Pertemuan APEC di bali awal oktober 2013 hasilnya tak jauh dari perkiraan banyak orang, bahwa Indonesia akan membuka seluas-luasnya perdagangan dan investasi bagi korporasi/perusahaan multinasional atau dengan kata lain akan terbentuk Liberalisasi Perdagangan.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia akan berkompetisi lebih ketat di pasar global ini. Hal ini akan berdampak pada kinerja perusahaan tersebut dan berakibat penekanan kerja yang lebih intensif bagi buruh. Pihak perusahaan berusaha mencari keuntungan lebih agar mampu bersaing dengan system perdagangan liberal ini. Segala cara di upayakan, salah satunya upah murah bagi buruh.
Poster ini dibuat oleh teman-teman “posteraksi” dalam rangka menolak Inpres No 9 tahun 2013. Inpres terbit karena “konspirasi jahat pejabat dan pengusaha hitam” agar bias dijalankan “politik upah murah di tahun 2014”. Bertahun- tahun menghisap kinerja buruh yang padat serta kerja lembur yang seringkali tak dibayar. Pengusaha berupaya lari terhadap masa depan hidup kaum buruh. Jaminan kesehatan, jaminan social terhadap masa tua, jaminan pensiun pendidikan, keluarga, tak disiapkan oleh pengusaha. Jelas tujuannya yaitu demi meningkatkan terus keuntungan dari perusahaannya.
Dalam proses interpreasi terhadap desain poster, penulis membedakannya menjadi dua makna, yaitu makna denotatif dan makna konotatif.
Makna denotatif makna denotatif dalam poster ini diantaranya :
- Tokoh yang digambarkan dalam desain poster ini adalah buruh wanita
- Terdapat tiga buruh wanita yang digambarkan seperti sedang berteriak sambil menengadahkan kepalanya keatas.
- Buruh yang sedang mengerjakan pekerjaannya sesuai ketentuan dari perusahaan
- Warna dasar abu-abu dan warna lineart biru tua, terdapat pula warna aksen dominan yaitu merah maroon
- Font “MOGOK NASIONAL” menggunakan type army
- Font yang digunakan pada tanggal dan kalimat “TOLAK UPAH MURAH HAPUSKAN OUTSOURCING JAMINAN SOSIAL BAGI RAKYAT” merupakan typeface jenis sans-serif atau tanpa pengait
- Font pada tulisan tagline “KAMI BERSAMAMU” merujuk pada jenis font cetak pada zaman dulu
Makna konotatif makana konotatif yang terdapat pada pster ini diantaranya :
- Buruh wanita digunakan dalam poster ini karena dianggap mampu mempresentasikan kerja keras yang di lakukan seorang wanita sebagai buruh dan tidak sepatutnya pihak perusahaan tidak mempedulikan nasib mereka. Selain itu di Indonesia sendiri buruh pabrik memang kebanyakan di isi oleh perempuan dan bukan laki-laki.
- Tiga buruh wanita seolah-olah sedang berteriak untuk menyuarakan isi hatinya tentang ketidakdailan yang terjadi terhadap mereka. Ketidakadilan yang dilakukan pihak perusahaan dengan menerapkannya upah murah buruh dianggap merendahkan dan tidak menghargai pekerjaan sebagai buruh. Buruh wanita ini berteriak seolah-olah untuk memberikan tuntutan kepada pihak pengusaha agar menjamin masa depan buruh.
- Digambarkan buruh yang mengerjakan pekerjaan yang sama dan memakai pakaian yang seragam diperlihatkan seperti robot-robot yang patuh dan tidak layak untuk menuntut. Dianggap buruh hanyalah sekedar pesuruh atau budak untuk mengerjakan apa yang diperintahkan.
- Warna dasar abu-abu seperti sedang menyuarakan betapa suramnya masa depan buruh dimasa itu jika upah murah benar-benar dterapkan. Abu-abu bukanlah warna yang cerah yang menyimbolkan kebahagiaan melainkan warna abu-abu menyimbolkan rasa murung dan rasa tidak puas.
- Warna biru tuan dan merah maroon mengisyaratkan warna penolakan terhadap sesuatu. Dalam hal ini merupakan penolakan yang dilakukan para buruh terhadap Inpres No 9 tahun 2013 yang dianggap merugikan buruh dan dianggap tidak berperikemanusaiaan.
- Font pada “MOGOK NASIONAL” memilih jenis army agar mampu mempresentasikan bahwa mereka yang melakukan penolakan dalam bentuk mogok kerja secara nasional memiliki sifat yang tak gentar terhadap ancaman. Font army dianggap mampu menciptkan perasaan tegas bagi yang melihatnya sehingga kata “MOGOK NASIONAL” menjadi sebuah kata pernyataan tegas yang mampu mengubah persepsi orang.
- Font pada kalimat penjelas menggunakan jenis sans-serif bertujuan agar tingkat keterbacaannya tinggi sehingga orang mampu dengan jelas dan tegas membacanya.
- Tegline “KAMI BERSAMAMU” yang besar mengacu pada makna bahwa mereka yang ikut berjuang dalam gerakan ini tidak sendiri sehingga mari bersama kita menolak pernyataan upah murah bagi buruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H