Perjuangan demi perjuangan untuk mencapai kemerdekaan, dirintis berabad lamanya. Hingga saatnya tiba. Bukan hanya pribumi yang rela mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan indonesia. Diantaranya warga asing yang dengan sukarela membantu mewujudkan cita-cita untuk segera merdeka, yaitu Laksamana Muda Maeda.
Laksamana Muda Maeda yang akrab di sebut Maeda. Maeda adalah  seorang perwira tinggi angkatan laut Jepang yang Lahir di Kagosima Jepang.
Pagi hari yang cerah Maeda disambut oleh mentari pagi dan burung burung yang berkicau. Langkah demi langkah ia bersemangat untuk melaksanakan dinas nya di Belanda. Laksamana Maeda berjalan menyusuri lorong lorong dengan pikiran yang kosong, Tidak sengaja Maeda bertemu dengan seorang dua pemuda yang berasal dari indonesia, yaitu Moh Hatta dan Ahmad Soebarjo.
Mereka saling menyapa, lalu mereka bertiga menghampiri suatu taman dengan pohon yang rindang dan sambil menikmati kopi hitam. Ada sapa yang hangat, ada senyum yang manis, juga ada canda dan tawa. Mereka bertiga saling berbincang layaknya orang yang sudah lama tidak bertemu. Hatta dan Ahmad Soebarjo menceritakan keadaan sekarang di Indonesia yang sedang di jajah oleh belanda, Maeda mendengarkan keluh kesah dan cerita cerita dari Hatta dan Ahmad Soebarjo.
Ia mengamati seberapa keras dan besarnya perjuangan para tokoh nasional yang membela indonesia demi terlepas cengkeraman dari penjajah Belanda dan juga Ia sangat bersimpati kepada bangsa indonesia yang sedang memperjuangkan indonesia. Maeda tersentuh hati nya ia ingin sekali membantu indonesia merdeka.
Setelah tiga jam setengah mereka berbincang bincang, Â Hatta dan Ahmad Soebarjo berpamitan mereka berdua akan kembali ke tanah air. Ternyata ini adalah pertemuan pertama dan terakhir untuk di Belanda. "See u next time bro" ucap Moh hatta ke Maeda. "Jika nanti sedang indonesia beri kabar ya" ucap Ahmad Soebarjo. Maeda tersenyum kecil kemudian kembali beraktivitas dan menjalani tugasnya.
Pertemuan yang singkat itu sangat berkesan. Dari pertemuan itu Maeda telah menaruh hati pada Indonesia. Maeda menatap langit malam yang dipenuhi pernak pernik berkilauan, semuanya terlihat sangat jelas, sebab awan malam sama sekali tidak memunculkan gumpalannya dan suara hembusan angin yang menenangkan hati dan pikiran. Tapi tidak dengan Maeda, Pikirannya sedang kacau, ia sedang berada di antara dua pilihan. Yaitu setelah selesai berdinas di Belanda ia ingin datang ke indonesia dan membantu indonesia merdeka, tapi ia di Jepang ditugaskan sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Tentara Kekaisaran Jepang.
Maeda merupakan orang Jepang dengan posisi yang tidak main-main di angkatan bersenjata kekaisaran Jepang. Tindakannya pun bukan tanpa resiko. Semakin larut malam pikiran Maeda semakin kacau, semakin banyak hal hal yang masuk kedalam pikiran Maeda.
Dua jam berlalu. Maeda masih di tempat dan posisi yang sama sambil merenung, suara jangkrik yang mulai terdengar di telinga, Maeda pun menyadari nya hari sudah larut malam bahkan menuju petang. Maeda menghempaskan nafas, lalu maeda berucap dalam hati "oke, sekarang saya akan mengikuti kata hati saya. Saya akan ke indonesia setelah selesai berdinas, untuk membantu indonesia merdeka, dan bertemu saudara saudara istri saya disana" ucap Maeda dengan yakin dan sambil jalan memasuki ruangan rumahnya yang begitu redup.
Ketika Maeda akan memasuki ruangan tidur nya, telepon rumah maeda berdering, Maeda menghampiri telepon rumahnya sangat excited berharap ada kabar bahagia untuk Maeda. Maeda menjawab salam dari sebrang sana. Tiba tiba secara tidak sadar Maeda berurai air mata, kaki Maeda yang tiba tiba lemas, Maeda mendapatkan kabar duka, istrinya di jepang meninggal dunia. Maeda langsung bergegas kembali ke kampung halaman nya, akan mengantarkan istrinya ke tempat peristirahatan terkahirnya.
Tiba lah Maeda di jepang. Ia melihat anaknya yang sedang berlarut dalam kesedihan di kamarnya. Lalu Maeda menghapiri anaknya dengan senyumya yang sangat tipis dan bahkan bagian mata memancarkan kesedihan yang mendalam. "Pa, Seminggu sebelum ibu meninggal, ibu berpesan untuk terus mengenang Indonesia" ucap Nishimura Toaji, sambil memeluk Maeda sangat erat, "ibu juga  ingin berkunjung ke jakarta dan menemui saudaranya di indonesia, tapi ibu meninggalkan kita terlebih dahulu" ucap Nishimura kembali sambil meneteskan air mata. Maeda hanya terdiam dan menyesali penyeselannya karena tidak bisa membawa istrinya ke Indonesia."Ya nak, nanti setelah selesai berdinas di Belanda akan membatu Indonesia Merdeka, dan akan bertemu keluarga keluarga ibu disana" Ucap Maeda kepada Nishimura. Nishimura Toaji adalah anak dari Laksamana Maeda.
Â
Setelah Maeda selesai menguruskan semua urusannya di jepang. Maeda kembali lagi ke Belanda untuk menyelesaikan dinasnya agar ia bisa cepat pergi ke Indonesia. Pada saat Maeda menjalani tugasnya, Maeda ditunjuk menjadi atase AL untuk Belanda. Maka dari itu Maeda Akan lebih lama lagi berdinas di Belanda. Harapan Maeda pupus untuk membantu indonesia merdeka, karena maeda masih lebih lama lagi di Belanda. Pada saat itu Maeda mendapat bocoran bahwa setelah Jerman menyerbu Norwegia dan Denmark, maka Jerman akan menyerang Belanda. Maeda cepat cepat menyampaikan dan memperingatkan pemerintah Belanda bahwa Jerman akan menyerbu Belanda. Hari-hari yang Maeda lewati sangat berat. Hingga tiba lah hari dimana Maeda tugas berdinas di Belandanya selesai.
Maeda kembali ke Jepang. Saat di jepang ternyata Maeda ditugaskan ke Indonesia untuk menegosiasikan perjanjian dagang dengan pemerintah kolonial, terutama untuk membeli minyak untuk Jepang. Akhirnya harapan Maeda terwujudkan untuk datang ke Indonesia. Maeda sangat senang mendapatkan kesempatan ini, padahal waktu itu Maeda sudah mengikhlaskan harapanya untuk tidak datang ke Indonesia, karena dinas di Belandanya semakin lama. Ini semua hanya tentang waktu, sebab segala sesuatu masalah akan berakhir dengan kebahagian apabila kita menghadapi nya dengan sabar dan ikhlas. Selain hanya di tugaskan untuk membeli minyak untuk Jepang, Maeda juga ditugaskan membangun jaringan mata-mata di Indonesia, dengan bantuan warga Jepang sipil seperti Shigetada Nishijima.
Kemudian Maeda datanglah untuk bertugas ke Indonesia seiring dengan kemunculan Jepang, ia menyelesaikan semua tugas yang diberikan pada saat di Jepang. Saat inilah kesempatan emas untuk Maeda. Di Jakarta Maeda membangun sekolah yang di beri nama Asrama Indonesia Merdeka. Asrama ini untuk para pemuda yang terpilih. Maeda  langsung menghubungi Ahmad Soebarjo untuk menjadi penggerak Asrama ini. Ahmad Soebarjo pun setuju ia menjadi penggerak asrama bersama teman nya yaitu Wikana. Akhirnya Maeda meresmikan asrama indonesia. Asrama ini sangat penting bagi para pemuda indonesia, bahkan hampir semua pengajar di sekolah ini yaitu para tokoh toko indonesia. Seperti diantaranya Soekarno yang mengajarkan politik, Hatta mengajarkan ekonomi, Sanoesi Pane mengajarkan Sejarah Indonesia, Sjahrir mengajarkan sosialisme, Iwa Kusuma Sumantri mengajarkan hukum pidana, dan Ahmad Subardjo mengajarkan hukum internasional.
Hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan telah berlalu, akhirnya 30 orang pemuda menjadi lulusan pertama di asrama ini dan angkatan ke dua 80 orang, tetapi angkatan ke dua tidak sempat menyelesaikan pendidikan, karena Perang Dunia II telah berakhir dan Jepang menyerah pada sekutu.
Jepang tiba tiba menyerah dan menyatakan perang ini berakhir. Tapi berita ini masih simpang siur bagi warga negra indonesia. Hatta, Sukarno dan Ahmad Soebardjo mendatangi Maeda untuk mengonfirmasi berita tersebut. Sukarno terus terang menanyakan berita tersebut. "apa benar bahwa Jepang sudah meminta damai kepada Sekutu?" tanya Soekarno. Maeda tidak menjawab dan terdiam satu menit lamanya. Maeda mengangguk seolah olah memberi isyarat kepada Sukarno, bahwa berita itu benar. Maeda lalu mengeluarkan suaranya dan berbicara "bahwa berita itu memang disiarkan oleh Sekutu. Tetapi, di sini belum lagi memperoleh dengan yakin, bahwa Jepang sungguh-sungguh menyerah" ucap Maeda.
Hatta, Sukarno dan Ahmad Soebardjo merasa lega mendengar jawaban dari Maeda, Jawaban Maeda seolah olah menjadi sebuah isyarat bahwa sudah saatnya untuk memerdekakan Indonesia. Dari kejadian inilah muncul desakan agar Indonesia segara mendeklarasikan kemerdekaan.
Keesokan harinya para warga indonesia sangat ramai memperbincangkan Indonesia akan merdeka, dan saking tidak sabarnya untuk merdeka. Warga indonesia ingin Merdeka tanpa bantuan dari jepang. Akhirnya Para pemuda menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Berita penculikan ini pun tersebar, hingga berita ini terdengar oleh Ahmad Soebarjo, yang sedang bekerja. Ahmad Soebarjo  segera bergegas pergi kesana agar Sukarno dan Hatta bisa dibebaskan. Setelah lama perdebatan yang sangat panas, para pemuda pun membebaskan Sukarno dan Hatta dengan syarat proklamasi harus segera diumumkan tanpa bantuan Jepang.
Mereka mencari tempat yang aman untuk merumuskan naskah proklamasi, lalu terbesitlah di pikiran Ahmad Soebarjo untuk menggunakan rumah Laksamana Maeda, Karena Ahmad Soebarjo memiliki kedekatan dengan Laksamana Maeda. Kedekatan ini membuat Maeda lebih lunak terhadap keinginan Indonesia untuk merdeka. Maeda mengijinkan rumahnya untuk merumuskan naskah proklamasi. Para tokoh tokoh nasional sangat berterimakasih kepada maeda karena sudah meminjamkan rumahnya.
Akhirnya setelah perjuangan yang sangat panjang untuk memerdekakan indonesia, naskah proklamasi dibacakan. Indonesia Merdeka! Semua rakyat indonesia bersorak ria! MERDEKA MERDEKA MERDEKA! Selain hanya warga indonesia yang senang, laksamana meda juga ikut senang, karena ia sudah melaksanakan keinginannnya membantu indonesia merdeka.
Setelah Indonesia merdeka, Maeda di siksa, di caci maki dan di tuduh membantu indonesia merdeka oleh warga jepang. Akhirnya meda pun kembali ke jepang. Maeda Bukannya bisa lega setelah kembali ke jepang, tetapi hidup Maeda sangat menjadi berantakan,semua masalah bermunculan. Maeda diseret meja hijau karena membantu Indonesia ke gerbang kemerdekaan, seperti yang dialaminya ketika ditahan sekutu. Selain itu maeda juga di caci maki habis habisan oleh rakyat jepang. Lalu maeda di tahan selama beberapa bulan, karena maeda berhasil membantah. Akhirnya ia melepaskan jabatan nya, dan ia menikmati sisa hidupnya yang sangat kejam.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H