Mohon tunggu...
andari wardani
andari wardani Mohon Tunggu... Koki - swasta

suka memasak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Udang di Balik Batu

17 Juli 2020   20:50 Diperbarui: 17 Juli 2020   20:49 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang ada di benak kita dengan kata mendadak ? Dalam kosa kata mendadak hampir sama artinya dengan tiba-tiba.

Dik Rasmi tiba-tiba rajin membantu ibu di rumah. Baliho depan kantor Bapak tiba-tiba rubuh. Atau sepeda yang dikendarai Adi tiba-tiba oleng karena menambak batu. Tiga kalimat diatas hampir sama artinya dengan  dik Rasmi mendadak rajin membantu ibu di rumah, baliho depan kantor Bapak mendadak rubuh  dan sepeda yang dikendarai Adi mendadak oleng karena menabrak batu.

Tiba-tiba atau medadak adalah satu kondisi yang tidak ter bayangkan sebelumnya atau tidak diduga sebelumnya. Karena Adi tidak tahu jika di tengah jalan ada batu, lalu menabrak jadi sepeda mendadak oleng.

Atau Rasmi yang sebelumnya malas gerak alias mager dengan membawa smartphone sepanjang hari, tiba-tiba rajin membantu ibu memasak di dapur sampai membersihkan rumah. Apa yang membuat Rasmi tiba-tiba rajin. Motivasi apa yang membuat Rasmi yang  suka mager itu menjadi rajin membersihkan rumah ?

'Mendadak atau tiba-tiba' membuat kondisi yang berbeda dengan sebelumnya. Bisa lebih baik, bisa lebih buruk. Lingkungan juga akan bereaksi pada hasil 'tiba-tiba' terlebih jika motivasinya tidak tulus atau kemungkinan punya dampak buruk.

Nah, kita bawa 'mendadak ' ke suasana bangsa kita akhir-akhir ini,

Kalau kita perhatikanada beberapa orang yang selama ini selalu tidak puas dengan apa yang dikerjakan pemerintah, mereka juga mengingkari (tidak mengakui) Pancasila dan tidak menyukai keragaman yang dimiliki Indonesia, sering menuding pemerintah adalah thogut, tiba-tiba dengan gagah berani mengatakan bahwa siapapun yang ingin mengubah Pancasila adalah musuh negara. 

Singkat kata, mereka mendadak bersikap bermusuhan dengan orang-orang yang menentang Pancasila, meski selama ini dia juga menentang Pancasila.

Sama dengan si Rasmi yang selama ini nyaman dengan 'magernya, kenapa tiba-tiba dia ingin membantu ibu dengan rajin ? Apa motivasinya ?

Beberapa pihak melakukan unjuk rasa pada akhir Juni dan siang tadi untuk mendesak DPR dan Pemerintah menghentikan pembahasan Rancangan Undang Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP).  

Mereka membangun narasi, jika ada upaya untuk mengubah Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila, maka itu adalah perbuatan makar yang harus segera dibinasakan.

Kita sepatutnya cermati motivasi dan visi mereka membawa narasi itu ke public dan tidak terkecoh dengan propaganda-propaganda yang mereka bangun yang seolah-olah  pro Pancasila, namun di dalam hatinya ada khilafah sebagai bentuk negara Keyakinan pada sebuah ideologi tak mungkin bisa berubah dengan tiba-tiba atau mendadak atau sekonyong-konyong. Pasti ada udang di balik batu. Mereka hanya mencari jalan yang lebih aman dan waktu yang tepat untuk meraih cita-citanya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun