KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3.
Oleh: Andang Budi Harjono, S.Pd.
CGP Angkatan 9 Kota Yogyakarta Tahun 2023
Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba mecurahkan pemahaman saya setalah mempelajari modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik pada program pendidikan guru penggeraka (CGP) angkatan 9 kota Yogyakarta. Coaching merupakan suatu aktivitas antar coach dengan coachee berupa aktivitas percakapan yang bertujuan untuk menemukan suatu penyelesaian masalah. Coach berperan sebagai rekan dari coachee yang mampu menggali informasi dari coachee (yang memiliki permasalahan) sehingga coachee mampu memunculkan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Dari materi yang saya pelajari saya menemukan berbagai pengetahuan baru tentang penyelesaian masalah tanpa menginterfensi atas permasalahan yang dihadapi.
Sebelumnya dalam menyelesaikan permasalahn saya lebih sering untuk memberikan saran solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh coachee. Hal tersebut saya rasa sudah tepat karena permasalahan yang dihadapi oleh orang lain setalah bercerita dengan saya mandapatkan solusi dan penyelesaian. Akan etapi setelah saya mempelajari materi modul 2.3. ini aktifitas saya dalam memberikan solusi pada permasalahan teman ternyata kurang tepat. Hal ini dikarenakan karena solusi diberikan dari saya bukan berasal dari coachee atau orang yang memiliki permasalahan. Solusi dari saya tidak kontruktif, dalam arti orang yang memiliki permasalah hanya sekedar menjalankan solusi dari saya dan bukan berasal dari dalam dirinya sendiri. Padahal ketika solusi tersbut muncul dari irang yang memiliki masalah tersebut akan menumbuhkan pola pikir yang konstruktif dan berkembang dari seorang yang mengalami permasalahan.
Aktifitas coaching dengan menerapkan alur TIRTA akan memberi banyak informasi yang didapat dari coachee melalui beberapa pertanyaan yang berorientasi pada permasalahan yang ada. Coach hanya sekedar menggali informasi saja tanpa menginterfensi solusi atas permasalahan yang dihadapai oleh coachee. Dari aktivitas ini didapati bahwa permasalah yang dihadapi coachee akan terlesesaikan dengan langkah-langkah yang disusun sendiri oleh coach dari proses percakapan yang dilakukan antara coachee dan coach.
Sebagai coach saya merasakan hal-hal baru dalam mendampingi seorang coachee dalam menyelesaikan permasalah yang ada. Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap permasalahan yang ada pada diri coachee menjadi salah satu sarana seorang coach untuk membantu penyepesaian permasalahan yang ada. Perlu disadari juga seorang coach harus mampu menahan diri dalam sesi perbincangan, jangan sampai seorang coach memberikan suatu argumen untuk menyelesaikan permasalahan. Coach juga mampu untuk menjaga situasi percakapan agar tetap mengalir. Penyampaian pertanyaan-pertanyaan terkait dengan permasalahan yang dihadapi oleh coachee hendaknya harus mampu menggali ide gagasan dan langkah-langkah penyelesaian masalah oleh, dari dan untuk coachee.
Dalam mempelajari coaching untuk supervisi akademik ini terdapat beberapa hal yang saya rasa menjadi nilai baik pada diri saya. Percakapan yang cair dan mengalis serta mampu memberikan pertanyaan pada coachee sudah terdapat pada diri saya. Mengembangkan pertanyaan yang mampu menggali informasi sudah saya laksanakan. Akan tetapi kekurangan juga masih saya dapati pada diri saya pada saat mempraktikan aktivitas coaching yang saya lakukan. Saya sadar percakapan antara coach dan coachee terkesan tergesa-gesa sehingga dalam menggali informasi terhadap permasalahan yang dihadapai coachee kurang optimal. Hal yang demikian yang menjadi koreksi pagi saya sehingga dalam praktik kedepan saya akan berusaha meningkatkan pengelolaan waktu saat melaksanakan coaching.
Terkait dengan materi yang telah saya pelajari pada modul 2. Pembelajaran yang Berpihak Pada Murid pada pembelajaran modul 2.3. ini memberikan pehamaham dalam diri saya bahwa proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas hendaknya selalu berorientasi pada kebutuhan belajar murid. Untuk menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada murid hendaknya guru merancang suatu pembelejaran yang mampu memenuhi kebutuhan belajar murid. Akan tetapi dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran di dalam kelas tidak sesuai dengan perencanaan yang disusun. Disinilah peran aktivitas supervisi akademik dilakukan. Supervisi akademik yang telah dilakukan dalam pembelajaran diawali dengan pra-supervisi dimana dilaksanakn percakanapn sebelum supervisi antara guru dengan supervisor. Kegiatan ini bertujuan untuk menyinkronkan penilaian dan pelaksanaan. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan supervisi utntuk mengamati permasalahan yang dihadapai dalam pelaksanaan pemebalajaran di kelas. Selanjutknya kegiatan dilanjutkan dengan aktivitas pasca-supervisi, pada aktifitas ini supervisor menyampiakan temuan-temuan selama proses pembelajaran. Pada kegiatan pasca-supervisi inilah aktifitas coacing sangat berperan dalam perbaikan pembelajaran.
Dalam pembelajaran yang berpihak pada murid ini juga mengembangkan pembelajaran sosial emosional. Ketika guru menerapkan pembelajaran sosial emosional di dalam kelas mampu memberikan pendidikan yang mengembangkan kecakapan sosial dan emosional bagi murid. Pada aktivitas coaching juga mengedepankan pengendalian emosional dan kemampuan interaksi sosial sehingga coaching mampu berhasil dengan baik dan menghadirkan solusi atas permasalahan yang ada.
Berdasarkan hal tersebut aktifitas coaching sangatlah penting dalam perbaikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Kedepannya saya akan berusaha menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan melakukan perencanaan dengan baik dan menghadirkan kompetensi sosial emosional untuk pengembangan KSE murid. Selain itu saya juga melaksanakan supervisi akademik dengan bekerjasaman dengan guru lain sebagai supervisor dan sebagai coach bagi penyelesaian masalah atas pembelajaran yang saya laksanakan
#andangbudiharjono_CGPA9_Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H