Wajah-wajah guru  dan anak-anak jahat itu masih selalu membayangi pikiranku serasa mengucap sumpah sarapah kepada mereka dan bersumpah tidak akan pernah memaafkan mereka sampai kapanpun.
"Dug dug dug, Ankon, kamu udah pulang?"Â suara genturan dan pertanyaan ibuku dibalik pintu kamarku. Aku diam tak menyahut sedikitpun. Aku bersiap untuk menerima Sanksi apa yang ibu lakukan kepadaku dan yang pasti ia akan memberitahu ayah.
"Ankon, buka pintunya! Ibu tau apa yang terjadi disekolah, tadi guru kamu menelpon ibu, Ibu tau kamu telah membuat anak-anak lain terluka, Ibu tahu itu  salah tapi Ibu gak akan marah kok, Ibu malah bangga sama kamu. "
Kalimat terakhir itu terasa janggal ditelingaku. Aku pun penasaran kenapa ia mengatakan itu kepadaku, padahal setiap kali aku berbuat salah sedikit saja ibuku selalu menghukumku tapi kenapa kali ini ibu tidak marah, aku rasa selama ini hal inilah ini termasuk kesalahan yang paling besar aku lakukan. Aku pun beranjak dari tempat tidurku berjalan pelan membuka pintu kamarku.
Kulihat pipi ibuku basah dengan bekas aliran air mata yang barusan diusapnya menggunakan tangannya, pemandangan yang jarang aku lihat karena selama ini aku hanya melihat ibu selalu mengomel dan marah-marah. Bahkan saat ayah masih belum berangkat ke Malaysia untuk bekerja, mereka selalu bertengkar hebat tanpa memikirkan aku sama sekali yang masih kecil.
"Ibu bangga, sekarang kamu melakukan yang seharusnya sudah kamu lakukan dari dulu ketika kamu dihina, ketika di ejek kamu tidak pernah membalasnya, kamu hanya memendamnya sendiri, dan kamu tidak pernah cerita kepada orang lain. ayah juga pasti ikut senang di alam sana. Maafin ibu nak, kamu pasti kuat." Ucap ibuku, untuk kedua kali aku dibuat terkejut mendengar perkataan ibuku.
Aku sangat heran. Ada apa ini kenapa ibu tiba-tiba minta maaf dan berkata itu terhadap ayah. Ibu langsung menangis sambil memelukku.
"Maksud ibu?"
 jantungku berdegup dua kali lebih kencang, pikiranku mulai tak tentu arah, membayangkan apa yang aku khawatirkan.
"Ayahmu meninggal kemarin sore karena jatuh dari lantai empat ketika ia bekerja menyambung besi bangunan baru saat itu tali pengamannya putus"Â
Ucap ibuku dengan tangisannya yang pecah.