Mohon tunggu...
Anc
Anc Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengenal Antonio Carlos Jobim: Arsitek Musik Bossanova dan Musik Brazil Modern

16 Mei 2015   06:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:56 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_417667" align="aligncenter" width="250" caption="Empat Komposer Besar Brazil sedang berkumpul di apartemen milik pianis kenamaan Brazil, Bene Nunes dari atas hingga ke bawah :Ary Barroso, Antonio Carlos Jobim, Ronaldo Boscoli, Carlos Lyra"][/caption]

Apabila kita berbicara mengenai musik Jazz, Bossanova sudah dipastikan tidak lepas dari pembahasan ini. Bossanova merupakan sebuah konsep hibrida dari musik tradisonal Brazil yaitu Samba, bertemu dengan aliran musik yang sangat kompleks, mutakhir, dan populer di dunia internasional yaitu Jazz. Dewasa ini, banyak sekali musisi Jazz internasional membawakan minimal satu atau dua lagu Bossanova dalam setiap pertunjukkannya. Musik Bossanova pada akhirnya menjadi sebuah kesuksesan bagi Brazil dalam memasarkan produk kebudayaannya di dunia internasional. Bahkan Amerika Serikat sendiri pernah merasakan sebuah demam musik Bossanova pada awal 1960an tepat sebelum The Beatles menginjakkan kakinya di negeri Paman Sam pada tahun 1964 atas undangan seorang presenter legenda yang bernama Ed Sullivan. Bahkan salah satu lagu Bossanova yang terkenal berjudul The Girl From Ipanema (Garota De Ipanema) menjadi satu-satunya lagu Jazz yang melegenda bahkan mampu menyaingi keperkasaan lagu Yesterday dari The Beatles

Tokoh dibalik kejayaan Bossanova menurut para sejarahwan, jurnalis musik hingga musisi baik dari Brazil maupun dunia internasional ada tiga orang yaitu Joao Gilberto, Vinicius de Moraes, dan Antonio Carlos Jobim. Joao Gilberto (1937-    ) berhasil menunjukkan kepada dunia betapa indahnya musik Bossanova melalui gaya menyanyinya yang datar namun lembut didukung oleh petikan gitar yang tak kalah menyejukkan sehingga menjadikan musik Bossanova ini indah dan nikmat untuk didengar. Vinicius de Moraes (1914-1980) merupakan sosok yang bertanggung jawab dibalik keindahan lirik pada lagu-lagu Bossanova.  Vinicius sebelumnya adalah seorang diplomat Brazil yang juga aktif sebagai dramawan, sastrawan, dan juga penyanyi. Kecintaannya kepada Sastra dan Musik membuatnya rela meninggalkan karir Diplomatnya. [caption id="attachment_417670" align="aligncenter" width="293" caption="Tiga tokoh dibalik kejayaan Bossanova (Au Bon Gourmet, 1962) . Tom Jobim dan Vinicius de Moraes (di belakang piano), Joao Gilberto (bermain gitar dengan kemeja putih) (sumber : www.youtube.com)"]

14316788931518800233
14316788931518800233
[/caption] Berikut sosok yang akan saya bahas adalah sosok ketiga sekaligus sosok pamungkas dibalik kejayaan Bossanova yaitu Antonio Carlos Jobim atau dikenal dengan nama singkatnya Tom Jobim. Performance Skill dari Joao Gilberto dan keindahan lirik dari Vinicius tidak akan berfungsi sama sekali tanpa adanya alunan nada-nada musik yang diciptakan oleh Antonio Carlos Jobim. Jobim adalah tokoh utama yang berhasil membawa musik Bossanova hingga level dunia internasional. Tidak hanya itu saja, Jobim juga sukses membangun sebuah konsep dasar bagi berkembangnya musik Brazil modern atau yang dikenal dengan nama Musica Populeira Brasileira (MPB) Jobim dilahirkan di Tijuca, Rio de Janeiro pada  25 januari 1927. Jobim lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berada. Ayahnya, Jorge de Oliviera Jobim adalah seorang Diplomat, Professor sekaligus Jurnalis dan ibunya Nilza Almeyda de Brasileiro adalah seorang kepala sekolah. Kedua orang tuanya bercerai saat Jobim masih kanak-kanak. Ibunya kemudian membawa Jobim dan adiknya, Helena ke distrik Ipanema sebuah distrik di dekat pesisir barat kota Rio de Janeiro dan menikah kembali dengan Celso Passoa, sosok yang mendukung passion Jobim terhadap musik bahkan membelikan sebuah piano klasik sebagai wujud dukungannya. Kecintaan Jobim terhadap musik sangat besar, walau untuk itu iya harus merelakan studinya di Sekolah Tinggi Arsitektur terbengkalai. Jobim akhirnya memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan hidupnya dengan bekerja sebagai musisi di kelab-kelab malam kota Rio de Janeiro. Konsep bermusik Tom Jobim sebagian besar berpijak pada Pixinguinha yang juga berhasil mempertemukan Samba dengan musik Jazz ala New Orleans. Selain  itu Jobim juga mendapat tutorial khusus dari guru-guru musiknya seperti Lucia Branco dan Hans-Joachim Koellrutter (seorang guru musik keturunan Jerman yang mengadvokasi modernisasi musik Brazil). Konsep Musik Jobim juga mendapat pengaruh dari Claude Debussy, Maurice Ravel, Burt Bacharach, Astor Piazolla, George Gershwin, Heitor Villa-Lobos dan Ary Barroso Reputasi Jobim mulai bersinar pada tahun 1956, ketika dia diminta oleh Vinicius de Moraes sebagai komposer Musik untuk sebuah film yang berjudul Orfeu de Conceicao. Salah satu lagu soundtrack dalam film ini akhirnya menjadi salah satu trademark bagi Jobim yaitu Se Todos Fossem Iguais A Voce. Tiga tahun kemudian Vinicius dan Tom kembali dipanggil untuk membuat sebuah soundtrack untuk film selanjutnya yaitu Black Orpheus (1959). Lagu-lagu tersebut dikerjakan Tom dan Vinicius melalui telepon karena Vinicius saat itu sedang dinas di Montevideo, Uruguay. [caption id="" align="aligncenter" width="495" caption="Tom Jobim dan Vinicius de Moraes pada akhir 1950an"]
sss
sss
[/caption] Selain membuat soundtrack untuk kedua film tersebut, Jobim terlibat dua proyek musik bersama dua orang penyanyi legendaris yaitu Joao Gilberto dan Elizeth Cardoso. Jobim bergerak sebagai komposer, aransir sekaligus musisi dalam album Elizeth Cardoso yang berjudul Cancao de Amor Demais (1958). Album ini menjadi sebuah album legendaris bagi sang diva, Elizeth Cardoso dan sang komposer Antonio Carlos Jobim. Salah satu lagu legendarisnya adalah Eu Nao Existe sem Voce. Sedangkan proyek selanjutnya adalah bersama Joao Gilberto yang akhirnya menghasilkan sebuah album Bossanova pertama dalam sejarah yaitu Chega de Saudade (1959). Album ini sukses besar dan hingga saat ini bertengger pada posisi keempat album paling legendaris sepanjang sejarah di Brazil versi majalah Rolling Stone. Selain albumnya yang sukses lagu-lagunya seperti Desafinado dan Chega de Saudade juga berhasil merebut perhatian pecinta musik Jazz baik di Brazil maupun dunia internasional.

Hasil gambar untuk chega de saudade
Hasil gambar untuk chega de saudade

Dua album Bossanova pertama di dunia, Seluruh lagu dalam album ini adalah hasil ciptaan Tom Jobim (sumber: en.wikipedia.org). Popularitas Tom Jobim dengan konsep musik Bossanova nya akhirnya semakin mendapat apresiasi hingga memasuki Amerika Serikat. Semua berawal dari kunjungan misi kebudayaan Amerika Serikat ke Brazil yang didalamnya terlibat seorang gitaris Jazz legendaris Amerika Serikat, Charlie Byrd. Byrd yang kemudian menemukan genre musik ini di sebuah kelab malam di Rio dimana Tom Jobim, Sergio Mendes dan Joao Gilberto sering tampil di sana, akhirnya bergegas menemui rekannya yang merupakan seorang saksofonis legendaris Amerika Serikat, Stan Getz sepulang dari Brazil. Proyek kolaborasi Charlie Byrd dan Stan Getz yang bereksperimen dengan aliran musik ini ternyata sukses besar. Album hasil proyek mereka yang berjudul Jazz Samba (1961) berhasil mencapai peringkat pertama dalam Chart album di Amerika Serikat selama kurang lebih 70 minggu dan menjadi awal Bossanova Crazes merajalela di seluruh Amerika Serikat hingga akhir 1960an. Tom Jobim akhirnya mendapat undangan khusus dari Konsulat Jenderal Brazil untuk tampil bersama musisi Jazz Amerika Serikat di Carnegie Hall, New York pada tahun 1961. Bersama Jobim turut serta legiun Bossanova lainnya seperti Carlos Lyra dan Joao Gilberto. Konser tersebut rupanya tidak begitu berjalan dengan baik namun hal positif yang didapat adalah semakin banyak atensi yang diberikan masyarakat Amerika terhadap aliran musik ini. Dua tahun setelah event tersebut, Jobim merilis album perdananya untuk publik Amerika Serikat dengan judul The Composer of Desafinado, Plays. Desafinado merujuk kepada lagu Bossanova legendaris karya Jobim yang sukses dibawakan Joao Gilberto kemudian oleh Charlie Byrd dan Stan Getz serta kelak menjadi salah satu lagu Jazz Standards. Jobim terus melebarkan sayapnya melalui kerjasamanya dengan seorang Konduktor musik legendaris Amerika Serikat,Nelson Riddle dengan merilis album berjudul The Wonderful World of Antonio Carlos Jobim pada tahun 1964. Ditangan Nelson Riddle, musik asal Brazil ini dipoles kembali dengan sentuhan musik klasik ala Amerika Serikat. Pada tahun yang sama, Joao Gilberto sedang terlibat dalam proyek pembuatan album Bossanova bersama Stan Getz. Jobim sendiri terlibat sebagai pianis. Kolaborasi Joao Gilberto dan Getz menghasilkan sebuah album Bossanova tersukses sepanjang sejarah genre musik tersebut yaitu Getz/Gilberto. Lagu andalan dari album ini adalah Garota de Ipanema (The Girl From Ipanema). Lagu ini sebelumnya ditulis oleh Tom jobim dan Vinicius de Moraes. Kisah terciptanya lagu ini sungguh unik. Berawal dari sebuah kafe di Ipanema, Vinicius tanpa sengaja melihat seorang gadis berambut pirang dengan tinggi 180cm dengan kulit berwarna sedikit kecoklatan berjalan melewati dirinya. Konon wanita tersebut rupanya sering main ke kafe tersebut karena disuruh ibunya untuk membeli rokok dan dia harus kembali ketika terdengar siulan dari ibunya. Vinicius yang terpesona segera menceritakan kepada Tom keindahan wanita tersebut dari cara berjalan hingga senyumannya. Semua curahan hati Vinicius akhirnya tercipta menjadi sebuah lagu Bossanova yang paling sukses sepanjang sejarah. Lagu ini juga dinyanyikan dalam dua bahasa Inggris dan Portugis. Bagian bahasa Portugis dimulai oleh Joao Gilberto yang membawakannya dengan tenang, lembut dan indah disusul oleh istrinya Astrud Gilberto yang saat itu secara mendadak diminta untuk bernyanyi bagian bahasa Inggrisnya karena mengingat hanya Astrud satu-satunya yang mampu menyanyi secara fasih dalam bahasa Inggris. Permainan Saksofon Stan Getz yang lembut dan permainan piano Tom Jobim yang indah menjadi nilai tambah bagi lagu tersebut. Hasilnya, lagu ini sukses merebut penghargaan Grammy Award kategori "Record of The Year" pada tahun 1965.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Tom Jobim (kemeja putih) bersama Stan Getz (paling kanan) dan sepasang suami-istri Gilberto (Joao dan Astrud) saat sesi album Getz/Gilberto (1964)"]

[/caption] Kesuksesan album Getz/Gilberto dan hits singlenya yaitu The Girl From Ipanema membuat Bossanova semakin berkibar di Amerika Serikat. Sebuah kenyataan yang cukup paradoksial karena pada saat yang bersamaan ketika musik ini sedang ramai digandrungi, di negara asalnya terjadi sebuah perubahan politik yang ditandai dengan pecahnya kudeta Maret 1964 yang melengserkan presiden Joao Goulart dan menjadi awal terbentuknya rezim militer di Brazil yang berkuasa selama 21 tahun. Rezim ini pada akhirnya menyensor seluruh warisan peninggalan rezim lama khususnya musik Samba dan Bossanova yang menjadi simbol utama rezim lama tersebut. Jobim yang mengetahui perubahan politik tersebut memutuskan tetap di Amerika Serikat untuk melanjutkan karirnya dan untuk mempromosikan Bossanova. Bersama Jobim, turut pula Sergio Mendes yang juga menyukseskan Bossanova di Amerika Serikat dengan bandnya, Brazil 66 dengan lagu hitsnya yaitu Mas Que Nada (ciptaan Jorge Ben) dan Berimbau (karya Vinicius de Moraes dan Baden Powell). Jobim kemudian kembali merilis album selanjutnya berjudul Apresenta atau dalam versi bahasa Inggrisnya menjadi Love, String and Jobim pada tahun 1966. Kesuksesan Bossanova di Amerika Serikat rupanya berhasil menarik perhatian salah satu penyanyi legendaris Amerika Serikat, Frank Sinatra. Dia sangat tertarik dengan aliran musik baru ini dan berkeinginan untuk membuat sebuah album kolaborasi bersama Tom Jobim. Proyek kolaborasi ini juga memperkenalkan Tom Jobim kepada sosok baru sekaligus rekan kerja yang akan membantu proyek-proyek albumnya di kemudian hari, Klaus Ogerman. Dalam proyek kolaborasi ini, lagu-lagu karya Jobim diseleksi untuk kemudian ditulis kembali dalam bahasa Inggris, kemudian untuk unsur musik lagu-lagu Bossanova ini kembali mendapat sentuhan klasik melalui tangan sang Konduktor, Klaus Ogerman. Frank juga menyelipkan beberapa lagu klasik Amerika Serikat untuk diaransemen ulang menjadi lagu-lagu Bossanova. Kolaborasi ini akhirnya dirilis dengan nama Francis Albert Sinatra & Antonio Carlos Jobim pada Maret 1967. Sinatra sangat berkesan dengan proyek kolaborasi ini.  Album ini juga cukup sukses dan sempat dinominasikan sebagai Album Of The Year dalam perhelatan Grammy Awards 1967 namun kalah dengan album Sergeant Pepper's Lonely Hearts Club Band dari The Beatles. [caption id="attachment_417776" align="aligncenter" width="500" caption="Frank Sinatra dan Antonio Carlos Jobim dalam acara Sinatra : A Man and His Music (1967)"]
1431723283996440858
1431723283996440858
[/caption] Pasca kolaborasi dengan Sinatra, Jobim tetap melanjutkan kerjasamanya dengan Klaus Ogerman dengan merilis sebuah album instrumental legendaris berjudul Wave pada tahun yang sama. Album ini menjadi salah satu masterpiece dari Tom Jobim. Bahkan lagu dengan judul yang sama dengan album ini, berhasil berklibar di tangan pianis Jazz terkenal Amerika Serikat, Oscar Peterson. Setahun kemudian, Jobim kembali menemukan seorang songwriting partner, seorang bintang muda Musik Pop Brazil, Chico Buarque de Hollanda yang baru berkibar melalui lagu terkenalnya berjudul Roda Viva yang sukses memenangkan kontes musik Pop Brazil tahun 1966. Kolaborasi perdana Tom Jobim dan Chico Buarque adalah sebuah lagu berjudul Sabia. Lagu ini berhasil memenangkan kontes interpretasi lagu internasional di Brazil pada tahun 1968 ketika dinyanyikan oleh Cynara dan Cybele dari grup vokal Quarteto Em Cy. Kelak kesuksesan ini menjadi langkah awal kolaborasi mereka yang berlanjut pada dekade berikutnya.

[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Tom Jobim dan Chico Buarque bersama Cynara dan Cybele yang menyanyikan lagu Sabia ketika didaulat menjadi juara kontes lagu internasional pada tahun 1968"]

aaa
aaa
[/caption] Pada tahun 1970, Jobim kembali merilis album berjudul Stone Flower. Album ini berisi dua lagu yang ditulis Jobim  untuk film Amerika Serikat berjudul The Adventurers. Lagu yang berjudul Children's Games (judul sebenarnya Chevendo Na Rosiera) dan Amparo (Judul sebenarnya Olha Maria) masuk dalam daftar panjang karya masterpiece Tom Jobim sepanjang karirnya. Bahkan lagu Amparo ini akhirnya kembali dikerjakan bersama Vinicius de Moraes dan Chico Buarque de Hollanda dengan ditambahkan versi vokal dari Chico sendiri. Versi remake ini akhirnya masuk ke dalam album Chico yang berjudul Construcao dimana Jobim juga terlbat sebagai pianis khusus untuk lagu ini. Pada album Stoneflower ini, Jobim juga mengaransmen kembali lagu klasik karya Ary Barroso berjudul Aquarela do Brasil (disingkat Brazil) Setelah album Stone Flower, Jobim  harus menerima kenyataan bahwa musik Bossanova yang telah ia ciptakan dan ia jaga mulai memudar di pasaran dunia khususnya di Amerika Serikat. Sedangkan di Brazil, gelombang demi gelombang artis-artis baru yang muncul melalui program musik yang diciptakan oleh pemerintah Junta militer Brazil membawa aliran musik pop Brazil yang sudah tercampur dengan ragam variasi aliran musik dari Amerika juga secara tidak langsung semakin menggerus popularitas musik Bossanova tersebut. Jobim akhirrnya memutuskan untuk fokus menciptakan musik-musik bernuansa pop klasikal. Album pertama yang semakin menegaskan perubahan gaya bermusik Tom Jobim sendiri adalah Matita Pere (1973) atau dalam versi internasional menjadi Jobim. Lagu yang menjadi andalan utama album ini adalah Aguas de Marco dan Ana Luiza. Pada album ini, terlihat jelas ambisi Jobim untuk membuat musik Brazil jauh lebih kompleks dan lebih sophisticated. Lagu Aguas de Marco ini pada akhirnya berkibar setelah terjadi kolaborasi antara Tom Jobim dengan diva pop Brazil, Elis Regina. Setahun kemudian Tom Jobim membuat sebuah proyek kolaborasi dengan diva pop legendaris Brazil, Elis Regina. Proyek ini sebenarnya merupakan hadiah dari Philips records Brazil kepada Elis Regina sebagai bentuk penghargaan atas loyalitasnya terhadap perusahaan rekaman tersebut selama 10 tahun karirnya. Kolaborasi yang terjadi sungguh sulit pada awalnya mengingat Jobim agak kurang suka dengan keberadaan alat musik modern seperti Electric Piano yang dimainkan oleh Cesar Camargo Marciano (suami Elis) karena dianggap merusak otentitas musik Bossanova. Proyek koleborasi akhirnya tetap berjalan dan akhirnya menghasilkan sebuah album berjudul Tom & Elis. Album ini mendapat pujian dari banyak pihak bahkan beberapa pihak menganggapnya bahwa album ini sebagai wujud kekuatan musik Brazil pada puncaknya dengan adanya kolaborasi antara sang Maestro musik Brazil dengan seorang Diva Pop Brazil. Lagu Aguas de Marco yang direkam kembali dalam album ini mendapat sambutan yang lebih luar biasa lagi bahkan hingga saat ini, masih banyak masyarakat Brazil akrab dengan lagu yang menceritakan keindahan alam Brazil saat pada hujan tersebut. [caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="Tom Jobim dan Elis Regina saat launching album perdana mereka berjudul, Elis & Tom (1974) (sumber : www.youtube.com)"]
[/caption]

Pada tahun 1975, Tom Jobim terus memfokuskan diri kepada proyek-proyek lagu pop klasiknya dengan merilis album Urubu yang diambil dari nama spesies burung Hering Hitam yang merupakan spesies asli Amerika. Pada album ini Tom Jobim berkolaborasi dengan komposer musik Brazil lainnya yaitu Luiz Bonfa dalam lagu berjudul Correnteza. Jobim juga berkolaborasi dengan partner lamanya sejak festival lagu internasional (1968) yaitu Chico Buarque de Hollanda yang menghasilkan lagu berjudul Ligia yang kemudian dinyanyikan juga oleh Chico dalam albumnya yang berjudul Sinal Fechado. Ligia dan Correnteza akhirnya menjadi trademark hits Jobim pada era 1970an.

Dua tahun kemudian, Tom Jobim berkolaborasi kembali dan kali ini dengan penyanyi wanita terkenal Brazil sekaligus kakak dari Chico Buarque de Hollanda dan istri kedua dari Joao Gilberto, Miucha Buarque de Hollanda. Dari kolaborasi ini, menghasilkan album berjudul Miucha & Tom Jobim. Chico juga terlibat dalam proses rekaman album tersebut. Sei La dan Vai Levando menjadi  lagu hits utama dari album duet tersebut. Proyek kolaborasi ini kemudian kembali berjalan pada tahun 1979 dan terakhir 1987.  Pada saat yang sama, partner musik Jobim sejak akhir 1950an hingga awal 1960an, Vinicius de Moraes bersama partner barunya sejak 1970, Toquinho mengajak Tom Jobim dan Miucha untuk melakukan tur Brazil hingga Eropa. Tur ini terus berlangsung hingga kematian Vinicius pada tahun 1980.

[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Tom, Vinicius, Miucha dan Toquinho saat tur Eropa tahun 1970an/"]

aaa
aaa
[/caption] Memasuki tahun 1980, Jobim mulai sedikit demi sedikit kembali kepada akar Bossanova nya dengan merilis ulang materi-materi lagunya sejak 1960an ketika Bossanova sedang berjaya ditambah beberapa lagu-lagu hits Jobim pada tahun 1970an. Album ini diberi nama Terra Brasilis dengan cover album yang digambar oleh putranya, Paulo Jobim. Pada album ini, memperkenalkan lagu baru berjudul Two Kites yang dinyanyikan dalam bahasa Inggris secara penuh. Setelah album Terra Brasilis, Jobim kembali membuka proyek kolaborasi kembali. Kali ini bersama salah seorang kampiun musik pop Brazil bernama Eduardo Lobo (Edu Lobo). Kolaborasi dengan Jobim ini menghasilkan sebuah album berjudul Tom & Edu pada tahun 1981. Album ini bisa dibilang cukup menarik karena perpaduan unsur musik bossanova dan tradisional pop ala Barat yang dibawa Jobim mampu diimbangi dengan baik oleh unsur musik pop modern Brazil yang dibawa oleh Edu Lobo. Lagu yang sangat populer dari lagu ini adalah Luiza dan Pra Dizer Adeus. Proyek kolaborasi Jobim selanjutnya adalah bersama salah seorang diva pop legendaris Brazil, Gal Costa. Pada tahun 1983, sebuah telenovela legendaris Brazil berjudul Gabriela yang telah tayang sejak 1975 kembali diangkat menjadi sebuah film. Dalam pembuatan film ini, Antonio Carlos Jobim bertindak sebagai komposer untuk musik yang mengiringi film tersebut. Gal Costa berkolaborasi dengan Jobim untuk satu lagu dari film ini yang berjudul Tema de Amor Por Gabriela. Masa dekade 1980an juga menjadi masa keemasan duo Antonio Carlos Jobim dan Chico Buarque salah satu long time partner nya. Sejak tahun 1970an sukses merilis lagu seperti Ligia, Olha Maria, Retrato em Preto, dan beberapa lagu lainnya, mereka kembali berkolaborasi dengan merilis lagu berjudul Eu Te Amo yang diambil dari sebuah film dengan judul yang sama pada tahun 1980. Kolaborasi ini terus berkembang dengan dirilisnya album soundtrack dari film Para Viver um Grande Amor dengan lagu hits utamanya Imagina pada tahun 1984. Dua tahun kemudian, Jobim dan Chic0 Buarque kembali menciptakan lagu hitsnya yang juga berbasis dari sebuah telenovela musikal berjudul Anos Dourados. Berbeda dengan masa awal 1970an dan pertengahan 1970an, Jobim memasuki awal 1980an dengan semangat baru untuk kembali menghasilkan album dan melakukan tur dunia. Pada tahun 1984, Jobim tampil kembali di hadapan publik Brazila maupun dunia internasional dengan membentuk sebuah touring band yang diberi nama Banda Nova. Band ini dipimpin oleh Antonio Carlos Jobim sendiri sebagai vokalis dan pianis dibantu oleh Paulo Jobim (anak pertama Jobim dari istri pertamanya, Tereza Hermany) sebagai gitar dan keyboard, Jacques Morelenbaum sebagai Cellist (pemain Cello), Sebastiao Neto sebagai bassis, Paulinho Braga sebagai Drummer, dan Danilo Caymmi (anak bungsu dari musisi legendaris Brazil, Dorrival Caymmi) sebagai Flutist serta didukung barisan penyanyi latar yang beranggotakan Elizabeth Jobim (anak kedua Jobim dan Tereza), Ana Lontra Jobim (istri kedua Tom Jobim), Maucha Adnet, Paula Morelenbaum (istri Jacques Morelenbaum) dan Simone Caymmi (istri Danilo Caymmi). Penampilan perdananya di dunia internasional ketika tampil di Vienna bersama Orkes Simfoni Vienna. [caption id="" align="aligncenter" width="523" caption="Tom Jobim bersama band barunya, Banda Nova pertengahan 1980an"]
[/caption] Jobim kemudian intens melakukan tur keliling dunianya dengan menghadiri perhelatan akbar Jazz Internasional di Montreal, Kanada kemudian terbang ke Jepang, Amerika Serikat, dan kembali mengelilingi Eropa. Tur internasional ini cukup sukses dan kembali nama Jobim terangkat dalam pentas musik dunia. Tur ini terus berlanjut hingga tahun 1994 ketika Jobim sedang berjuang melawan kanker kelenjar getah bening, ia mendapat kesempatan kedua dalam sejarah hidupnya (setelah undangan dari Konsul Brazil tahun 1961) untuk bermain di Carnegie Hall, New York. Selain tur yang intensif, Jobim juga mulai kembali merilis album baru seperti Passarim (1987), Miucha & Tom Jobim (1988), dan album terakhir Jobim yang berjudul Antonio Brasileiro (1994). Pada album terakhir ini, Antonio Carlos Jobim membuat kejutan dengan mendatangkan musisi rock Inggris, Sting sebagai vokalis tamu untuk lagu legendaris Jobim berjudul Insesnsatez (How Insesnsitive) dan juga sebuah kolaborasi klasik dengan legenda Samba Brazil, Dorrival Caymmi pada lagu Maracangalha. Setelah album Antonio Brasileiro rampung, Jobim mulai memfokuskan diri pada pengobatan kankernya di Brazil maupun di New York. Jobim menjalankan operasi pengangkatan kankernya di Cedars Sinai Medical Center, New York. Operasi ini berhasil namun kematian rupanya bukan datang dari penyakit kankernya. Pada masa penyembuhan, Jobim terkena serangan Jantung yang mengakhiri hidupnya pada tanggal 8 Desember 1994 (tepat 14 tahun pasca kematian John Lennon). [caption id="" align="aligncenter" width="345" caption="Sting dan Tom Jobim (sumber: www. youtube.com)"]
[/caption] Pasca kematiannya, banyak publik Brazil yang kini kembali berlomba untuk menemukan kembali warisan-warisan Jobim yang sangat besar tertinggal bagi musik Brazil. Memasuki tahun baru 1996, sebuah konser penghormatan untuk Jobim diadakan dan didukung oleh kampiun-kampiun musik Brazil seperti Gilberto Gil (kelak menjadi menteri kebudayaan pada kabinet Presiden Luiz Da Silva pada periode 2008-2012), Caetano Veloso, Gal Costa, Chico Buarque de Hollanda, Milton Nascimento dan Paulinho Da Viola. Pertengahan tahun 1996, sebuah proyek besar berjudul The Antonio Carlos Jobim's Songbooks berhasil terealisasikan. Album yang totalnya ada lima volume ini berisikan cover version  lagu-lagu Jobim oleh sejumlah musisi Brazil lintas generasi mulai dari Caymmi bersaudara (Dori, Danielo, dan Nana), Edu Lobo, Ithamara Koorax, Daniela Mercury, Chico Buarque, Paulinho Moska, Ed Motta, Djavan, Pery Ribeiro, Carlos Lyra dan masih banyak lagi. Pada tahun 1998 pemerintah Rio De Janeiro memutuskan untuk mengganti nama bandara internasionalnya, Galeao menjadi Bandara Internasional Antonio Carlos Jobim. Usul ini terinspirasi dari lagu Samba do Aviao ciptaan Antonio Carlos Jobim yang menyebut nama Galeao di dalamnya. Jobim juga akhirnya memperoleh pengakuan dunia internasional untuk kesekian kalinya melalui perhelatan Grammy Award 2012 sebagai penyandang Lifetime Achievement. Penghargaan ini diterima langsung oleh istri keduanya Ana Lontra Jobim. Pada tahun 2014, tepat 20 tahun pasca kematian Jobim, sebuah patung perunggu didirikan di distrik Ipanema. Patung ini dibuat berdasarkan foto Jobim saat hadir pada acara peletakkan fondasi pertama pembangunan kota Brasilia yang dibangun pada masa presiden Juscellino Kubischek pada tahun 1961.

Paulo Jobim bersama Ana Lontra dan Maria Luiza (anak dari Tom dan Ana) saat peresmian patung Tom Jobim di distrik Ipanema, Rio de Janeiro (sumber : http://agenciabrasil.ebc.com.br/en/cultura/noticia/2014-12/new-tom-jobim-statue-inaugurated-rio) Antonio Carlos Jobim hingga saat ini terus dikenang sebagai salah satu komposer terbesar abad ke-20 baik di Brazil maupun di dunia internasional. Banyak lagu-lagu ciptaan Jobim hingga saat ini masih dibawakan oleh banyak penyanyi dan musisi di berbagai belahan dunia seperti The Girl From Ipanema, Desafinado, Corcovado, Sabia, Se Todos Fossem Iguais A Voce, Insensatez, Luiza, Aguas de Marco dan masih banyak lainnya. Selain berhasil membawa Bossanova menjadi genre musik kelas dunia, Jobim juga secara langsung dan tidak langsung telah membuka keran modernisasi musik Brazil yang menjadi katalisator terbentuknya genre baru yaitu MPB (Musica Populeira Brasileira) yang masih terus bertahan dan berkembang hingga hari ini. Bahkan Antonio Carlos Jobim mendapat gelar kehormatan dari publik Brazil sendiri sebagai Maestro Soberano de Musica Populeira Brasileira

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun