Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Maka dari itu, sudah sewajarnya kita membiarkan mereka melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya dan tidak mengusik mereka. Cukuplah kita memaklumi keyakinan mereka sebagai kenyataan yang ada dalam kehidupan sekitar kita. Tapi yang perlu diingat di sini adalah, bahwa memaklumi dengan keberadaan agama lain, bukan berarti mengorbankan akidah yang kita yakini.
Dari Abdullah bin Amru bin 'AshRA, beliau berkata: ”Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kafir, meramaikan peringatan hari raya nairuz (tahun baru) dan karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.” (Sunan al-Baihaqi IX/234).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H