Mohon tunggu...
Andang Huriat
Andang Huriat Mohon Tunggu... -

rakyat kecil yang gatal untuk berceloteh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pertandingan Bola Antarkampung

18 Juli 2014   19:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:57 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demam piala dunia rupanya juga menjalar ke negeri antah berantah ini. Setelah disepakati oleh panitia maka diadakanlah pertandingan sepak bola antara dua kampung yang masih berada dalam satu wilayah ini. Kampung yang satu namanya Kampung CITY, terletak didaerah pinggiran kota. Seperti namanya rata-rata penduduk kampung ini sudah agak berpendidikan dan agak sedikit bergaya perkotaan, meskipun belum benar-benar kota. Sementara kampung satunya bernama kampung ABAL-ABAL, terletak agak sedikit jauh dari pusat kota, kalau tidak bisa dikatakan kampung sekali. Penduduknya beragam, ada yang berpendidikan, ada yang tidak, ada juga yang setengah berpendidikan. Gaya penduduk disini juga macam-macam, ada yang seperti orang ngerti tapi tidak ngerti, seperti orang pintar tapi ngak pintar. Namanya juga kampung abal-abal.

Sebelum terjadi pertandingan, banyak kampung lainnya menyarankan untuk tidak melakukan pertandingan dengan kampung abal-abal. "Mereka hanya mengerti menendang bola, tapi tidak mengerti peraturan bermain bola", begitu rata-rata kampung lainnya mengatakan. Lalu mereka mengatakan lagi, "Yang lebih parahnya mereka itu, ngotot dan memaksa untuk menang. Pokok e menang, itu semboyan mereka". Tapi apa boleh buat kampung city sudah berjanji untuk melakukan pertandingan dengan kampung abal-abal.

Pada hari yang sudah ditentukan, diadakanlah pertandingan itu. Suporter dari kedua kubu pun berdatangan. Jelas sekali perbedaan antara suporter kedua kubu itu. Dari kampung city, suporternya lebih agak tenang, sementara dari kampung abal-abal agak sedikit riuh dan ramai, biasa tipikal abal-abal. Peluit panjang pertanda pertandingan dimulai telah ditiup oleh wasit. Para pemain yang berada dilapangan pun mulai menendang bola. Sampai dengan 45 menit babak pertama, meskipun kedua kesebelasan saling serang, tidak terjadi satu gol pun juga. Babak pertama pun berakhir. Tidak ada kejadian yang luar biasa juga dengan suporter kampung abal-abal, biasa biasa saja meskipun teriakan mereka lebih riauh dari kampung city. Ah, jangan-jangan  apa yang selama ini dikatakan oleh penduduk kampung lainnya itu cuma isapan jempol belaka, demikian pikiran suporter kampung city.

Babak kedua pun dimulai. Permainan kedua kesebelasan meningkat dalam tempo yang cukup tinggi. Akhirnya pada menit ke 15 babak kedua terjadilah gol ke gawang kampung city, suporter dari kampung abal-abal pun melonjak lonjak kegirangan, suasana jadi riuh rendah. Luapan kegembiraan membahana dipinggir lapangan. Bola kembali diletakan ditengah lapangan dan pertandingan dimulai kembali. Penonton dan suporter pun kembali tenang. Kampung city yang berada dalam posisi ketinggalan mulai melancarkan serangan bertubi-tubi ke arah gawang kampung abal-abal. Suporter kedua kampungpun kembali riuh rendah.

Memasuki menit ke 30 babak kedua, suasana makin panas. Suporter kampung abal-abal mulai mendekati pinggiran lapangan dan berteriak riuh rendah. Pada menit ke 35, bola keluar lapangan dan berada didaerah suporter kampung abal-abal. Keriuhan terjadi disana, bola tidak kembali ketengah lapangan tertahan ditengah riuh-rendahnya suporter kaum abal-abal. Wasitpun terpaksa menemui para suporter kampung abal-abal untuk meminta bola dan melanjutkan pertandingan. Tetapi yang terjadi kemudian sungguh diluar dugaan, suporter kampung abal-abal berteriak kepada wasit supaya pertandingan dhentikan. "Kita sudah menang...,kita sudah menang...waktu yang tersisa sudah tidak ada gunanya ...tidak akan mungkin terjadi gol balasan..." Teriakan-teriakan "kita sudah menang..kita sudah menang..., pertandingan dihentikan...", menggema disekeliling wasit. Akhirnya wasitpun terpaksa meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir.

Suporter kampung city yang pembawaannya memang agak lebih tenang pun akhirnya termangu-manggu kebingungan. Ternyata apa yang dikatakan kampung lain itu benar adanya, "BISA MAIN BOLA TAPI TIDAK MENGERTI PERATURAN BERMAIN BOLA".

Ini masih belum seberapa, begitu penuturan kampung lainnya. Ada lagi yang lebih parah keadaannya, lanjut mereka. JIKA BELUM MENANG, SUPPORTER PUN IKUT MASUK KEDALAM LAPANGAN DAN IKUT MENENDANG BOLA KE GAWANG LAWAN. Sambil tetap termangu-mangu tak percaya dengan keadaan yang disaksikannya suporter kampung kota pun berkata dalam hati, MEMANG PERLU REVOLUSI MENTAL untuk orang-orang ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun