Ditambah dengan masih lemahnya popularitas dan dukungan partai yang masih rendah di Indonesia,menurut sejumlah survei jumlah masyarakat yang resistan dan menolak PSI mencapai 5,6 persen. Padahal elektabilitas PSI berdasarkan survei itu hanya 0,9 persen. Angka resistansi itu jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan tiga partai pendatang baru lainnya.
Kesimpulan
Kesimpulan dari segala yang tertulis tadi adalah bahwa Giring dan PSI berusaha untuk menunjukkan gagasan pikiran sikap PSI melalui sejumlah narasi kontroversial dan terkadang selalu diakhiri dengan perkataan bahwa mereka mendapatkan penolakan dikarenakan mereka menyampaikan kebenaran, walaupun sejatinya kebenaran itu sendiri bersifat subjektif, namu memang sudah menjadi gaya komunikasi politik yang dilakukan Giring dan PSI.
Dengan gaya komunikasi seperti itulah mereka bisa terhubung juga dengan political news Framming, pemberitaan media dan diskursus publik yang itu tentu dalam konteks politik menjadi penting sebagai bagian cara PSI atau Giring untuk berkomunikasi dengan khalayak umum untuk pembentukan opini atau mengarahkan persepsi publik terhadap mereka.
Dengan meningkatnya pembicaraan dan framing oleh media, PSI bisa meraih sejumlah popularitas di masyarakat dan mungkin bisa menjaring sejumlah golongan yang memiliki ketidaksukaan yang sama oleh PSI, yaitu lawan politinya, soal integritas yang bisa diberikan Giring masih dianggap hanya sebatas angan semata, terlebih lagi sudah menjadi rahasia umum bagi sebuah partai dalam menjaring sejumlah selebritas untuk menjadi agenda tertentu bagi partai tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI