Mohon tunggu...
Andang Huriat
Andang Huriat Mohon Tunggu... -

rakyat kecil yang gatal untuk berceloteh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Semua karena Jokowi

15 Juli 2014   14:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:17 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Alangkah indahnya, alangkah sejuknya dan alangkah nyamannya, tidak akan ada hiruk pikuk tentang perbedaan hasil dari lembaga survei. Tidak akan mungkin juga akan ada counter claim dari kubu Prabowo Hatta. Tapi sayangnya ini cuma harapan dan impian saya saja tentang Jokowi yang dulu. Jakarta ternyata telah membuat Jokowi berubah jauh, tidak lagi ndeso dan neko-neko.

Saya tidak tahu apakah langkah "pendeklarasian" menyikapi hasil quick  count itu sebagai sebuah euforia kegembiraan atau sebagai sebuah strategi politik.

Jika hanya sebuah euforia kegembiraan dan ketidak sengajaan, betapa sangat naifnya pendeklarasian yang dilakukan itu, karena sebagai calon pemimpin bangsa tidak memikirkan efek in-stabilitas yang ditimbulkan, mengingat perbedaan suara yang tidak terlalu besar. Betapa kurangnya kematangan politik seorang Jokowi jika tidak memperhitungkan efek yang akan terjadi. Sebaliknya, jika hal ini merupakan sebuah kesengajaan, alangkah berbahayanya strategi yang dijalankan, karena hanya untuk sebuah ambisi politik mengorbankan persatuan dan kesatuan bangsa. Bayangkan berapa mahalnya harga yang harus dibayarkan.

Melihat komentar Jokowi meninjau hasil penghitungan suara KPU Jawa Barat dan Jawa Tengah yang selalu mengkaitkannya dengan kata-kata "hasilnya tidak jauh berbeda dari hasil quick count", terlihat jelas bahwa pendeklarasian sikap itu adalah sebuah kesengajaan dan upaya penggiringan opini publik untuk menolak hasil KPU jika tidak sama dengan hasil quick count. Sikap yang seharusnya tidak boleh dimiliki oleh seorang pemimpin bangsa. Bayangkan kalau seorang pemimpin tidak bisa mempercayai instuisi resmi negara dan mencurigainya mau menjadi apa bangsa ini nantinya.

Sebenarnya kalau setelah pendeklarasian yang dilakukan oleh Jokowi, disambut oleh Prabowo dengan pernyataan sikap,

"Wes ra..poo.., ra...poo..., tenang ae...tunggu KPU tanggal 22 Juli...sing sabar..yo...rek"

kemungkinan juga tidak akan ada keriuh rendahan ini. Tapi hal itu tidak mungkin, karena kubu Jokowi sudah memperhitungkan akan ada counter attack dari Prabowo sebagai efek sampingnya.

Jadi sebenarnya bukan hasil quick count itu yang menjadi bahagian terpentingnya, tapi cara menyikapi hasil itu yang menjadi kunci utamanya. Bisa anda bayangkan menyikapi hasil quick count saja sudah dengan cara seperti ini, bagaimana akan menyikapi masaalah bangsa yang begitu besar ini kalau seandainya Jokowi jadi Presiden dalam 5 tahun kedepan. Bersiap-siaplah untuk kecewa. Dan kalau hasil KPU ternyata berbeda dan situasinya menjadi tidak terkendali, tentu anda bisa menilai sendiri siapa penyebabnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun