Mohon tunggu...
Andarbeny
Andarbeny Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Merajut pikiran lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sampai Kapan 'Bola Api' di Tengah Transportasi Online dan Angkutan Konvensional Akan Memanas?

10 Maret 2017   05:29 Diperbarui: 10 Maret 2017   18:00 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bentrok transportasi online dan angkot di Tangerang ("]

 

Hadirnya Transportasi Online Sebagai Inovasi dan Solusi

   Ditengah buruknya kualitas armada & pelayanan moda transportasi umum khususnya di Jabodetabek serta kemacetan yang kian tak terurai sebuah inovasi baru dalam moda transportasi yaitu transportasi berbasis aplikasi hadir sebagai jawaban akan kebutuhan masyarakat kota akan transportasi yang layak dan efisien. Kehadiran transportasi online pun disambut hangat oleh masyarakat baik sebagai pengguna maupun sebagai mitra driver dan tak butuh waktu lama bagi perusahaan transportasi berbasis aplikasi untuk melakukan penetrasi pasar di Indonesia khususnya Jabodetabek. Bagi penumpang yang ingin bepergian tak perlu bersusah payah berjalan keujung jalan atau terminal untuk mendapat angkutan cukup dengan sentuhan jari dilayar driver transportasi online pun sekejap datang di pintu rumah. Bagi para pencari kerja pun lowongan menjadi mitra driver transportasi online pun menjadi sebuah tawaran yang cukup dipertimbangkan. Fleksibilitas waktu dan sulitnya mencari pekerjaan formal menjadikan pekerjaan sebagai driver dinilai sangat layak dijadikan sebagai alternatif. Diawal kemunculannya perusahaan transportasi berbasis aplikasi juga gencar memberikan promo besar-besaran pada konsumen dan insentif yang tak sedikit bagi mitra drivernya. Meski bagi sebagian orang hadirnya transportasi online dinilai sebagai sebuah solusi yang menguntungkan, namun tak sedikit juga pihak-pihak yang menganggap kehadiran transportasi online sebagai biang keladi dari munculnya masalah-masalah baru. Siapakah mereka?

 

Mereka yang 'Melawan Arus' ditengah Kemajuan

   Di era transformasi teknologi yang semakin berkembang pesat tak dapat dipungkiri lagi bahwa kini teknologi dan internet bukan lagi sebuah barang mewah yang hanya dapat dijangkau oleh kalangan tertentu saja. Membeli barang kini bisa lewat situs e-commerce, pesan makanan bisa lewat aplikasi bahkan cari jodoh pun bisa lewat aplikasi. Tingkat perubahan dalam kemajuan yang massif ini membuat tak sedikit orang kaget dan akhirnya bergegas untuk berlari mengejar ketertinggalan dan beradaptasi dengan beragam wujud dunia baru dalam teknologi informasi. Namun, tak sedikit juga yang terlunta-lunta dan akhirnya menyerah karena tertinggal terlalu jauh. Bahkan, banyak juga yang akhirnya memberontak melawan arus perubahan yang tak pernah bisa dibendung hingga hari-harinya hanya dihabiskan untuk menyiapkan amunisi untuk melawan musuh yang tak pernah bisa dikalahkan, yaitu perubahan.

 

Beberapa Kejadian Bentrok yang Melibatkan Transportasi Online dan Angkutan Konvensional

   Dipertengahan tahun kemarin, mungkin belum hilang dari ingatan kita beberapa insiden kerusuhan kecil ditengah kota yang dikemas dengan nama 'aksi unjuk rasa' yang melibatkan supir taksi dan pengemudi transportasi online. Awalnya, para pengemudi taksi melakukan protes karena hadirnya transportasi online dengan layanan roda empat yang dinilai tak memiliki izin dan menggunakan tarif yang sangat diluar akal sehat sehingga membuat konsumen taksi konvensional banyak beralih ke transportasi online. Namun dilapangan yang terjadi adalah para sopir taksi konvensional melakukan sweeping pada ojek online dan juga melakukan sistem 'culik' dengan order fiktif melalui pemesanan order lewat aplikasi. Dalam aksi yang menjurus pada tindakan anarkis ini, bentrok antar kedua belah pihak pun tak dapat terhindarkan. Dalam kasus ini pihak kepolisian langsung mengambil tindakan dengan membuat surat perjanjian antar kedua belah pihak agar menutup kasus ini dan tak ada aksi balas dendam setelah kasus ini berakhir.

Kasus bentrok terbaru adalah yang terjadi kemarin, Rabu (8/3) dalam aksi unjuk rasa sopir angkot di Tangerang yang menolak kehadiran transportasi berbasis aplikasi di wilayah mereka yang dinilai menurunkan pendapatan mereka. Dalam kasus ini tercatat sopir angkot melakukan sweeping di beberapa wilayah dan mengambil hp serta atribut driver ojek online serta melakukan intimidasi kepada driver ojek online yang melintas di wilayah Tangerang. Tak lama berselang, bentrok fisik pun terjadi yang mengakibatkan dua mobil angkot rusak menjadi sasaran amuk massa. Suasana makin memanas ketika seorang driver ojek online yang sedang berjalan ditabrak dengan kecepatan tinggi oleh sopir angkutan umum yang sampai hari ini belum terungkap identitas pelakunya. Akibat kejadian itu, driver tersebut harus mendapat perawatan intensif dan sempat mengalami koma. Dalam kasus bentrok antar ojek online dan sopir angkot, pihak keamanan akhirnya membuat surat perjanjian damai yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yang isinya kurang lebih untuk menutup kasus di hari itu dan tidak ada aksi balas dendam dikemudian hari.

Dua kasus tadi baru menggambarkan kejadian yang terjadi dalam skala besar dimana masih sangat banyak sekali kejadian yang tidak terekspos oleh media khususnya diwilayah-wilayah perbatasan luar Jakarta yang agak kurang kondusif dan memiliki resistensi yang tinggi terhadap hadirnya moda transportasi online.

Menyikapi Konflik Horizontal ditengah Transportasi Online dan Angkutan Konvensional

   Dalam menyikapi kasus konflik horizontal yang terjadi antara para pengemudi transportasi berbasis aplikasi dan pengemudi angkutan konvensional, sudah saatnya kedua belah pihak saling introspeksi diri. Di masa transisi yang cukup rentan ini, kehadiran transportasi berbasis aplikasi dianggap terlalu prematur sehingga membuat banyak pihak seperti: ojek pangkalan, sopir taksi, sopir angkot, organda dan angkutan konvensional lainnya merasa dirugikan atas hadirnya moda transportasi online ini. Pemberian promo besar-besaran dan penetrasi pasar yang cukup massif juga mendorong tumbuh suburnya transportasi berbasis aplikasi di Indonesia. Hal inilah yang harusnya disadari oleh para pengemudi transportasi online dimana kadang masih ada beberapa hal-hal sepele yang tak seharusnya dilakukan seperti menaikan atau menurunkan penumpang didepan kumpulan ojek pangkalan, atau menunggu order masuk didepan pangkalan taksi konvensional. Meskipun kesannya sepele, dua kejadian tadi memang sering terabaikan padahal, ketersinggungan akan cepat tersulut ketika terjadi hal tersebut. Belum lagi mobilitas massa yang cukup tinggi dari kedua belah pihak (Red: ojek pangkalan dan pengemudi transportasi online) yang tergabung dalam komunitas mereka juga sangat mudah melahirkan solidaritas yang berujung konflik ketika ada salah satu anggota mereka yang mendapat perlakuan kurang mengenakan. Konsumen juga harusnya lebih peka dengan kondisi sekitar saat hendak memasukan wilayah penjemputan agar tidak persis didepan ojek pangkalan maupun tempat berkumpulnya para pengemudi angkutan konvensional. Hal ini penting dilakukan mengingat tidak semua driver hafal betul wilayah di lokasi penjemputan dan driver juga yang harus menanggung resiko cukup besar manakala harus bergesekan langsung dengan pihak angkutan konvensional. Para pengemudi angkutan konvensional pun sudah saatnya lebih terbuka menerima kehadiran transportasi online ditengah kebutuhan masyarakat akan transportasi yang layak dan efisien. Jika merasa ada penurunan pendapatan karena hadirnya transportasi online disebuah wilayah, jangan salahkan para driver karena hal ini merupakan seleksi alam. Pilihan terbaik adalah driver angkutan konvensional bisa beradaptasi dan beralih menjadi driver transportasi online agar mereka dapat meningkatkan penghasilan atau mereka tetap stay di angkutan konvensional dan bersama dengan organda membangun angkutan konvensional yang lebih ramah bagi penumpang sehingga dapat unggul dalam seleksi alam.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun