Perjalanan kami terus berlanjut menyusuri jalanan provinsi yang padat penduduk. Seakan semua daerah sudah menjadi kota. Bagaimana tidak, jika dibandingkan dengan daerah tempat saya berasal, daerah berpenduduk lebih kurang 50 ribu jiwa saja sudah dinaikkan statusnya menjadi kota otonom.Â
Di Provinsi Jawa Barat, daerah berpenduduk 50 ribu jiwa mungkin hanya dianggap sebuah perkampungan atau desa biasa.Â
Ini mungkin termasuk kritik saya terkait daerah berstatus "desa" yang tentu mendapatkan dana desa di beberapa daerah urban pinggiran kota (yang termasuk wilayah kabupaten) di beberapa kota di Pulau Jawa khususnya di Provinsi Jawa Barat.
Ya, seperti, Kabupaten Garut, Singaparna, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi dan di beberapa daerah. Apakah masih layak disebut desan dan mendapat dana desa tiap tahun?Â
Perjalanan berlanjut, hingga sekitar pukul 20.00 WIB rombongan kami akhirnya sampai di Kota Tasikmalaya. Kami disambut hangat oleh salah seorang teman baik kami orang asli Kota Tasikmalaya.Â
Malam itu kami memutuskan untuk menginap di sebuah masjid karena suatu alasan. Singkat cerita, pagi hari, selepas menunaikan shalat shubuh berjamaah, perjalanan dilanjutkan ke arah selatan menuju tujuan terakhir, Pantai Pangandaran. Setelah berkendara sekitar 3 jam, kami sampai di kawasan wisata itu pada pukul 09.30 WIB.Â
Setelah sampai di kawasan Pantai Pangandaran kami memutuskan untuk mencari penginapan murah untuk beristirahat sejenak dan makan siang.Â
Lalu  perjalanan kami dilanjutkan dengan naik perahu sekitar 5 menit ke sebuah semenanjung berhutan cukup lebat dengan menyewa sebuah perahu kecil.Â
Di semenanjung itu, petualangan di mulai dengan mengunjungi berbagai situs peninggalan purbakala dan beberapa goa. Saya amat bersyukur mendapati hutan di semenanjung kecil ini masih terjaga dengan baik walau beberapa sungai kecil kondisinya mengering, diduga karena pembalakan hutan di beberapa titik di semenanjung ini. Na'uzhubillah.Â
Setelah jalan-jalannya dirasa cukup, kemudian kami memutuskan untuk kembali. Perahu yang mengantarkan kami tadi ternyata sudah menunggu di bibir pantai. Ketika semua rombongan sudah naik, perahu kecil ini kembali berlayar menuju pantai seberang.Â
Di pantai, ritual wajib berupa renang (mandi ombak) dilakoni oleh beberapa kawan-kawan termasuk saya. Setelah puas berenang kami kembali ke penginapan untuk makan malam dan beristirahat.Â