Mohon tunggu...
Suwarnadwipa
Suwarnadwipa Mohon Tunggu... Penulis - Think Sharp

Peduli, Mengamati, Mempelajari, Memahami, Menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ke Pangandaran, Bukan Liburan Biasa

23 Juli 2020   11:13 Diperbarui: 1 Agustus 2020   06:45 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oh ya, terkait dengan sawah, Provinsi Jawa Barat menurut data yang saya kumpulkan merupakan provinsi penghasil beras ke-3 terbesar di Indonesia. Hal ini sudah saya bahas pada tulisan sebelumnya. 

Namun dibalik pemandangan alam yang indah tersebut, saya mencoba melihat ke "dimensi lain" yang seketika membuat saya sedih. 

"Dimensi lain" itu adalah makin tergerusnya luas lahan pertanian oleh perumahan/pemukiman penduduk dan proyek infrastruktur, sungai-sungai yang mulai mengering dengan sisa air yang keruh, pegunungan serta bukit-bukit gundul menguning yang terlihat sejauh mata memandang. 

Saya bergumam dalam hati, keadaan ini akan menjadi bom waktu yang dapat memicu bencana yang sangat hebat di kemudian hari jika tidak ditangani dengan efektif, cepat dan tepat. 

Penggundulan hutan jelas merusak lingkungan dan alam. Banyak musibah yang terjadi bermula dari kerusakan ekosistem hutan. Penduduk Provinsi Jawa Barat yang sangat besar tentu membutuhkan cadangan air yang sangat banyak. 

Cadangan air itu diantaranya disediakan oleh hutan. Lalu, jika hutan terus digunduli dan gunung-gunung terus dicukur habis, maka bagaimana cadangan air dapat disediakan. 

Bahkan yang paling menyedihkan menurut laporan kajian resmi Pemerintah, memprediksi Pulau Jawa bakal kehilangan hampir seluruh sumber air bersih di tahun 2040. Ini berarti 150 juta penduduk Pulau Jawa akan kekurangan air, bahkan untuk sekadar makan atau minum. 

Disisi lain luas lahan pertanian yang terus tergerus seiring dengan makin meluasnya kawasan perumahan, pemukiman dan berbagai megaproyek infrastruktur. 

Apakah ini bukan ancaman? Jelas ini adalah ancaman nyata dalam bidang pangan. Jika sawa-sawah terus dirusak dengan berbagai alasan-alasan, lalu, padi mau ditanam dimana? 

Padahal menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) RI hampir 52% dari produksi beras nasional berasal dari Pulau Jawa. Jika hal ini terus terjadi, maka satu-satunya jalan untuk menutupi kebutuhan pangan nasional adalah dengan impor. 

Angka impor yang semakin membengkak dari tahun ke tahun akan mengancam kedaulatan bangsa dalam bidang pangan. Baiklah, jika impor memang solusi terakhir untuk mengatasi krisis pangan, lalu apakah air bersih untuk sekedar makan, minum, memasak, kakus dan mencuci juga harus impor? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun