Saya salah satu mahasiswa di jember yang sedikit miris terhadap pemuda-pemudi masa kini , ahlak sudah bukan menjadi tolak ukur dari seseorang akan tetapi seberapa berkecipungnya pemuda tersebut terhadap trendi masa kini.
Siapa yang salah ketika pemuda sudah tidak ada ketertarikan untuk berperoses di bangku sekolah? Apakah orang tua ? atau masyarakat sekitar ? atau juga dari si pemuda tersebut ? dan atau system pemerintahan ? . pertanyaan tersebut tak henti” membayang di pikiranku , apa yang harus aku lakukan ? menyuruh para orang tua untuk menyekolahkan anaknya? Atau disuruh menjauh dari masyarakat sekitarnya ? atau juga menyeret si pemuda dengan paksa untuk bersekolah ?
Tapi hal itu kurang intensif jika hanya saya seorang diri yang menjawab semua pertanyaan di atas , maka dari itu saya berinisiatif untuk sedikit menulis celotehan yang insyaallah bermanfaat . celotehan ini saya peruntukkan kepada semua mahasiswa yang insyaallah dapat mengawal perjalanan bangsa.
Degradasi moral pemuda merupakan suatu keprihatinan yang sangat mendalam bagi suatu bangsa. Dimana tulang punggung bangsa rapuh karena termakan oleh hancurnya moral. Yang katanya sepuluh pemuda dapat mengguncang dunia, sekarang sudah tidak lagi dapat mengguncang dunia dikarenakan rusaknya moral dan perilaku pemuda.
Terjadinya degradasi ahlak dan moral pemuda/I disebabkan oleh berbagai factor, seperti pergaulan bebas, proses sosialisasi yang kurang sempurna, kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua, tingkat pendidikan yang rendah, dan pengaruh budaya barat yang sering kita terlena akan timbulnya hal-hal kecil yang dapat menyebabkan kehedonisan pemuda bangsa.
Hedonisme dapat diartikan sebagai pandangan yang didasarkan pada keinginan untuk mencari kepuasan diri sendiri (pleasure). Ia ada pada diri setiap manusia ditandai dengan sifat asyik dengan dirinya sendiri, ketidak pedulian kepada lingkungan. Sifat ini tumbuh dan berkembang seiring kehidupan yang individualistis dan materialistic. Secara mendasar pribadi yang hedonis adalah budak atau obyek dari nafsu kesenangan dan materialistic. Pribadi ini biasanya tidak menyadari telah menjadi obyek eksploitasi symbol-simbol kapitalis. Hedonisme dekontruksi (dibangun/dibentuk) dan dipupuk oleh iming-iming kesenangan,kemudahan, kemewahan individu yang di tawarkan oleh proyek besar pasar kapitalis melalui iklan yang disodorkan setiap hari pada setiap media.
Ia telah menjauhkan pribadi itu dari kondisi yang nyata atas apa yang dihadapnya. Ia memberikan ilusi-ilusi yang jauh dari keadaan nyata. Sadarkah kita maupun mereka yang tak peduli harus menghabiskan waktu berjam jam hanya untuk bermain games, facebook, BBM-an dll. Sementara hidup mereka maupun kita senyatanya banyak yang harus dikerjakan. Tak peduli berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk beli pulsa. Yang lebih miris lagi uang tersebut dikeluarkan untuk obat-obatan terlarang dan sebagainya yang memang dilarang oleh agama dan Negara.
Dengan ini saya mengutip beberapa celotehan mahasiswa yang memiliki antusias terhadap keadaan pemuda/I masa kini. Salah satunya adalah :
Saudari Nisa, dari kampus IAIN Jember Fakultas tarbiyah Jurusan tadris Matematika, bisa dikatakan bahwa dia Mahasiswa yang sangat peka terhadap keadaan sekitar. Kenapa demikian? dirumahnya yang masih banyak anak-anak maupun pemuda/I yang semangat belajarnya bisa dikatakan besar, tapi hal itu rapuh dikarenakan kurang pendampingan dari orang tua. Saudari nisa memberi solusi terhadap keadaan tersebut dengan mempergunakan rumahnya sebagai bimbingan belajar(bimbel). “udah kelas dua SD mayoritas belum bisa baca, hal itu disebabkan karna kurangnya perhatian dari orang tua” Ujarnya. Bisa, jika dari kita bayangkan ribuan Mahasiswa juga memiliki antusias dan kepekaan terhadap keadaan bangsa yang saat ini mengalami degradasi ahlak dan intelektual. Maka sedikit banyak akan membantu perubahan bangsa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dan yang kedua yaitu salah satu Alim Ulama di sekitar rumah Saya , Beliau menjelaskan bahwa ahlak pemuda/I sekarang sangat sangat mengalami penurunan yang signifikan. “Masjid sudah tidak lagi ramai dengan suara anak-anak dan pemuda/I belajar mengaji” ucapnya. “Dulu dari anak yang paling kecil sampai pemuda yang sudah menginjak sekolah menengah atas(SMA) masih bersemangat belajar mengaji. Tapi sekarang , jangankan belajar mengaji sholat berjamaah saja sudah sangat jarang saya dapati” Ucapnya lagi. Ketika tingkat keimanan seseorang menurun, potensi kesalahan terbuka. Hal ini berbahaya bagi moral, jika dibiarkan tentu membuat kesalahan semakin kronis dan akan menimbulkan kerusakan moral/ahlak yang luar biasa.
Dan celotehan yang terakhir dari Aktivis Himpunan mahasiswa islam(HMI) yaitu Novi Hermawan yang biasa di kenal Awan hijau hitam, ketika saya mencoba bertanya tentang siapa yang salah ? sehingga pemuda/I mengalami degradasi ahlak dan intelektual yang luar biasa. Beliau menjelaskan bahwa para kaum muda lebih condong meniru tentang apa yang sedang trend dan menggelobal. Namun , terkadang hal yang ditiru kurang tepat karena bertentangan dengan aturan, kebiasaan yang dilakukan, adat istiadat, serta aturan agama sehingga akan menimbulkan kerusakan moral. “mudahnya budaya asing masuk tanpa adanya pencegahan yang serius dari pemerintah mengakibatkan budaya asing negative yang masuk kenegara ini dan jelas-jelas budaya ini tidak cocok dan merugikan karena telah merusak moral generasi bangsa” Ucapnya. Dan terlalu sibuknya pemerintah dengan berbagai masalah politik dan ekonomi yang terjadi dalam negeri membuat pemerintah mengesampingkan masalah degradasi moral pemuda yang hanya menjadi bagian kecil dari masalah sosial.