Mohon tunggu...
Andhika Ruliyanto
Andhika Ruliyanto Mohon Tunggu... -

sedang di Perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Time Is/Or Money

22 Juli 2015   04:13 Diperbarui: 22 Juli 2015   04:13 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu adalah uang. Siapa yang tidak mengenal pepatah itu? Dan kenapa waktu disandingkan dengan uang? Apa hubungan antara waktu dan uang? Apa dari waktu yang kita gunakan dapat menghasilkan uang? Bisa saja. Apa waktu adalah sesuatu yang berharga layaknya uang?

Tentu uang adalah sesuatu yang berharga dan memiliki nilai. Lalu apakah waktu adalah sesuatu yang berharga dan memiliki nilai sama dengan harga atau nilai dari uang? Waktu tidak hanya tentang uang, waktu jauh lebih berharga jika dibandingkan dengan uang. Kenapa?

Mungkin dengan uang kita bisa memenuhi kebutuhan, keperluan maupun keinginan kita sehari-hari. Tapi tidak semua yang kita inginkan dapat kita peroleh dengan uang. Kita tidak bisa mendapatkan kembali waktu yang telah kita lewatkan dengan membayarkan sejumlah uang. Dengan uang pula, kita tidak bisa memperbaiki kesalahan yang telah kita perbuat di masa lalu. Pada akhirnya, kita tidak akan bisa mengulang waktu yang telah berlalu bagaimanapun caranya dan dengan uang sebanyak apapun.

Seandainya saja suatu ketika ada robot kucing yang datang dari masa depan membawa mesin waktu atau di masa depan nanti benar-benar akan ada penemu mesin waktu seperti di film-film yang sering kita tonton, dan memutar kembali waktu telah menjadi sesuatu yang bisa dilakukan, maka pastilah semua orang ingin melakukannya. Tapi, apakah di masa depan nanti kita masih ada? Apakah kita punya kesempatan untuk mencobanya? Bisa saja, tapi tak ada jaminan untuk itu.

Maka kenapa kita tidak menerima realita yang tak bisa diubah kemudian memulai menggunakan waktu dan kesempatan yang ada sebaik mungkin sebelum semuanya terlambat?

Daripada berangan-angan yang tidak akan menghasilkan perubahan apapun, bagaimana jika kita memulai menghargai waktu? Seperti di film The Fault in Our Stars, betapa membahagiakannya jika Hazel dan August diberikan keajaiban sembuh dari penyakitnya untuk menikmati kebersaman mereka hingga tua. Betapa Hazel bersyukur mempunyai waktu yang sebentar, sebelum akhirnya August pergi selamanya.

There are days, many of them, when I rest the size of my unbound set. I want more numbers than I’m likely to get, and God, I want more numbers for Augustus Waters than he got. But, Gus, my love, I cannot tell you how thankful I am for our little infinity. I wouldn’t trade it for the world. You gave me a forever within the numbered days, and I’m grateful. – Hazel, The Fault in Our Stars.

Dari makna film The Fault in Our Star yang kita petik, tentunya kita jadi paham bahwa waktu akan terasa berharga, saat kita tahu berapa sisanya. Namun kenyataannya kita tak pernah tahu berapa sisa waktu yang kita miliki dan tidak ada yang tahu pula apa yang akan terjadi nanti.

Masihkah kita mau membuang-buang waktu sendiri dan menyia-nyiakan waktu seseorang? Masihkah kita menanggap remeh dan menganggap masih ada detik berikutnya dan esok hari meskipun kita tahu hal itu belum tentu ada?

Lalu bagaimana cara menghargai waktu? Dari hal-hal kecil yang sering disepelekan, menghargai itu mudah.

1. Datang tepat waktu

Terlambat sepertinya sudah menjadi kebiasaan buruk yang telah membudaya. Bahkan tidak banyak yang telah menganggap terlambat sebagai sesuatu yang wajar. Seperti ada peraturan baru tak tertulis dimana jika kita janji bertemu jam 9, maka sebenarnya kita janji bertemu jam 10.

Padahal jika kita datang tepat waktu, maka secara tidak langsung kita telah menghargai diri kita sendiri maupun orang yang ingin ditemui. Orang yang ingin ditemui pun merasa dirinya dianggap penting. Selain itu, jika datang terlambat dari waktu yang sudah disepakati, jelas hal itu akan membuang waktu percuma yang sebenarnya bisa dinikmati untuk quality time.

2. Buat skala prioritas

Membuat skala prioritas artinya mengurutkan pekerjaan mana yang paling penting dan harus didahulukan pengerjaannya supaya cepat selesai. Namun, tidak sedikit dari kita yang kurang memperhatikan pekerjaan mana yang penting dan yang tidak penting untuk dikerjakan sehingga banyak waktu yang terbuang percuma dan dengan menyisakan banyaknya pekerjaan yang masih harus diselesaikan. Hal ini sama saja dengan tidak menghargai waktu.

3. Tidak menunda pekerjaan yang sedang dilakukan

Tidak jarang ketika kita sedang melakukan sesuatu, datanglah distraksi yang menggoda untuk diladeni. Seperti saat sedang serius mengerjakan tugas, tiba-tiba ada notifikasi dari smartphone kita entah ada chat dari Pevita Pearce atau “@raisa6690 menyukai foto Anda.”, alhasil tugas yang baru saja dikerjakan justru ditinggalkan karena distraksi-distraksi itu tadi. “Ah, nanti aja deh, takut si Pevita ngambek kalo chat-nya ngga dibales, toh masih ada nanti, besok juga masih sempet.”

Saat chat-nya sudah selesai dan sudah bilang “terima kasih” ke Raisa, ngantuk pun tak bisa ditahan lagi. Akibatnya, tugas yang seharusnya sudah selesai justru dikerjakan keesokan harinya dengan terburu-buru dan hasilnya pun tidak maksimal.

Padahal bisa saja kita menyelesaikan tugas terlebih dahulu dan menonaktifkan smartphone untuk sementara waktu, barulah ketika tugas selesai kita dapat melakukan kegiatan lainnya.

Dont say “There’s still time” or “Maybe next time”, because there’s also the concept of “It’s too late”.

4. Memaafkan masa lalu

Tidak sedikit orang yang berlarut-larut terjebak pada masa lalunya, seperti ketika kehilangan seseorang yang teramat dicintai. Padahal dengan berlarut-larut meratapi, nelangsa, dan menyalahkan diri sendiri tidak akan mengubah masa lalu. Seseorang itu pun tidak akan kembali dan sudah jelas itu akan buang-buang waktumu yang sangat berharga.

Maka segeralah bangkit dan memaafkan segalanya, karena bisa saja ada seseorang lain di luar sana sedang menunggu kita untuk bangkit dan tersenyum, lalu menyadari keberadaannya. Dengan begitu pula hidup akan menjadi lega dan tenang. Bukan hal mudah memang beranjak dari masa lalu, tetapi tidak mudah bukan berarti tidak bisa.

Forgive and Forget. It may not change the past but it gives the future a chance.

ref: nyunyu.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun