by Andi Yasa
 "Aaaaaaaaaaaaakh, emaaaaaaaaaaak."
teriak anak laki-laki itu menangis kencang, suaranya yang nyaring hingga terdengar dari dapur sampai ke luar rumah. Sesuatu yang ada dipikiran anak itu adalah takut jika ada hantu yang menculiknya. Suasana yang gelap dan sunyi ditambah banyak sarang laba-laba yang menempel dikepala dan wajahnya. Tak lama lantai papan kian mengeluarkan suara hentakan berirama ,Semuanya berlari menuju ruang tengah mencari sumber teriakan itu yang menggelegar.
"Siapa yang menangis?" ucap sang ibu paruh baya dengan muka terlihat cemas sambil memandang kesegala arah sudut ruangan,
 "Adikmu mana." Tanya ibu itu lagi.
"Tadi main kelereng  disini bu." Jawab anak perempuan remaja berusia 14 tahun.
Tangisan itu semakin kencang tak kala anak laki-laki itu melihat cacing tanah yang sedang keluar daun-daun kering yang basah. Ia mengira cacing itu adalah Ular.
"Mak, lihat itu!"Â
Teriak anak perempuan tadi sambil menunjuk kearah sisi pojok ruangan. Ternyata lantai rumah tersebut berlubang seukuran dua keping papan. Sontak dua perempuan yang berumur berbeda berlari menuju papan yang berlubang. lalu ditemukan seorang anak kecil dibawah rumah sambil menangis dengan pipinya yang basah kemudian wajah anak kecil itu berubah seketika ia terlihat sangat senang setelah melihat ibu dan kakaknya diatas tepat kepalanya. Anak bocah laki-laki terperosok hingga jatuh ketanah akibat papan yang sudah lapuk di injaknya.
"Emaaak, Tilo takuuut."Â