Mohon tunggu...
Ari
Ari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Seorang otaku yang lebih suka mengutarakan perasaannya ke dalam tulisan-tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Festival Tahun Baru

30 Januari 2024   21:12 Diperbarui: 30 Januari 2024   21:15 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Kamu sudah siap dengan pakaian yukata mu, menunggu tepat di depan festival tahun baru. Dasar, dia sungguh lambat, keluhmu dalam hati.

"Berapa lama lagi kita akan menunggunya, Keiro?" Gerutu orang di sebelahmu dengan kesal dengan aksen Jepangnya.

"Sabar, Kisaki. Dia pasti akan datang." Katamu menenangkan orang yang bernama Keiro Kisaki dengan aksen Jepangmu yang sama sepertinya.

Kemudian terdengar suara derap kaki berlari ke arah mereka, itu aku.

"Oh, Raisa datang." Katamu saat Kisaki pun menoleh ke arahku.

"Maaf teman-teman. Aku kebingungan memakai kimono karena aku belum terbiasa." Kataku sambil mencoba menarik nafas.

"Dasar, orang Indonesia lambat." Gerutu Kisaki yang membuatku ingin memukulnya tepat di wajahnya tapi memutuskan untuk tidak melakukannya.

"Tidak apa-apa. Kalau begitu, ayo kita masuk." Katamu sebelum berjalan masuk diikuti Kisaki dan aku.

Kami mulai berjalan ke dalam festival. Sesekali kami bermain, dan sesekali kami juga membeli makanan. Itu semua memang indah, andai saja kamu tahu perasaanku saat itu.. tapi aku memutuskan untuk tetap menyimpannya karena aku belum siap dengan jawabannya. Setelah kami berjalan-jalan, akhirnya kami sampai di tempat yang cocok untuk melihat kembang api. Kami pun mulai berbincang dan tertawa.

"Hei, Raisa. Bolehkah kita berbicara di tempat lain?" Tanyamu yang langsung membuat jantungku berdebar-debar sambil mengangguk.

Aku pikir itu adalah kesempatanku untuk menyatakan perasaanku kepadamu atau mungkin kamu yang akan menyatakan perasaanmu kepadaku. Oh, aku sangat bersemangat jika itu benar-benar terjadi. Tapi, kalimat yang kau keluarkan dari mulutmu itu tidak seperti yang kuharapkan.

"Sebenarnya.. aku menyukai Hikari. Bolehkah kamu memberinya surat ini?" Tanyanya sambil memberiku amplop dengan stiker hati yang menempel pada amplop tersebut agar amplop itu tertutup.

Tidak kusangka kau menyukai sahabatku. Jantungku yang awalnya berdebar-debar kini menjadi sakit, seperti tertusuk duri.

"Ah, baiklah. Aku akan memberikannya." Kataku mengambil surat tersebut.

Aku mulai melangkah pergi menjauh darimu. Kakiku mulai berlari ketika aku sudah tidak bisa menahannya. Rasa sakit itu perlahan mulai menghilang ketika aku merasakan seseorang menyentuh lenganku.

Itu Kisaki,

menarikku ke dalam pelukannya di bawah letusan kembang api di langit.

"Aku sudah tahu semuanya, menangislah sepuasmu, dasar bodoh." Suara itu terdengar lembut, seakan mencoba menenangkanku.

Dan di sana, aku mulai menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun