Melihat pidato Bapak Prabowo Subianto yang mana kapabilitas dan elektabilitasnya sebagai calon presiden melontarkan pernyataan "tampang Boyolali", izinkanlah saya sebagai orang Boyolali asli melihat hal tersebut antara rasis atau apresiasi.
Pertama, saya turut mengapresiasi pidato Bapak yang menyebut "tampang Boyolali" telah membuat masyarakat Indonesia menjadi tahu bahwa orang Boyolali terlihat kampungan dan udik. Harusnya Bapak 'blusukan' dulu agar tidak terjadi asumsi tersebut karena banyak orang Boyolali termasuk generasi milenial yang kini berprestasi dan membawa nama harum Indonesia hingga di luar negeri. Silakan Bapak lihat artikel ini karena dengan bangganya justru orang Australia menuliskan kisah orang Boyolali yang berkontribusi untuk negeri: http://www.insideindonesia.org/ana-surjanto-s-australian-football-family.
Kalau hendak guyonan, mari kita belajar dari Presiden ke-4 RI; Gus Dur, salah satunya,
"Amien Rais tidak akan bisa jadi Presiden."
Terus orang disekitarnya bertanya, "Kenapa Gus?"
"Iya karena A-mien bukan A-plus."
(orang-orang pun tertawa terhibur dan kata-kata tersebut tidak rasis dan menggeneralisasi)
Kedua, selain mencerminkan kapabilitas, kata-kata juga kemudian mempengaruhi pola pikir masyarakat. Ketika pidato Bapak Prabowo yang mengatakan,
"Saya yakin kalian tidak pernah masuk hotel-hotel tersebut, kalau kalian masuk kalian pasti akan diusir, karena bukan tampang orang kaya."
Pernyataan tersebut nampaknya telah membentuk pola pikir 'materialistis'; dimana hanya orang berduit saja yang bisa masuk Hotel. Ditambah lagi pernyataan tersebut menjustifikasi seseorang dari 'tampang'. Hal ini akan  mempengaruhi masyarakat yang mana indikator menentukan seseorang dengan fisiknya. Ya memang 'tampang' paslon wapres Anda tampan, namun bantulah generasi milenial ini untuk memilih pemimpin bukan dari indikator fisik namun dari integritas, kerja dan prestasi. Kalau dari perspektif religi, Tuhan kan melihat hambaNya dari ketaqwaannya bukan dari atribut-atribut luar yang dipakai, begitu kan Bapak. :)
Sebagai "Student Ambassador" yang pernah disekolahkan negara untuk belajar dari Negara Maju seperti Australia, saya melihat secara jelas bagaimana pola pikir mereka sehingga menjadi maju dengan kata-kata yang dipakai. Mereka sering melontarkan pernyataan positif, apresiatif, sportif dan tidak rasis. Contoh sederhananya, silakan baca artikel ini: m.metrotvnews.com/abc/read/2017/05/11/8516740.