Memahami dan menerima anak secara penuh akan membuat anak merasa lebih dilindungi. Hubungan orangtua dan anak juga akan menjadi semakin dekat dan lekat. Anak akan merasa bahwa Kembali pada orangtuanya saat mendapati ada masalah akan jauh lebih baik daripada mencari pelarian di luar rumah.
Orangtua diharapkan tidak bersikap menghakimi, yaitu tidak memaksakan pada anak untuk sesuatu yang di luar kemampuan dan keinginan anak. Contohnya: orangtua memaksakan anaknya menjadi dokter, sementara anak memiliki passion di bidang seni. Hal yang penting untuk secara sadar orangtua memandang anak sebagai apa adanya diri anak. Menggunakan persepsi alam bawah sadar dan persepsi masa lalu  orangtua akan membawa dampak yang buruk bagi anak.
Dimensi ketiga yaitu pengaturan emosi atau sabar. Dengan keterampilan mengelola emosi, orangtua dapat lebih sabar menghadapi apapun perilaku anak. Ketika orangtua bisa menjadi lebih sabat, maka perilaku anak menjadi lebih tenang dan meniru kesabaran orangtua. Mindfull parenting menekankan pada kesadaran dalam mengasuh, termasuk sadar dalam membatas luapan-luapan emosi terutama emosi negative. DImensi ketiga ini akan menjadi lebih mudah untuk diterapkan jika orangtua mampu melakukan dimensi yang pertama dan kedua dengan baik dan penuh kesadaran (eling).
Dengan memahami dimensi ketiga, orangtua dapat secara sadar mengajak anak dan secara Bersama-sama mengelola emosi masing-masing selama berinteraksi. Pola asuh orangtua terbukti berpengaruh terhadap kematangan emosi anak. Mindfull parenting juga mebangun praktik-praktik pengasuhan seperti mengajarkan anak bagaimana mengekspresikan diri, berbicara tentang perasaannya, melabel keadaan, yang pada gilirannya membangun kemampuan anak dalam pengendalian diri.
Dimensi keempat yaitu pola pengaturan diri yang bijaksana atau tidak berlebihan. Dimensi ini berkaitan dengan keterampilan pengaturan diiri (self regulation) dalam sebuah hubungan atau interaksi.Â
Orangtua yang mempraktikkan mindful parenting tidak akan bereaksi secara berlebihan terhadap pencapaian normative anak. Orangtua akan cenderung memilih untuk berhenti sejenak daripada bereaksi langsung terhadap anak. Orangtua yang memiliki sikap toleran, suportif, dan tidak membiarkan dirinya mengeluarkan emosi negative saat anaknya sedang menunjukkan emosi negative, maka anak tersebut akan dapat tumbuh dan memiliki kematangan yang baik dalam aspek perkembangan sosial emosinya.
Terakhir, dimensi kelima yaitu welas asih (compassion) merupakan bentuk kemanusiaan. Membangun rasa welas asih pada orangtua akan membuat mereka bersikap lebih lemah lembut dan pemaaf dalam pengasuhan. Jiwa welas asih dimaknai sebagai emosi yang dapat memfasilitasi kerja sama dan perlindungan orang lemah dan mereka yang menderita. Welas asih juga memiliki pengaruh yang besar terhadap mood seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H