Mohon tunggu...
Anazkia
Anazkia Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Fansnya Anuar Zain, suka baca buku, suka baking, acap berkicau pendek di Twitter @anazkia dan kadang di anazkia.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbagi Nasi Bogor

9 September 2015   23:46 Diperbarui: 9 September 2015   23:57 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum berangkat kami kumpul di depan Masjid Raya Bogor

 

Dan Jumat lalu (4 September 2015) saya kembali mengikuti acara Bernas. Seperti layaknya kebiasaan Bernas di berbagai daerah, mereka keliling itu setiap hari Jumat malam dimulai pukul 21.00. Ada beberapa sebutan yang akhirnya saya tahu dari komunitas ini amunisi dan pejuang nasi. Amunisi adalah nasi yang akan dibagikan. Sedangkan pejuang nasi adalah para relawan yang rela menyediakan sedikit rezeki untuk membeli nasi kemudian menyalurkannya. Jadi, kalau mau ikutan Bernas, kita "diwajibkan" membawa minimal satu bungkus nasi untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Lantas, siapa saja yang layak mendapatkan nasi tersebut? Target dan sasaran bernas adalah para pemulung, para pekerja malam (tukang becak, pedagang asongan) dan tidak diperbolehkan memberikan kepada pengemis dan pengamen. 

 

Terus kalau mau ikutan nyumbang nasi tapi ada di luar kota gimana? Yah teman-teman tetap bisa berpartisipasi dengan mengirimkan uang, nanti uangnya dibelikan nasi. Jumat lalu, amunisi yang terkumpul sebanyak 104 bungkus. Sedangkan para pejuang nasi yang turut serta sebanyak 22 orang. Kami disebar kepada empat tempat, Jalur satu, Padjajaran, Jambu dua, Ciawi. Jalur dua, Surya Kencana, Empang, BTM. Jalur tiga, Jembatan merah, Paledang. Jalur empat terminal Baranangsiang. Kami meeting point di depan Masjid Raya Bogor. Menjelang pukul 21.00 kami bergerak, saya ikut di rombongan jalur 2 bersama dengan lima orang teman lainnya. Ada Mas Iqbal, wartawan dari pakuan Raya. Ada Sandi, Anida Zein, Yusuf juga Novit. Kami menyusuri jalan Surya Kencana, menuju BTM dan berakhir di Empang.

 

Malam itu, kami menyusuri jalanan Bogor dengan menggunakan motor, berjalan perlahan mempertajam mata. Melihat di  sekeliling adakah orang yang tidur di emperan toko, atau adakah para pemulung yang sedang bekerja. Satu persatu, kami mulai menemukan target yang kami cari. Sampai kemudian ketika amunisi kami tinggal tiga bungkus kami sampai di pinggiran jalan trotoar di Empang. Ada lima orang tua yang bersiap hendak tidur. Kami mengulurkan nasi yang hanya tinggal tiga

 

"Kurang dua, Neng." kata si Ibu yang rambutnya sudah memutih semua. Mas Iqbal melambai ke arah Sandi di seberang jalan, memberikan kode kalau kurang dua bungkus lagi amunisi. Sandi memberikan uang ke Novit. Novit dan Anida menyebrang jalan menuju sebuah warteg. Alhamdulillah, di sekat tempat tersebut ada sebuah warteg yang belum tutup. Bahkan pembelinya masih banyak. Kami beli lagi tiga bungkus nasi, karena tak jauh dari rombongan ibu tadi ada seorang yang sedang duduk di emperan. Alhamdulillah, akhirnya selesai sudah tugas kami untuk jalur dua. Kami langsung menuju Sempur, untuk evaluasi dengan teman-teman.

 

Bisa jadi, ada saja orang yang apatis dengan gerakan ini dengan menganggap "Untuk apa memberikan mereka nasi, hanya menambah kemalasan mereka saja." ah! tapi sungguh ketika bertemu dengan mereka langsung, melihat wajah mereka ketika menerima bungkusan yang kami berikan ada raut keterkejutan, bahagia dan tak sedikit mengalir doa-doa dari mereka. Doa-doa kebaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun