Mohon tunggu...
Anazwahrizki Pratama
Anazwahrizki Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi bermain game dan nonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Nasib Guru Honorer yang Ditempatkan di Daerah 3T?

22 Agustus 2023   20:29 Diperbarui: 22 Agustus 2023   20:36 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan yang berkualitas merupakan pondasi utama bagi pembangunan suatu negara. Melalui pendidikan, generasi muda dapat dibekali dengan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang akan membentuk masa depannya. Salah satu faktor penting untuk mencapai pendidikan yang berkualitas adalah ketersediaan guru yang berkualitas. Namun, di Indonesia, penempatan guru honorer di daerah tertinggal, perbatasan, dan terluar (3T) menjadi kontroversi. Terlepas dari niat baiknya, pendekatan ini tidak selalu berhasil dan telah dikritik. Pada artikel ini, kita akan mengeksplorasi keterbatasan pendekatan ini.

Pekerjaan yang tidak stabil dan tidak pasti

Pekerjaan yang tidak stabil dan tidak pasti adalah salah satu kelemahan utama penempatan guru honorer di sektor 3T. Guru emeritus seringkali bekerja dalam situasi yang tidak menentu, tanpa jaminan kerja, tunjangan, atau fasilitas yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan kurangnya motivasi untuk bekerja. Guru yang merasa tidak dihargai dan kurang kepastian cenderung kurang termotivasi untuk memberikan pendidikan yang berkualitas. Kualitas pengajaran terpengaruh

Pendekatan penempatan guru honorer di bidang 3T dapat berdampak negatif terhadap kualitas pengajaran. Guru paruh waktu mungkin berbeda dalam keterampilan mengajar mereka, dan mereka mungkin tidak cukup terlatih atau didukung untuk memenuhi tantangan unik mengajar di bidang 3T. Akibatnya, kualitas pendidikan dapat menurun dan siswa di daerah tersebut mungkin tidak mendapatkan pendidikan berkualitas yang seharusnya.

Kesenjangan gaji dan tunjangan

Salah satu kritik utama penempatan guru honorer di daerah 3T adalah kesenjangan gaji dan tunjangan dibandingkan dengan guru yang bekerja di daerah yang lebih maju. Guru honorer di daerah 3T biasanya menerima gaji yang lebih rendah, meskipun mereka menghadapi tantangan yang lebih besar dalam memberikan pendidikan kepada siswa. Hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak adil dan menurunkan motivasi guru untuk menyampaikan pengajaran yang berkualitas.

Kurangnya pengembangan profesional

Pendekatan penempatan guru honorer di bidang 3T juga dapat menghambat pertumbuhan karir mereka. Guru-guru ini mungkin memiliki akses terbatas ke pelatihan, seminar, atau kesempatan untuk memajukan kualifikasi mereka. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap kemampuan mereka untuk mengajar dan beradaptasi dengan perubahan perkembangan pendidikan.

Alternatif yang lebih berkelanjutan

Alih-alih mengandalkan penempatan guru honorer, pendekatan yang lebih berkelanjutan adalah meningkatkan akses pendidikan dan pelatihan guru di daerah 3T. Pemerintah dapat fokus pada peningkatan kualifikasi dan keterampilan guru yang ada, serta memberikan insentif yang lebih baik untuk mendorong guru agar terus bekerja di sektor 3T. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih stabil dan memberikan lebih banyak motivasi bagi para guru untuk memberikan pendidikan yang berkualitas.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun