap digunakan oleh para petani. Andi menambahkan, "Pupuk ini dapat diaplikasikan langsung ke lahan pertanian dengan cara disemprotkan atau disiramkan. Selain itu, pupuk ini juga dapat digunakan sebagai pupuk daun untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman jeruk."

Sumber Foto : dokumen pribadi
Sumber Foto : dokumen pribadi
Salah satu keunggulan dari pupuk organik cair ini adalah sifatnya yang ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah air cucian beras, mahasiswa PMM turut berkontribusi dalam mengurangi volume limbah yang seringkali dibuang begitu saja. Di sisi lain, pupuk organik ini juga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang dapat merusak struktur tanah dalam jangka panjang. Penggunaan pupuk organik secara terus menerus dapat menjaga kesuburan tanah secara alami, meningkatkan kesehatan tanaman, dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat residu kimia.

Selain ramah lingkungan, pembuatan pupuk organik cair ini juga dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi warga desa. Proses pembuatan pupuk ini dirancang agar dapat dengan mudah diajarkan kepada masyarakat setempat. Dengan memberikan pelatihan kepada warga, mereka diharapkan dapat mandiri dalam memproduksi dan menjual pupuk tersebut. Andi menjelaskan, "Kami melatih perwakilan kelompok tani desa untuk memproduksi pupuk organik cair ini secara mandiri. Mereka dapat menjual pupuk tersebut kepada petani di desa maupun di sekitarnya, sehingga dapat menambah penghasilan mereka." Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga membuka peluang usaha baru yang berkelanjutan di lingkungan desa.

Antusiasme warga desa Petungsewu terhadap inisiatif mahasiswa PMM ini cukup tinggi. Pak Tego, salah seorang petani di desa tersebut, mengungkapkan, "Kami sangat berterima kasih kepada mahasiswa PMM yang telah memperkenalkan pupuk organik cair ini. Sebelumnya, kami sering kesulitan mendapatkan pupuk, tetapi sekarang kami dapat memperolehnya dengan mudah dan harga yang terjangkau." Dukungan dan partisipasi aktif beberapa warga menjadi salah satu faktor keberhasilan program ini. Kesadaran kolektif bahwa solusi masalah pertanian dapat datang dari tangan mereka sendiri telah memperkuat semangat gotong royong di Desa Petungsewu.

Sumber foto : dokumen pribadi
Sumber foto : dokumen pribadi
Tidak hanya bermanfaat bagi para petani, inovasi ini juga memberikan dampak positif bagi lingkungan. Pengurangan penggunaan pupuk kimia sintetis mampu mengurangi dampak pencemaran tanah dan air yang sering menjadi permasalahan di daerah pertanian. Selain itu, pengolahan limbah menjadi produk bernilai tambah juga berkontribusi dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di desa. Dampak positif ini menunjukkan bahwa inovasi yang dilakukan mahasiswa PMM tidak hanya memberikan solusi jangka pendek, tetapi juga mendukung pembangunan berkelanjutan.

Andi menegaskan, "Kami berharap bahwa inisiatif ini dapat menjadi contoh bagi mahasiswa PMM/KKN  lainnya di seluruh Indonesia. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan memberdayakan masyarakat, kami yakin dapat menciptakan solusi yang berkelanjutan bagi permasalahan yang dihadapi oleh warga desa." Melalui kolaborasi yang baik antara mahasiswa, petani, dan warga desa, inovasi ini dapat menjadi model yang diterapkan di daerah lain yang menghadapi masalah serupa.

Mahasiswa PMM Universitas Muhammadiyah Malang di Desa Petungsewu ini menginspirasi banyak pihak. Terutama dalam masa-masa sulit seperti ini, inovasi lokal yang berkelanjutan menjadi kunci dalam menjaga ketahanan pangan dan ekonomi desa. Dengan harapan besar, Andi dan timnya ingin inovasi ini diterapkan di desa-desa lain, memberikan manfaat yang lebih luas bagi para petani di seluruh Indonesia. Inisiatif ini membuktikan bahwa dengan kreativitas dan kerja keras, masalah besar sekalipun dapat diatasi dengan solusi sederhana yang berasal dari potensi lokal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun