Mohon tunggu...
Humaniora

Overfishing: Realita dan (Upaya Pencarian) Solusi

7 Mei 2018   01:19 Diperbarui: 7 Mei 2018   10:07 6498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 5 Tampilan Pengguna Aplikasi AquaSpace untuk Ikan European Seabass (kanan) dan Blue Mussel (kiri) (Sumber: Gimpel et al., 2018)

Ecosystem overfishingdiartikan sebagai bentuk pemanenan ikan berlebih yang dapat memberi dampak negatif dan merusak ekosistem daerah tangkapan. Jenis ini terjadi ketika keseimbangan ekosistem berubah dan terganggu akibat penangkapan ikan berlebih. Rusaknya ekosistem akibat overfishing ini dapat berakibat pada hilangnya ikan-ikan besar dengan nilai jual yang tinggi dan akan digantikan dengan ikan bernilai ekonomi rendah.

DAMPAK OVERFISHING

Armada industri penangkapan ikan menggunakan peralatan global satellite positioning, alat pencari ikan sonar, jaring besar dan pancing panjang, pesawat pengintai, dan kapal berpendingin yang dapat memproses dan membekukan tangkapan mereka yang jumlahnya sangat besar. Armada-armada yang sangat efisien ini membantu memasok permintaan akan makanan laut, tetapi para kritikus mengatakan bahwa mereka menyedot laut, mengurangi keanekaragaman hayati laut, dan menurunkan jasa ekosistem laut yang penting (Miller dan Spoolman, 2015).

Salah satu hasil dari perburuan global yang semakin efisien untuk ikan adalah bahwa individu yang lebih besar dari spesies liar yang bernilai komersial --- termasuk ikan cod, marlin, todak, dan tuna --- menjadi langka. Antara tahun 1950 dan 2006, menurut sebuah studi yang dipimpin oleh ahli ekologi laut Boris Worm, ada suatu waktu di mana lebih dari 90% jenis ikan tersebut dan ikan besar lainnya, predator laut terbuka menghilang. 

Seperti yang terjadi pada ikan Atlantic Cod di Newfoundland di tahun 1992. Dampak negatif lain dari penangkapan ikan berlebihan adalah bahwa ketika spesies predator yang lebih besar berkurang, dengan cepat mereproduksi spesies yang menginvasi seperti ubur-ubur dapat lebih mudah mengambil alih dan mengganggu jaring makanan laut (Miller dan Spoolman, 2015).

Selain itu, ketika spesies besar yang bernilai komersial sedang mengalami dampak negatif overfishing, industri perikanan langsung bekerja dengan beralih ke spesies laut yang lebih kecil seperti ikan teri, ikan haring, ikan sarden, dan krill. Sekitar 90% dari tangkapan ini dikonversi menjadi minyak ikan dan makanan ikan, yang sebagian besar diberikan ke ikan yang dibudidayakan. 

Para ilmuwan memperingatkan bahwa ini akan mengurangi pasokan makanan untuk spesies yang lebih besar, yang kemungkinan akan memiliki waktu yang lebih sulit untuk pulih dari penangkapan ikan berlebihan. Hasil akhirnya kemungkinan akan menjadi gangguan lebih lanjut pada ekosistem laut dan jasa ekosistem mereka (Miller dan Spoolman, 2015).

Dampak negatif ekosistem tak langsung yang sangat besar dari penangkapan berlebih telah tampak pada sistem pesisir seperti terumbu karang dan hutan rumput laut (Scheffer, M, et al., 2005). Banyak terumbu karang di seluruh dunia menderita dampak negatif dari stok ikan yang habis, yang dapat mengakibatkan perubahan yang nyata dalam komposisi komunitas benthic. Ikan herbivor yang ikut tertangkap memainkan peran penting untuk pembentukan dan pemulihan terumbu karang (Roth, F., et al., 2015).  

SOLUSI OVERFISHING

Mengingat aktivitas-aktivitas overfishing dapat menimbulkan deplesi/penyusutan sumberdaya biota laut, merusak ekosistem daerah tangkapan, mengancam konservasi serta mengganggu keseimbangan ekologi laut, untuk itu diperlukan solusi yang tepat agar dapat melakukan mitigasi dan minimisasi dampak dari aktivitas pemancingan yang berlebihan tersebut.  

Petrossian (2015) menyatakan bahwa kapasitas MCS (Monitoring, Control and Surveillance) dan pengawasan yang ketat merupakan variabel penting dalam mengendalikan tingkat IUU (Illegal, Unreported and Unregulated) fishing yang terjadi di perairan suatu negara. MCS adalah semua ketentuan yang harus dipenuhi terkait langkah-langkah dalam pengelolaan perikanan dimana masing-masing elemen memiliki tujuan sebagai berikut: (1) pemantauan (monitoring) untuk mengumpulkan informasi tentang perikanan yang berguna dalam proses pengembangan selanjutnya, (2) controlling untuk menilai langkah-langkah pengelolaan yang tepat, dan (3) dengan memanfaatkan informasi yang diperoleh dilakukan pengawasan (surveillace) untuk memastikan agar kontrol ini dapat dipatuhi. Manajemen perikanan modern diharapkan dapat menempatkan strategi, perencanaan dan aktivitas MCS pada tempat yang lebih sentral dan terintegrasi pada seluruh bagian manajemen perikanan sebagaimana yang tertera pada Gambar 4.1 Hubungan Utama antara MCS dan Manajemen Perikanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun