Mohon tunggu...
Andhita Nur Jaya Oktaviana
Andhita Nur Jaya Oktaviana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Jember University

Mahasiswa Jurusan Ekonomi Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Financial

Proyek Garuda: Mewujudkan Mata Uang Digital Indonesia

3 November 2024   19:41 Diperbarui: 3 November 2024   20:42 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski menjanjikan, Proyek Garuda juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Masalah privasi menjadi sorotan utama, di mana setiap transaksi yang dilakukan dapat dilacak oleh bank sentral, yang otomatis mereduksi tingkat privasi dalam kehidupan finansial individu. Ketika transaksi keuangan terekspos, individu mungkin merasa tertekan untuk tidak melakukan transaksi tertentu, yang pada akhirnya dapat mengganggu hak asasi manusia mereka. Kekhawatiran ini tidak hanya sebatas pada privasi individu, tetapi juga pada potensi pengawasan berlebihan. Data yang terkumpul dari transaksi sehari-hari bisa disalahgunakan oleh pemerintah untuk mengekang kebebasan individu, terutama bagi mereka yang kritis terhadap kebijakan atau yang terlibat dalam gerakan sosial. Kondisi ini berpotensi menciptakan iklim ketakutan di mana orang-orang enggan mengekspresikan pendapat mereka karena khawatir akan konsekuensi finansial yang bisa mereka hadapi.

Selain itu, desain CBDC yang tidak inklusif juga menimbulkan risiko diskriminasi terhadap kelompok tertentu. Misalnya, penyandang disabilitas, masyarakat berpendapatan rendah, atau komunitas minoritas mungkin tidak mendapatkan akses yang sama terhadap sistem keuangan digital ini. Jika CBDC tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan semua lapisan masyarakat, maka kesenjangan sosial akan semakin melebar, mengabaikan hak-hak dasar masyarakat untuk mendapatkan akses ke layanan keuangan yang adil. Dalam konteks ini, penting bagi pihak pengembang dan pemerintah untuk mempertimbangkan berbagai perspektif agar semua kelompok dapat terwakili dan mendapatkan manfaat dari sistem ini.

Terakhir, transisi ke sistem CBDC juga membawa risiko signifikan terkait keamanan siber. Dengan sepenuhnya beralih ke sistem digital, CBDC menjadi sasaran menarik bagi penjahat siber yang ingin mengeksploitasi kelemahan di infrastruktur yang ada. Serangan siber dapat mengakibatkan pencurian data, penipuan, dan bahkan kerugian finansial yang besar bagi individu serta institusi. Ketika kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan digital ini terguncang akibat insiden semacam itu, dampaknya bisa sangat merugikan, menciptakan ketidakpastian di pasar dan merusak integritas sistem keuangan yang lebih luas. Secara keseluruhan, meskipun CBDC menawarkan banyak keuntungan, penting untuk memperhatikan dan mengatasi keburukan ini agar implementasinya tidak merugikan masyarakat secara keseluruhan.

Dengan Proyek Garuda, Indonesia berusaha untuk memasuki era digitalisasi di bidang keuangan dengan memanfaatkan CBDC sebagai alat untuk meningkatkan inklusi keuangan dan efisiensi dalam sistem ekonomi. Meskipun ada berbagai tantangan yang harus diatasi, inovasi dalam pengembangan CBDC diharapkan mampu membawa manfaat jangka panjang bagi perekonomian Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun