Abad 21 disebut juga sebagai abad dengan kemajuan pengetahuan, teknologi informasi, globalisasi, dan revolusi industri. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus diimbangi pula dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan tuntutan abad 21, peserta didik diharapkan dapat menguasai berbagai keterampilan seperti keterampilan berpikir kritis, memecahkan masalah, kreativitas, berinovasi, kolaborasi, dan komunikasi. Pendidikan berperan penting dalam  mengembangkan berbagai keterampilan tersebut. Adanya berbagai keterampilan, menjadikan pemecahan masalah sebagai salah satu keterampilan yang perlu dikuasai.
Pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan sebagai solusi terbaik dari sudut pandang yang beragam. Pemecahan masalah merupakan kemampuan yang benar-benar logis dan empiris serta memerlukan sejumlah waktu, sehingga kerjasama tim sangatlah diperlukan. Melalui pemecahan masalah, dapat memunculkan kolaborasi yang efektif serta kreatif dalam mengaitkan antara teknologi dengan berbagai sumber informasi. Â Indikator pemecahan masalah yaitu sebagai berikut:
- Merumuskan masalah: menyadari adanya masalah, menentukan letak sumber kesulitan, melihat makna dan mengusahakan untuk mencari jalan pemecahanya
- Merumuskan hipotesis: menghimpun berbagai informasi yang relevan dalam menghadapi pemecahan masalah, kemudian mengidentifikasi berbagai alternatif kemungkinan pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai pernyataan jawaban sementara (hipotesis).
- Mengevaluasi alternatif penyelesaian masalah: mengumpulkan data atau bukti yang sesuai, menyusun, mengevaluasi, serta menganalisis data dengan memperhatikan persamaan dan perbedaan, menemukan yang terbaik berdasarkan berbagai sudut pandang, dan menghubungkannya dengan hipotesis.
- Menyusun kesimpulan: melakukan pengujian atau verifikasi secara eksperimental berdasarkan alternatif pemecahan yang dipilih, dipraktikan, atau dilaksanakan. Kemudian akan diperoleh informasi untuk mengambil kesimpulan akan penyelesaian suatu masalah.
Indikator pemecahan masalah tersebut dapat membantu peserta didik dalam memilih keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan dapat melihat banyak pertimbangan berdasar macam-macam sudut pandang.Â
Dengan demikian, pemecahan masalah merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang membutuhkan kegiatan atau aktivitas mental, serta melibatkan keterampilan kognitif kompleks.Â
Melihat peranan dari keterampilan pemecahan masalah sehingga dirasa penting untuk mengembangkannya dalam kegiatan pembelajaran.Â
Upaya Pendidikan di Indonesia dalam mengembangkan keterampilan peserta didik yakni dengan menerapkan kurikulum 2013 yang merubah standar lulusan, isi, proses, dan evaluasi. Kurikulum tersebut dirancang untuk memberikan penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi satu sama lain. Kurikulum 2013 menggunakan scientific approach dan model pembelajaran yang disarankan, yaitu Inquiry Learning, Discovery Learning, Project Based Learning, dan Problem Based Learning.Â
Problem Based Learning (PBL) menjadi salah satu yang disarankan dalam kurikulum terbaru saat ini. PBL merupakan proses belajar yang berorientasi pada berbagai permasalahan kehidupan nyata untuk menemukan macam-macam penyelesaian.Â
PBL mengutamakan penguasaan dalam banyak bidang, di antaranya yakni bidang kognitif (knowledges) yang dapat mengintegrasikan antara ilmu dasar dengan ilmu terapan, kemudian menguasai bidang psikomotorik (skills) yang dapat melatih pola pikir kritis dan menyelesaikan masalah secara saintifik, dan menguasai bidang afektif (attitudes) yang dapat mengembangkan karakter diri seseorang.Â
Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peluang yang diberikan untuk aktif menguasai materi akademis dan mengembangkan keterampilan dalam mengatasi suatu permasalahan.
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik apabila model pembelajaran dapat diintegrasikan dengan strategi pembelajaran lainnya, seperti Reading, Mind mapping, and Sharing (RMS). RMS didasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran abad 21 yaitu konstruktivisme, kolaboratif, dan konektivitas. Melalui kegiatan membaca, peserta didik diharapkan memiliki kesiapan dalam belajar.Â
Peserta didik diwajibkan membaca secara kritis dan memahami konsep-konsep dalam bahan bacaannya melalui berbagai sumber belajar atau informasi.Â
Langkah selanjutnya membuat peta pikiran individu dan kelompok dengan menerapkan prinsip kolaboratif. Langkah terakhir adalah sharing dengan mempresentasikan hasil mind mapping kelompoknya di depan kelas.Â
Interaksi sosial yang tercermin dalam umpan balik adalah diperlukan pada tahap ini karena satu sama lain akan melakukan evaluasi dan refleksi proses.Â
Proses evaluasi dan refleksi merupakan proses interaksi sosial yang akan menimbulkan efek yang sangat efektif dalam waktu singkat dalam memahami suatu konsep, termasuk dalam segi pembelajaran akademik maupun segi lainnya seperti keterampilan.
Salah satu upaya dalam menciptakan inovasi pembelajaran yaitu dengan menerapkan PBL terintegrasi RMS dalam meningkatkan pemecahan masalah.Â
PBL terintegrasi RMS Â ini dilakukan dengan menggabungkan kedua tahapan pembelajaran yang terdapat di dalamnya. Tahapan-tahapan pembelajaran PBL terintegrasi RMS ini meliputi:
- Diskusi. Tahap ini meliputi kegiatan mengidentifikasi masalah, menemukan informasi yang relevan tentang masalah melalui kegiatan membaca.
- Proses pembelajaran. Tahap ini meliputi kegiatan pembuatan mind mapping secara berkelompok berdasarkan hasil diskusi sebelumnya. Mind mapping yang dibuat berisikan keterkaitan antara masalah, penyebab, dampak, dan penyelesaian. Selanjutnya, tiap kelompok akan menganalisis dan menentukan solusi terbaik untuk memecahkan masalah.
- Penyampaian hasil diskusi. Tahap ini meliputi kegiatan berbagi dengan mempresentasikan hasil kerja kelompok di hadapan kelas. Presentasi dilakukan dengan menjelaskan mind mapping yang telah dibuat.
Integrasi model PBL dan RMS dapat dimanfaatkan oleh guru dan dosen dalam pembelajaran berbagai mata pelajaran dalam meningkatkan keterampilan berpikir.Â
Dalam pelaksanaannya, model tersebut memerlukan persiapan yang cukup matang dan perlu adaptasi yang dilakukan oleh peserta didik agar dapat menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan berbasis pemecahan masalah dengan tepat.Â
Selain itu, perlu dilakukan secara berlanjut agar peserta didik terbiasa untuk meningkatkan keterampilan tersebut. Kelebihan dari Integrasi model PBL dan RMS adalah relevan terhadap dunia nyata, melatih sifat inquiry, konsep yang dihasilkan dapat tersimpan dalam long term memory, melatih keterampilan problem solving, mendukung siswa untuk berpikir kreatif, membebaskan speserta didik untuk menyampaikan apa yang diketahui, dan memudahkan siswa mengingat informasi baru. Kelebihan tersebut diharapkan mampu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah pada peserta didik.
Keterampilan pemecahan masalah merupakan cara membentuk pola berpikir guna memenuhi tuntutan keterampilan abad 21 saat ini.Â
Sehingga dibutuhkan suatu proses pembelajaran yang dapat mendukung peningkatan keterampilan tersebut. Salah satunya yakni dapat menggunakan proses ajar berbasis masalah terintegrasi RMS yang telah terbukti dapat menunjang keterampilan tersebut. Meskipun pembelajaran selama pandemi saat ini masih berlangsung secara blended learning, namun hal tersebut bukanlah alasan untuk tidak meningkatkan keterampilan peserta didik.Â
Guru ataupun tenaga pendidik sudah sepatutnya tetap mengupayakan pembelajaran yang inovatif, meskipun pembelajaran belum berjalan secara efektif. Banyak model pembelajaran, strategi, metode, ataupun media yang dapat digunakan untuk meningkatkan berbagai keterampilan sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan dan bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H