Mohon tunggu...
Andhika Heru
Andhika Heru Mohon Tunggu... -

Seorang yang sejak kecil bercita-cita menjadi wartawan, dan sering memenangkan penghargaan dalam Lomba serta Festival menulis puisi, cerpen dan sandiwara di tingkat sekolah, namun kenyataannya kini menjadi seorang akuntan di perusahaan swasta, dan sedang merintis usaha untuk menjadi seorang wirausaha

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Small World Theory, Setiap dari Kita Hanya Berjarak 6 Orang dari Presiden AS ?

27 Juni 2012   01:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:30 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak aktif “bermain” di berbagai situs jejaring sosial yang semakin menggejala dalam 8 tahun terakhir ini, terutama sejak memiliki akun Facebook, sudah beberapa kali saya mendapatkan pertanyaan dari teman-teman yang ada di FB saya. “ Lu kok kenal sama si A atau si B? Dia kan teman/saudara gw...kok bisa ada di FB lu?” Seringkali pertanyaan- pertanyaan seperti itu tidak langsung saya jawab, biasanya saya mengekspresikan rasa kaget dan kagum saya pada FB dengan tertawa/tersenyum sambil menggeleng-geleng kan kepala terlebih dahulu sebelum akhirnya saya jawab pertanyaan mereka, darimana atau dari siapa saya mengenal orang-orang yang mereka maksud. Biasanya setelah mendapat jawaban saya, maka komentar yang muncul dari mulut mereka adalah “BETAPA KECILNYA DUNIA INI”. Belum lagi mereka yang mengaku "surprise" bisa menemukan teman-teman lama yang sudah sangat "hopeless" untuk ditemukan lagi karena sudah terlalu lama "loose contact" Nah Teori Dunia Kecil ini di Amrik sono..noh...ternyata diteliti secara serius oleh para ahli, baik matematika dan psikologi bahkan hingga tingkat Profesor ! Iseng amat yak? Hehehe.... Penelitian pertama diawali oleh Anatole Rapaport tahun 1951 seorang ahli matematika dari Chicago University. Kemudian ada juga 2 orang ahli matematika Hungaria, Paul Erdos dan Alfred Renyi pada tahun 1957, yang meneliti bahwa sedikit saja hubungan acak dalam komunitas yang besar, dapat menjadi "penghubung" antara satu komponen dan komponen lainnya dalam komunitas tersebut. Pada tahun 1967, Stanley Milgram, seorang psikolog muda dari Harvard University melakukan percobaan yang paling terkenal untuk meneliti efek dari hubungan acak dalam jejaring sosial ini. Milgram mengirimkan 296 paket yang hanya bertuliskan nama dan pekerjaan serta sedikit data diri dari orang-orang yang menjadi tujuan paketnya. Ia memberikan kepada 296 orang-orang yang ia pilih secara acak dan ia jamin, orang-orang pertama yang menerima langsung paket dari tangan Milgram, bukanlah orang-orang yang mengenal objek paket kirimannya. Ternyata hasil percobaannya menunjukkan rata-rata setiap paket dapat sampai ke tujuan setelah melewati 5 kali perpindahan tangan saja. Ia pun berkesimpulan ” Bahwa di negara USA yang populasinya 200-an juta orang, ternyata setiap pesan dapat tersampaikan cukup hanya melalui 5 orang saja.” Dan Milgram yakin hipothesa yang sama dapat diterapkan untuk seluruh dunia yang populasinya milyaran orang. Penelitian Milgram ini kemudian sempat mendapat ”tantangan” dari beberapa peneliti lainnya, dengan alasan ia dianggap terlalu memilih-milih objek penelitiannya. Kurang acak. Namun pada tahun 2003, hasil penelitian Milgram ini dipublikasikan ulang melalui internet secara besar-besaran. Dan hasilnya, setiap pesan dalam ratusan objek secara acak, dapat mencapai tujuannya hanya dalam 6 langkah saja. Berati teori Milgram kembali terbukti benar. Penemuan Milgram ini menarik perhatian Duncan Watts, seorang Ph.D Mathemathics dari Harvard University yang melakukan penelitian menggunakan jangkrik. Adalah ayah Watts semasa ia kecil, yang pernah mengatakan bahwa "semua orang di dunia ini hanya berjarak enam jabat tangan dari Presiden Amerika Serikat !" Watts berhasil membuktikan bahwa seekor jangkrik dapat menyamakan pola suara derikan dengan jangkrik lainnya yang letaknya berjauhan terpisah oleh 4 ekor jangkrik lainnya. Terpisah 5 langkah, persis seperti Milgram. Ketika membuat tesis, Watts dibimbing oleh profesor Steve Strogatz. Ia pun bekerjasama dengan sang dosen membuat penelitian jejaring sosial ini. Dengan menggunakan teknologi komputer dan web, pada tahun 1998, Watts-Strogatz melakukan penelitian menggunakan 1.000 titik hubungan dimana awalnya satu titik dan lainnya hidup dalam komunitas tetangga yang saling kenal berdekatan. Untuk mencapai titik yang diinginkan Watts-Strogatz, maka setiap titik memerlukan ratusan langkah Begitu satu saja dari 100 titik hubungan di ubah menjadi "asing" atau acak, maka terjadi penghematan 10 x lipat dalam jumlah langkah untuk mencapai objek yang dituju !! Atau dengan kata lain begini mudahnya, semakin anda banyak bergaul, semakin acak dalm memilih teman dan pergaulan, semakin besar anda bertemu dengan orang yang ternyata ada kaitannya dengan orang yang Anda kenal. Misalnya saya ini, tak disangka, setelah menikah baru menyadari bahwa salah seorang sahabat SMA saya ternyata menikah dengan kakak sepupu istri saya. Salah seorang "gebetan" saya waktu SMA ternyata menjadi istri dari sahabatnya kakak sepupu saya......walaaah..kok ketemu dia-dia lagi???..hehehe Fenomena "Small World Theory" ini bahkan membuat John Guare pada tahun 1990-an membuat sebuah drama TV yang pada tahun 1996 di-layar lebar-kan dengan aktor Donald Sutherland sebagai bintang nya....."SIX DEGREES OF SEPARATION" Kalau melihat background pendidikan pendiri FB, Mark “Zuck” Zuckerberg, yaitu lulusan Harvard University, sama persis dengan Stanley Milgram. Hanya bedanya, Zucko dari jurusan IT. Mungkin saja semangat nya Zucko mendirikan FB ini adalah untuk mendukung teori Dunia Kecil, yang salah satu tokoh terkenal nya adalah sang senior…..Stanley Milgram. Efek serupa juga telah ditemukan dalam dunia bisnis. Perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia ternyata walau awalnya kelihatan beda negara, beda bisnis, ternyata jika ditelusuri misalnya susunan kepemilikan saham baik ke atas (holding) maupun ke bawah, baik itu anak perusahaan langsung ataupun SPV/BVI, biasanya setelah beberapa langkah(perusahaan terkait) akan ada yang menghubungkan mereka satu sama lain. Namun yang meresahkan para ilmuwan dari teori ini, adalah fakta bahwa dalam hal penyebaran penyakit menular pun, teori ini juga dapat di gunakan. Misalnya dalam kasus penyebaran penyakit AIDS atau flu burung, akibat majunya teknologi, mudah dan semakin murahnya transportasi antar negara, terutama pesawat, semakin longgar dan terbukanya aturan batas keluar masuk suatu negara, baik produk maupun orang, membuat hubungan antar manusia menjadi semakin acak, dan semakin mempercepat sebuah virus lokal menjadi pandemi. Contoh terbaik adalah flu burung China dan flu babi Mexico, baru-baru ini. Karena hubungannya acak, membuat para pihak berwenang kesulitan untuk mengisolasi sumber penyebaran virus-virus tersebut sehingga menyebar cepat mendahului upaya pencegahannya. [caption id="attachment_184876" align="alignleft" width="300" caption="Buku karya Duncan Watts (Six Degrees, The Science of Connected Age, 2003)"][/caption]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun