Saya pun menjalankan startup sejak 2008, kala itu saya membuat media online dan tahun ke-4 baru mendapatkan pendanaan itu pun dari angel investor, dan waktu itu perusahaan saya sudah mendapatkan revenue dari project. Tapi akhirnya perusahaan saya pun bangkrut juga pada akhirnya di tahun ke-6.Â
Sampai saat ini, saya belum pernah mencari pendanaan dengan cara seperti startup-startup pada umumnya, karena saya tidak punya ilmu dan pengalaman bisnis seperti founder lainnya.
Sekarang saya masih menjalankan startup media online yang fokus dengan kualitas daripada kuantitas konten, untuk mendapatkan traksi tinggi layaknya startup lain itu sangat sulit. Jadi untuk mendapatkan seri pendanaan saya terus terang belum kepikiran.Â
Saya masih mengandalkan revenue dari project untuk operasional perusahaan. Saya memakai sistem manajemen yang ramping dan belum banyak mempekerjakan staf tetap yang fulltime, dan saya masih menjadi CEO (Chief Everything Officer) di perusahaan saya. Banyak pekerjaan yang saya lakukan sendiri, mempekerjakan freelancer dan memperbanyak kontributor.Â
Dua tahun pertama saya subsidi semua operasional yang ramping dari kocek sendiri, tahun ke-3 akhirnya saya mendapatkan kontrak 1 tahun dari salah satu perusahaan multinasional. Â
Saat ini saya sudah bisa lebih leluasa bergerak karena startup saya mendapatkan revenue yang cukup sehat dan fixed cost saya tidak terlalu bengkak. Saya lebih banyak memakai variable cost untuk saat ini.
Dilansir dari Detik, Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menjelaskan, saat ini fenomena ledakan gelembung atau bubble burst sedang melanda startup-startup di Indonesia. Bubble burst bisa diketahui dari kinerja perusahaan yang kurang baik.
Untuk yang sedang merintis usaha harus lebih bijak mengambil keputusan, dan untuk yang baru mau mulai jangan terlalu gegabah. Kita harus tahu sampai mana kemampuan kita, harus tahu juga support system kita bisa mendukung sampai kapan.Â
Kita tidak bisa mengontrol keadaan di pasar, tapi kita bisa mengontrol internal kita. Kita tidak bisa mengontrol pikiran orang lain untuk suka sama kita, tapi kita bisa mengontrol pikiran kita mau berpikir seperti apa.Â
Kegagalan dan kesuksesan kita lebih banyak pengaruhnya dari faktor internal daripada eksternal.
Note: Tulisan ini sebagian besar opini pribadi awam saya selaku praktisi yang cukup mengamati industri satu dekade ini. Mohon maaf kalau ada yang salah karena keterbatasan ilmu saya.