Mohon tunggu...
Andi Azhar
Andi Azhar Mohon Tunggu... Dosen -

Indonesian Scholar, Buruh Akademik. Selengkapnya di www.andiazhar.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Taiwan, I'm in Love

16 Februari 2016   11:29 Diperbarui: 16 Februari 2016   11:55 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AU mungkin bukanlah pilihan terbaik untun melanjutkan studi S2. Namun karakter, lingkungan, dan kebiasaan yang di AU yang kemudian menjadikannya (menurut saya) lebih daripada yang lain. Saya mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan keramahan serta nilai-nilai kemasyaratakan Taiwan di AU. Mungkin jika dibanding dengan kampus lain di Taiwan, AU bukanlah apa-apa. Hanya sebuah kampus swasta yang terletak di pinggiran kota Taichung. Namun, disini saya diajarkan bagaimana dengan status dan umur yang masih muda, mampu bergerak maju menjadi yang terdepan. Sepeninggal saya di Taiwan, kampus AU meresmikan Museum Modern yang dirancang oleh arsitek Jepang yang cukup terkenal. Lalu disusul meresmikan Rumah Sakit (Tipe A). Jika kita berkaca dari kampus - kampus lain, AU mungkin satu-satunya kampus di Taiwan yang membuat 2 mega proyek (Museum dan Rumah Sakit) dalam kurun waktu 5 tahun.

***
Awalnya saya benar-benar tidak menyangka bahwa saya akan kuliah di salah satu kampus yang paling eksotis di Taiwan. Disini, saya dipertemukan dengan dosen-dosen muda dari berbagai latar belakang. Bahkan pembimbing tesis saya merupakan warga negara Iran yang menghabiskan umurnya untuk studi di Amerika dan kini mengajar di Taiwan. 

Saat pertama kali menerima LoA dari pihak kampus, saya tidak bisa membayangkan berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari selama di Taiwan. Saya juga tidak terpikir bahwa nantinya saya malah bisa bekerja sampingan untuk menambah uang bulanan. Seminggu pasca tiba di Taiwan, saya malah sudah bekerja sampingan. Padahal saya sama sekali tidak pernah keluar hingga ke pusat kota dalam minggu-minggu pertama di Taiwan. 

***
Mengingat semua kenangan selama di Taiwan, membuat saya menegaskan kembali akan "kebenaran" dalam nasihat orang tua : 
 
Tuhan tidak pernah salah memutuskan takdir hamba-Nya
Rencana Tuhan jauh lebih baik dari rencana manusia, karena rencana Tuhan berasaskan manfaat dan visi, sedangkan rencana manusia berasaskan emosi
Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Peluang itu adalah manusia sendiri yang membuat, sehingga tugas manusia adalah membuat peluang bukan menunggu peluang 
***
Taiwan memang bukan negara favorit bagi para pencari beasiswa / studi lanjut. Tapi disini, peluang sudah ada tanpa harus diciptakan. Tinggal kita mau atau tidak memanfaatkan peluang tersebut untuk kemajuan diri. Saya sendiri lebih senang menyebut Taiwan sebagai my second homeland. Karena diantara beberapa negara yang saya kunjungi, Taiwan adalah negara yang "Islami" walau kenyataannya mereka negara sekuler dan liberal. Di Indonesia yang notabenenya berpenduduk mayoritas muslim, kita memaksakan bahwa kita adalah negara yg islami. Tapi sesungguhnya banyak juga nilai-nilai Islam yang justru tidak dilaksanakan (dalam kaitannya dg muamallah). Di Taiwan, pemerintah dan masyarakatnya tidak pernah mengidentikkan diri mereka pada satu agama tertentu, namun mereka justru sangat menerapkan nilai-nilai muamalah Islam dalam kehidupan sehari-harinya, seperti kejujuran, ketertiban, dan kedisiplinan.

Jika ada kesempatan, mungkin saya akan kembali ke Taiwan. Semoga !!!

 

*Sumber gambar : Disini

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun