Mohon tunggu...
ANDI BAHRODIN
ANDI BAHRODIN Mohon Tunggu... Petani - Urip Migunani tumraping liyane

Aku Orang Desa yang bangga jadi wong ndesa dan akan tetap melestarikan kearifan desa untuk mengabdi kepada Sang Pencipta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pawai Gunungan Buah Tradisi Unik

27 Oktober 2022   12:30 Diperbarui: 27 Oktober 2022   12:34 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Temanggung– Warga RT007 Dusun Karang Wetan, Desa Gambasan, Kecamatan Selopampang, Kab.Temanggung, memiliki tradisi unik dalam Syukuran Desa. Warga membuat gunungan buah yang diarak keliling kampung sebelum menjadi bancaan bersama di masjid dusun setempat. Agenda tahunan yang dilaksanakan Hari Minggu berlangsung cukup meriah.

Pada acara kali ini, warga menyuguhkan gunungan berisi hasil bumi. Ada sayuran, buah-buahan, jajanan, dan uang tunai. Selain itu untuk dijadikan hari budaya ajang syukuran merti dusun, Grebeg Dusun tersebut juga menjadi sarana warga bersilaturahmi.

“Alhamdulillah gunungan buah tahun ini penyelenggaraan yang ketiga,” ujar Yanto, Ketua RT 007.

Dia menyebutkan, total ada 300 kepala keluarga yang berpartisipasi dalam Grebeg Dusun tahun ini. Mereka menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiap RT. Masing-masing kelompok membikin gunungan buah dan melakukan pawai mengelilingi desa.

“Acara tahun ini beda dari tahun sebelumnya. Karena setiap kelompok membawa tempat gunungan buah. Di belakangnya, menyusul masyarakat pawai.

Dari enam kelompok, masing-masing membawa gunungan buah yang tersusun rapi. Hasil bumi itu dirangkai dalam berbagai bentuk yang unik dengan sentuhan kreativitas. Pawai gunungan buah dimulai dari depan Masjid sejak pukul 09.00 WIB, kemudian berjalan menuju ke Makam pepunden Gambasan dan kembali ke masjid yang menjadi lokasi utama.

Setelah gunungan buah tersebut diarak ke sekeliling desa, selanjutnya disuguhkan kepada warga untuk diperebutkan bersama. Saat itu biasanya berlangsung pada malam hari setelah acara pengajian selesai.

“Memang ada sentuhan fisik saat acara berebut gunungan buah berlangsung, karena saling dorong. Namun warga tetap bergembira, karena sudah menjadi tahunan di kampung kami,” pungkas Ihsan yang juga Ketua acara tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun