Mohon tunggu...
Anastasia Satriyo
Anastasia Satriyo Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Magister Profesi Psikolog Klinis Anak yang gemar membaca, menonton dan menulis. \r\nMenyukai seni, sastra, bahasa, politik, budaya, pertumbuhkembangan anak dan manusia, serta segala segi kemanusiaan yang terdapat di dalamnya.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Mama: Guru Bahasa Indonesia Pertamaku

21 Maret 2013   10:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:27 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Padahal bahasa dan perkembangan bahasa pada seorang anak merupakan sebuah proses kompleks. Melibatkan berbagai aktivasi bagian otak dan proses kognitif pada anak (Sani, 2011). Sedemikian kompleksnya bahasa berkembang di dalam kognitif manusia sehingga bila kita pergi ke negara asing dan mendengar dari kejauhan saja ada orang yang berbahasa Indonesia, kita langsung bisa mengenalinya.

Situasi persaingan global saat ini membuat kita memacu anak-anak untuk sedini mungkin menguasai bahasa internasional. Ibarat mengajak mereka melompat meraih dahan yang tinggi tapi kita sering melupakan tanah tempat mereka berpijak.

Kita sering menyepelekan pentingnya bahasa Ibu diperkenalkan dan diajarkan pada anak. Menurut PBB, bahasa Ibu sebagai bahasa pertama anak berperan membentuk identitas pribadi, sosial dan kultural.

Bahasa sebagai Identitas

Sebenarnya ke mana sih kiblat negara maju menurut Indonesia? Amerika Serikat, Eropa, Australia, Jepang atau mana?

Jika kita memperhatikan sejenak dengan seksama, negara-negara maju ini tidak semuanya mengajarkan bahasa Inggris sejak usia dini. Terlebih pada negara-negara yang tidak menjadikan Bahasa Inggris sebagai bahasa pertamanya.

Anak Jerman akan diajarkan berbahasa Jerman terlebih dahulu di rumah dan di sekolah. Begitu pun anak Perancis dan Jepang. Semua buku-buku terbaik dalam sastra, seni dan teknologi diterjemahkan sesuai dengan bahasa negaranya.

Dampaknya bagi identitas diri sangatlah besar. Bahasa pertama membantu anak-anak mengetahui siapa mereka, di mana mereka berada lengkap dengan konteks sosial budaya yang melingkupi mereka. Bahasa membantu mereka untuk mengetahui keberakaran atau rootedness (Eric Fromm dalam Santrock, 2008).

Kemantapan dan kepercayaan diri ini merupakan bahan bakar yang sangat penting untuk memampukan anak-anak mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan siapa diri mereka yang sebenarnya.

Seumpama sarang tempat anak-anak burung tumbuh di masa-masa krusial dalam hidup. Jika mereka sudah kuat, mereka dapat terbang ke dahan yang lebih tinggi bahkan membubung ke angkasa.

Bahasa sebagai Sarana Belajar Konsep

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun