Mohon tunggu...
Andhika Zulkarnaen
Andhika Zulkarnaen Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder of Cultura Magazine

A creativepreneur with more than 15 years of professional experience in communication, branding, and new media.

Selanjutnya

Tutup

Film

Kisah Tragis Menyorot Ketimpangan Rasial di Amerika Serikat dalam "When They See Us"

25 Mei 2020   07:49 Diperbarui: 25 Mei 2020   08:41 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 1989, seorang perempuan yang sedang berolahraga di Central Park, New York diserang dan diperkosa oleh seseorang. Perempuan tersebut bernama Trisha Meili yang harus melalui 12 hari dalam keadaan koma setelah kejadian tersebut. Trisha memang berhasil selamat, namun ia mengalami trauma berat dan tidak bisa mengingat siapa yang menyerangnya di malam itu.

Secara kebetulan, di Central Park pada malam itu juga terdapat sekelompok remaja kulit hitam yang tengah berjalan-jalan dan membuat sedikit onar. Dari 30 remaja yang dibawa ke kantor polisi akibat laporan malam itu, 5 di antaranya dipaksa untuk membuat pengakuan bahwa mereka merupakan pelaku pemerkosaan Trisha Meili. Kelima anak yang masih berumur 14 hingga 16 tahun itu dipanggil oleh media sebagai 'Central Park Five' dan diinterogasi oleh polisi selama berjam-jam tanpa adanya perwalian orang dewasa.

Image: Netflix
Image: Netflix

Ava DuVernay berusaha untuk mengangkat kisah tragis ini melalui mini-series Netflix yang berjudul When They See Us. Kisah ini memang sudah lama sekali terjadi dan sudah pernah dibuatkan film dokumenter berjudul The Central Park Five (2012). Akan tetapi, kisah yang disuguhkan oleh Ava DuVernay selaku produser, sutradara, sekaligus penulis naskah mini-series ini sangat wajib untuk ditonton.

Sang sutradara tidak bertujuan untuk memberikan para penonton hiburan yang menyenangkan ketika ia membuat serial dengan jumlah 4 episode ini. Dirinya serta seluruh kru lainnya ingin menyuguhkan kasus kemanusiaan dan kehormatan yang telah direnggut dari kelima anak ini.

Sepanjang serial, kita dapat melihat bagaimana mereka menjalani hidupnya sebagai anak-anak biasa yang bermain sepulang sekolah, ketika mereka ditahan, dan masa depan mereka yang hancur karena penangkapan tak berdasar ini.

Photo: Netflix
Photo: Netflix

When They See Us tidak dapat dibilang bagus hanya karena memberikan kisah tragis dengan latar belakang rasisme yang sudah mengakar di Amerika Serikat. Serial ini juga berhasil menjadi bagus berkat keahlian Ava DuVernay dalam melakukan pendekatan yang unik dan atas kecintaannya terhadap dokumenter.

Bagaimana ia telah berusaha untuk menggali perasaan tiap karakter melalui testimoni langsung dan bagaimana ia mengarahkan para pemainnya, kedua hal itu berhasil membuat penonton merasakan hal-hal yang tidak dapat dirasakan jika hanya menonton dokumenter biasa.

Serial ini berhasil membuat penonton merasa seakan sedang menyaksikan kejadian tragis tersebut bergulir tepat di depan mata. Rasa sesak, takut, sedih, dan marah akan menghampiri penonton selama menyaksikannya. Bukan hanya karena kisahnya sendiri yang memang tragis, namun juga secara visual dengan pewarnaan frame yang terkesan mencekam dan suram.

Salah satu kesuksesan visual dalam serial ini terdapat pada adegan-adegan di penjara yang menjadi salah satu latar utama dalam kisah. Posisi kamera yang menangkap rasa sempitnya sebuah ruangan sel dan terbukanya ruangan kantin penjara yang membuat narapidana baru merasa begitu rentan.

Setiap adegan dilakukan dengan begitu tepat tanpa melewatkan hal rinci apapun. Hal ini membuat penonton bisa dengan mudah mengikuti alur kehidupan kelima anak tersebut. Ditambah dengan soundtrack yang selalu diputar dengan tepat untuk meningkatkan rasa genting dalam suatu kejadian, When They See Us berhasil memberikan pengalaman menonton yang akan selalu menghantui ingatan.

Photo: Netflix
Photo: Netflix

Jajaran pemain serial ini juga sangat fenomenal, mulai dari para aktor yang memang sudah memiliki pengalaman di dunia hiburan maupun aktor muda yang baru bergabung. Setiap pemain memberikan performa yang sangat menarik perhatian penonton dan dapat memunculkan perasaan yang begitu kuat dari layar kaca.

Salah satu aktor yang paling menonjol dari When They See Us adalah Jharrel Jerome. Ia merupakan aktor muda yang pernah bermain di film pemenang Oscars, Moonlight (2016). Namun sepertinya karirnya baru dimulai semenjak ia memerankan Korey Wise di serial ini, dan ia sangat pantas mendapatkan segala kesuksesannya nanti.

Sang aktor berhasil menunjukkan emosi yang terlihat begitu kompleks dan sangat menyakitkan hati para penonton. Dalam memerankan Korey Wise, Jharrel juga harus bisa menunjukkan apa yang terjadi ketika seorang anak berumur 16 tahun dipaksa untuk mendekam di penjara dewasa. Melalui aktingnya, Jharrel dapat menunjukkan tekanan mental yang begitu berat dan harus dilalui Korey selama di penjara.


Serial ini akan membuat kita mengerti mengapa orang Latin dan kulit hitam, khususnya di Amerika Serikat, memiliki rasa percaya yang sangat rendah terhadap pihak kepolisian dan sistem keadilan di sana. When They See Us juga memberi pesan bahwa kebenaran akan selalui menemui jalan terangnya dan akan membungkam segala kejahatan yang menimpa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun