Mohon tunggu...
Andalusia NP
Andalusia NP Mohon Tunggu... -

Andalusia...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perempuan: Kekuatan Tuhan dalam Dirimu

29 Juli 2010   23:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:28 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Laki-laki itu enak, ke manapun dia pergi rasanya aman. Dia bisa jaga dirinya sendiri..." ujarku. Kulihat kernyit di dahinya.

"Astaghfirullah..." ujarnya beristighfar. Jujur aku terkejut mendengar reaksinya.

"Neng, jangan berpikir seperti itu. Laki-laki tidak bisa menjaga dirinya sendiri, tapi perempuan lah yang menjaga laki-laki" jelasnya dengan cara khas dia jika sedang menerangkan: mata melotot dan urat leher yang meregang. Lucu. Aku yang sedang asyik memainkan ponsel diam sejenak. Menatap kesungguhan akan pernyataannya di wajahnya. Wajah kocaknya kini diwarnai keseriusan.

Obrolan yang menyejukkan di tengah teriknya suasana Istana Bogor. Satu pernyataan seorang teman lelaki tentang pandangannya mengenai perempuan. Pernyataannya yang bahkan aku sebagai perempuan saja tidak pernah berpikir sampai seperti itu.


Perempuan...hmm..sekuat itukah perempuan? Mencoba mengobok-obok apa yang ada dalam 'diri' sebagai perempuan. Benarkah yang dikatakan oleh temanku itu? Apa yang bisa dilakukan perempuan jika memang ia kuat? Mengambil keputusan? Tetap saja perempuan lebih sering untuk menunggu diberi keputusan daripada mengambil keputusan.

"Kamu tahu dengan sifat Allah yang manakah, Ia menciptakan perempuan?" tanya temanku itu lagi. Pertanyaan itu timbul setelah dia dengan seksama mengamati berbagai koleksi patung perempuan telanjang milik Bung Karno di Istana Bogor.

"Maha Indah" jawabku. Ya, yang melekat dalam diri perempuan selama ini adalah keindahan. Baik keindahan raga ataupun jiwanya. Oleh karena itu, aku tak heran jika patung-patung lelaki [meski tanpa busana] tidak terlihat indah. Menurut pengamatanku karena dalam hal apapun yang ingin ditampakkan dari seorang lelaki adalah kekuatan bukan keindahan. Adapun keindahan sering ditampakkan dari diri perempuan.

"Ya, salah satunya. Bahkan keindahan Tuhan yang paling nyata dan agung ada pada tubuh perempuan" ujar temanku itu. Aku senang, berarti jawabanku tak meleset.

"Tapi, bukan itu sebenarnya. Allah menciptakan perempuan dengan sifat Al-Qowiyu-nya. Sifat MahaKuatnya. Oleh karena itu, dalam diri perempuan ada kekuatan yang besar. Ya, perempuan adalah makhluk yang kuat" jelasnya lagi. Jawabanku memang meleset, tetapi entahlah mendengar pandangannya ini rasanya seperti aku dilahirkan lagi menjadi perempuan (lagi).

Aku sering merasa lemah menjadi perempuan, mungkin karena bawaan sifatku yang sensitif dan mudah tersentuh. Kalau sedih nangis. Kalau marah nangis. Kalau sakit hati pun nangis. Sampai-sampai mamah sering bilang 'senjata utamaku adalah nangis'. Aku ingat, saat kecil jika disakiti oleh teman yang akan aku lakukan adalah pulang ke rumah lalu menangis di kamar. Dan, hal itu masih menjadi kebiasaan hingga saat ini. Disakiti bagaimanapun aku tak pernah melawan apalagi membalas. Hanya diam, lalu pergi ke ruanganku (kamar atau kamar kosan) lalu menangis.

"Karena itu, tadi mas bilang kalau perempuan lah sebenarnya yang menjaga laki-laki?" tanyaku. Dia mengangguk, sambil berkata "bapakku kalau ibuku pergi agak lama pasti kelimpungan, karena tak ada temannya. Buatku ini bukti, ibuku yang menjaga bapakku. Jadi ya dik, jangan bilang lagi kalau lelaki bisa menjaga dirinya sendiri" ujarnya dengan bumbu canda seperti biasa.

"Yang tadi itu perspektifnya Ibnu A'rabi tentang perempuan, oleh-olehku seminar di Paramadina kemarin" jelasnya. "Tapi memang perempuan itu kuat, waktu kecil dulu yang bisa membujukku untuk mau sekolah ya ibuku. Kekuatan dengan kelembutannya. Kamu tahu salah satu bukti kekuatan perempuan?" cerocosnya panjang lebar lagi.

"melahirkan..." jawabku langsung yang diiyakan olehnya dengan anggukan.
"Banyak lagi bukti kekuatan perempuan, sulit dan tak akan bisa disebut dan diurut satu persatu. Karena itu, jadi perempuan yang kuat!! Ada kekuatan-kekuatan Tuhan dalam dirimu, dalam diri perempuan yang lain juga", ujarnya menutup percakapan tentang 'diri perempuan'.

Mendengar ocehan 'indah' temanku ini aku jadi merasa dapat lagi memulai hidup ini lebih kuat lagi. Memang dipastikan tidak akan berubah 360 derajat, misalnya melawan apalagi membalas jika tersakiti, karena itu bukan aku [lagipula prinsip hidupku selama ini: la taghdob 'jangan marah!']. Ya, minimalnya jika merasa tersakiti atau apapun itu aku tidak akan terlalu banyak menangis. "Face it with smile, itu loh salah satu keunggulan perempuan juga, tersenyum..." ujar teman saya itu lagi.

Hey ayo semua, jadilah perempuan yang kuat!!

: Untuk tokoh utama dalam tulisan ini, terimakasih untuk obrolan hangat dan penuh makna ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun