Mohon tunggu...
Andhika Chandra Kias Chahyadi
Andhika Chandra Kias Chahyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh S1 Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Universitas Negeri Jakarta. Fokus pada pengembangan karir dalam bidang kepenulisan dan keguruan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secarik Surat dari Zuhri

31 Oktober 2021   18:46 Diperbarui: 6 November 2021   12:32 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Buana yang terletak di sebelah timur Pantai Hiji, berbatasan dengan Desa Puyung dan Teludo merupakan salah satu wilayah yang makmur dan sejahtera. Sebuah anugerah akan keindahan alamnya, maka tak heran desa ini disebut sebagai desa bayang-bayang nirwana. Begitupun dengan Puyung, hal yang memiliki nilai tambah tersendiri yaitu akan corak agraris yang masih dipertahankan  di samping hamparan pasir pantai, oleh karena itu disebut unik. Berbeda halnya dengan kedua desa tersebut, Teludo ialah wilayah yang tertinggal. Masyarakatnya yang berkecukupan dan minimnya infrastruktur yang menunjang desa itu, terutama hal aksesibilitas pendidikan dan bangunan sekolah yang layak pakai.

Ini adalah sebuah kisah tentang seorang anak yang visioner, jujur, bertekad baja dan atensinya yang menggelora untuk mengubah nasib desanya menjadi lebih baik. Ia adalah Zuhri lahir di Teludo dan sekarang menanjak usia 10 tahun.  Sepetak ruang yang beralaskan keramik retak yang sebagiannya lagi telah memerah karena tanah, beratapkan triplek dan bambu yang diterangi dengan lampu minyak menjadi sandaran dan tempat berlabuh bagi Zuhri. Hal yang sederhana itu baginya segalanya.

Setiap Minggu pukul delapan pagi hari, saat zuhri membantu orang tuanya. Ia bersiap bergegas membantu pekerjaan Ayah di ladang, Puyung bagian selatan. Mengambil hasil bumi yang siap panen, ditimbang beratnya yang kemudian dijual ke pengepul ladang. Hasil yang diperoleh itu kemudian diserahkan kepada pemilik ladang, dan Ayah diberi upah setengah dari hasil penjualan.

Lantas bila akan keluar dari halam rumah, tak lupa ia membaca niat Allahuma Yassir Wala Tu'assir. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ayahnya, doa tersebut bertujuan agar segala aktivitas yang kita kerjakan hari ini menjadi mudah dan ringan. Sekitar tiga kilometer jarak tempuh menuju Puyung, Zuhri dan Ayahnya berjalan bersama sambil menenteng cangkul dan karung serta persiapan logistik untuk makan siang. Dengan melewati hutan yang tidak begitu rimba, dan bila terlihat rangkaian talud yang berjajar rapi di sisi kiri dan kanan menandakan sebentar lagi akan sampai disana.

Setibanya, Zuhri pun terpesona dengan sekelilingnya. Akan keindahan alam, kicauan burung yang bersenandung, dan lahan-lahan hijau yang siap panen. Ia tak lupa untuk segera membantu pekerjaan Ayahnya di ladang. Disana ia mengumpulkan hasil tanaman seperti jagung, kacang, kentang, dan singkong yang telah diambil oleh Ayah, lalu dimasukkan kedalam setiap karung yang telah dipisah jenisnya. 

Beberapa jam perut terasa lapar setelah menempuh perjalanan tadi, Zuhri menginisiatif untuk mempersiapkan makan siang. Orang-orang yang sedang berladang juga melakukan hal yang serupa. Ketika matahari tepat di atas kepala menunjukkan waktu sudah siang, mereka pun bersantap bersama-sama.

Pukul tiga sore sepulangnya dari ladang, Zuhri bergegas mencuci kaki di kran yang berada di samping rumahnya dan membersihkan badan di bilik umum yang dekat dengan belakang rumah. Setelah terasa segar, bersiap untuk melanjutkan tugas sekolahnya yang diberikan guru  pekan lalu. Saat itu  memang sedang cuti tanggal merah, SD Harapan Teludo diliburkan maka tugas sekolah diberi kelonggaran tenggat waktu pengumpulan.

Bila membahas sekolah, Zuhri kerap dikenal sebagai siswa laki-laki yang berprestasi, rajin bertanya dan aktif menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru-guru yang mengajarnya. Dalam hal olahraga, ia juga disenangi oleh teman-temannya. Ada suatu cerita, ketika bermain bola ia mempunyai strategi cemerlang dan yang memacu semangat rekan satu timnya di lapangan yang pada saat itu lawan tandingnya ialah satu tingkat kelasnya dibanding mereka. 

Zuhri yang berposisi sebagai playmaker penyerang mampu mendobrak pertahanan lawan dan membalikkan keadaan. Alhasil ia dan teman-temannya berhasil menang. Begitupun dalam pergaulannya di masyarakat, ia memiliki kepedulian dan empati terhadap semua orang. Seperti halnya, ia diminta tolong oleh tetangganya yang sedang sakit untuk pergi ke apotek membelikan obat.

Tahrim subuh yang menggema dari surau dan kokokan ayam yang saling bersautan, membangunkan Zuhri yang terlelap dari tidurnya. Lantas melangkah ke kran untuk mengambil wudhu dan menuju ke Surau bersama Ayahnya. Mengawali hari senin yang cerah, sebelum berangkat ke sekolah ia berpamitan dengan orang tuanya. Ayahnya lanjut kembali ke ladang, sedangkan Ibunya ke pasar untuk keperluan sehari-hari. Sang Ibu menitip pesan agar Zuhri belajar dengan sungguh-sungguh agar kelak menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi masyarakat.

Dalam perjalanan menuju sekolah, ia harus melewati jalan setapak dan kerikil, jembatan yang sudah lama, dan menyisiri lahan terbuka yang belum ada budidaya tanaman. Tiga puluh menit untuk sampai kesana, bila hanya berjalan kaki. Sedangkan jika menggunakan sepeda, waktu yang dibutuhkan lebih hemat dua kali dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun