Mohon tunggu...
Anatsa RahmaFadilah
Anatsa RahmaFadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

shoping

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengkaji Putusan MK dan Respon Masyarakat di Era Politik Kontemporer

3 November 2024   23:20 Diperbarui: 3 November 2024   23:50 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era politik kontemporer Indonesia, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi salah satu instrumen hukum yang sangat penting dalam menentukan arah dan kualitas demokrasi. Sebagai lembaga peradilan konstitusional tertinggi, MK memiliki otoritas untuk menafsirkan dan memutuskan isu-isu yang berkaitan dengan konstitusi, termasuk kebijakan pemerintah yang kontroversial, peraturan pemilu, dan isu-isu hak asasi manusia.

Namun, seiring dengan makin kompleksnya permasalahan politik dan sosial di Indonesia, putusan MK kerap kali memicu reaksi yang beragam dari masyarakat. Banyak dari keputusan tersebut mempengaruhi kepercayaan publik terhadap MK dan, secara lebih luas, terhadap institusi-institusi demokrasi. Artikel ini akan mengkaji dinamika putusan MK dalam konteks politik kontemporer dan bagaimana respon masyarakat terhadap keputusan-keputusan tersebut memengaruhi stabilitas politik dan kepercayaan terhadap lembaga negara.

Mahkamah Konstitusi Indonesia didirikan pada tahun 2003 sebagai bagian dari reformasi pasca-Reformasi 1998. Pembentukan MK ini bertujuan untuk memperkuat sistem checks and balances di Indonesia, mengingat bahwa sebelumnya tidak ada lembaga khusus yang bertugas menilai konstitusionalitas undang-undang. Dalam menjalankan perannya, MK memiliki beberapa fungsi penting, termasuk pengujian undang-undang terhadap konstitusi, penyelesaian sengketa hasil pemilu, serta pengajuan impeachment presiden.

Peran MK menjadi krusial ketika hukum yang berlaku tidak lagi mencerminkan keadilan yang diharapkan oleh masyarakat, atau ketika regulasi politik tertentu dianggap membatasi hak-hak dasar warga negara. MK memberikan ruang bagi masyarakat untuk menuntut keadilan konstitusional ketika ada kebijakan yang dianggap melanggar hak asasi atau merugikan publik secara luas.

Dalam konteks politik kontemporer, MK tidak hanya berhadapan dengan permasalahan hukum, tetapi juga isu-isu politik yang sering kali kompleks. Beberapa putusan MK baru-baru ini terkait isu-isu sensitif, seperti kebijakan pemilu, aturan partai politik, dan undang-undang yang kontroversial. Salah satu contoh paling signifikan adalah putusan MK terkait batas usia calon presiden, yang menuai perdebatan luas di masyarakat.

Di satu sisi, MK memiliki independensi untuk membuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip konstitusi dan keadilan, namun di sisi lain, putusannya kerap kali berhadapan dengan tekanan politik, baik dari partai politik maupun masyarakat. Hal ini terjadi karena beberapa putusan MK sering kali menyentuh kepentingan kelompok tertentu dalam masyarakat. Sebagai contoh, keputusan MK yang mengizinkan anggota keluarga petahana mencalonkan diri pada pemilu telah menimbulkan kritik, terutama karena dianggap memperlemah demokrasi.

Respon masyarakat terhadap putusan MK sangat beragam. Ada kalanya putusan MK diterima dengan baik karena dianggap sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan. Namun, ada pula putusan yang menuai protes, baik dari masyarakat sipil, akademisi, maupun aktivis demokrasi. Respon masyarakat umumnya dapat dikategorikan ke dalam beberapa bentuk:

  1. Protes dan Demonstrasi
    Putusan MK yang dianggap kontroversial kerap memicu aksi protes, baik di dunia nyata maupun di media sosial. Demonstrasi adalah bentuk ekspresi masyarakat yang paling nyata, di mana warga berkumpul untuk menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap keputusan yang dirasa merugikan. Ini mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap lembaga yang seharusnya menjaga keadilan.
  2. Diskusi di Media Sosial
    Media sosial menjadi ruang diskusi yang signifikan di era kontemporer. Ketika MK mengeluarkan putusan yang kontroversial, respons masyarakat langsung terlihat di berbagai platform media sosial. Diskusi ini sering kali sangat beragam, mulai dari kritik konstruktif hingga munculnya hoaks yang memperkeruh situasi. Opini yang berkembang di media sosial sering kali memengaruhi opini publik dan, secara tidak langsung, tekanan terhadap MK.
  3. Kritik dari Akademisi dan Aktivis
    Akademisi dan aktivis sering kali memberikan respon yang lebih mendalam terhadap putusan MK. Mereka melihat putusan tersebut tidak hanya dari sisi politik, tetapi juga dari perspektif hukum, sosial, dan ekonomi. Kritik mereka biasanya lebih terarah dan didasarkan pada analisis yang mendalam, sehingga dapat mempengaruhi pemahaman publik tentang isu tersebut.
  4. Petisi atau Upaya Revisi UU
    Ada kalanya masyarakat merespon putusan MK dengan mengajukan petisi atau dorongan untuk merevisi undang-undang yang terkait. Hal ini menegaskan bahwa masyarakat juga memiliki kontrol atas hukum yang berlaku dan tidak hanya bersandar pada putusan MK semata.

Respon masyarakat terhadap putusan MK memiliki dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan ini. Ketika MK mengeluarkan putusan yang dianggap berpihak atau tidak sesuai dengan kepentingan rakyat, kepercayaan terhadap MK dapat menurun. Hal ini berdampak negatif pada legitimasi MK dan melemahkan peran lembaga tersebut sebagai penjaga konstitusi.

Menurut survei, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan dan politik di Indonesia telah mengalami fluktuasi, tergantung pada bagaimana lembaga-lembaga ini merespons dan mengatasi isu-isu yang sensitif. Putusan MK yang dianggap kontroversial berpotensi menurunkan kepercayaan publik tidak hanya terhadap MK, tetapi juga terhadap sistem demokrasi secara keseluruhan. Apabila putusan MK sering kali tidak selaras dengan aspirasi masyarakat, muncul kekhawatiran bahwa lembaga tersebut tidak lagi independen, melainkan dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.

Di tengah dinamika ini, MK dihadapkan pada tantangan besar untuk mempertahankan integritasnya. Di satu sisi, MK harus menjaga agar putusannya tetap sesuai dengan prinsip-prinsip konstitusi, sementara di sisi lain, mereka harus mampu merespon ekspektasi masyarakat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat tekanan politik yang kerap kali mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat, MK perlu mengutamakan transparansi dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, MK juga perlu membuka ruang dialog yang lebih luas dengan masyarakat agar aspirasi masyarakat bisa lebih didengar dan dipahami. Dengan cara ini, putusan yang diambil bisa lebih representatif dan mengurangi potensi kritik atau ketidakpuasan dari masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun