Mohon tunggu...
Andhieni JennieSyahkira
Andhieni JennieSyahkira Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faktor yang Melatarbelakangi Sistem Tanam Paksa di Indonesia

25 Mei 2024   14:25 Diperbarui: 12 Juni 2024   19:30 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem Tanam Paksa, atau dikenal sebagai istilah Cultuurstelsel, adalah kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia pada abad ke-19. sistem yang mewajibkan penduduk menanam tanaman ekspor, Di bawah paksaan pemerintah kolonial Belanda, sistem ini dianggap tidak adil karena upah pembagian hasil kurang layak.

Sistem ini diberlakukan pada tahun 1830 di bawah Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. proses pelaksanaan sistem tanam paksa melibatkan pemimpin-pemimpin pribumi yang bertanggung jawab menjalankan proyek tersebut. sementara itu, pegawai Eropa berperan sebagai pengawas umum, sistem tanam paksa memberikan dampak negatif bagi rakyat Indonesia termasuk kelaparan, penyakit dan kemiskinan.

Tujuan utama dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan pendapatan Belanda dari tanah jajahannya setelah mengalami kerugian besar dalam Perang Napoleon dan Perang Jawa.

Latar Belakang Tanam Paksa di Indonesia

Peraturan tentang penerapan sistem tanam paksa ini dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830.

Sistem tanam paksa mengharuskan setiap desa menyisihkan 20% tanahnya untuk menanam komoditas ekspor, seperti teh, kopi dan kakao. hasil panen Dari tanaman ini wajib dijual kepada pemerintah kolonial Belanda dengan harga yang telah ditetapkan.

Berikut faktor-faktor yang melatarbelakangi diberlakukannya Sistem Tanam Paksa di Indonesia:

1. Kebutuhan Finansial Belanda

Setelah perang yang berkepanjangan dan menguras kas negara, pemerintah Belanda berada dalam situasi finansial yang kritis. Kerajaan Belanda membutuhkan sumber pendapatan baru untuk membayar utang-utang yang menumpuk dan mendanai pembangunan di negerinya. Indonesia, dengan sumber daya alam yang melimpah dan tanah yang subur, dianggap sebagai solusi ideal untuk masalah keuangan ini.

2. Kegagalan Sistem Pajak Tradisional

Sebelum penerapan Sistem Tanam Paksa, pemerintah kolonial Belanda mencoba berbagai bentuk pajak dan sistem ekonomi, seperti pajak kepala dan pajak tanah. Namun, sistem ini sering kali tidak efektif dan tidak mampu menghasilkan pendapatan yang signifikan. Kegagalan sistem pajak tradisional ini memaksa Belanda mencari metode lain yang lebih menguntungkan dan efisien.

3. Peningkatan Permintaan Komoditas Dunia

Pada awal abad ke-19, permintaan global terhadap beberapa komoditas seperti kopi, gula, teh, nila, dan rempah-rempah meningkat pesat. Melihat peluang ini, Belanda berusaha memanfaatkan potensi Indonesia sebagai penghasil utama komoditas-komoditas tersebut. Sistem Tanam Paksa memungkinkan Belanda untuk mengontrol produksi dan memastikan pasokan yang stabil ke pasar dunia.

4. Keunggulan Geografis dan Agrikultural Indonesia

Indonesia memiliki iklim tropis dan tanah yang sangat subur, cocok untuk berbagai jenis tanaman komersial. Keunggulan ini menjadikan Indonesia tempat yang ideal untuk pertanian skala besar. Dengan memanfaatkan keunggulan geografis dan agrikultural ini, Belanda berharap bisa memaksimalkan produksi dan keuntungan dari hasil bumi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun