Kemahadayaan cinta ditampilkan secara sederhana melalui judul-judul lagu di konser dan album ini hanya terdiri dari satu kata yang merupakan elemen alam.
Waktu, ruang, cahaya, udara, kabut, tanah, air, batu, api, bayang, hati dan cinta.
Dipilih menjadi judul dari setiap lagu yang ada di “Semesta Cinta”
Deretan kata yang begitu puitik membuat saya tak langsung bisa menebak dan memahami ke mana arah lagu membawa saya sebagai pendengar. Kadang, di akhir lagu baru muncul pemahaman dalam diri saya, “Oh, maksudnya ini toh...” Bahkan ada lagu yang sampai akhir pun saya tak memahami penggambaran dan personifikasinya sebab begitu indah dan tinggi bahasanya. Namun semuanya sungguh memberi kenikmatan bagi saya.
Di tengah-tengah konser, Sitok Srengenge hadir membacakan langsung sebuah puisinya yang berjudul “Api”. Kemudian dilanjutkan dengan munculnya Agus Wisman dan Binu D. Sukaman menyanyikan lagu dengan judul yang sama. Ternyata puisi yang dibacakan maupun dinyanyikan sama-sama indah dan menarik.
Walaupun memiliki sisi keindahan yang berbeda, namun semuanya sama-sama mengisi jiwa dan batin saya.
Cinta yang mampu dimaknai melalui alam semesta, seyogyanya memampukan kita pula untuk mencintai alam dengan merawat dan menghargainya...
Pada akhirnya, di malam itu saya merasa tak hanya terhibur dengan suguhan konser musik yang begitu apik dan menarik. Tak hanya sebuah karya kreatif yang berangkat dari kecintaan Dian HP sendiri terhadap karya sastra dan suatu kolaborasi antara sastrawan dengan pemusik.
Lebih dari itu keseluruhan elemen pertunjukkan mampu membawa saya pada suatu kesadaran bahwa cinta begitu dalam dan dekat menyelusup ke berbagai elemen alam dan unsur kehidupan.
Bahwa kata dan kalimat dalam Bahasa Indonesia dapat begitu indahnya menggambarkan keindahan cinta di alam.
Bahwa proses seorang manusia memaknai cinta melalui alam, secara langsung maupun tidak langsung menyentuh pula kemahadayaan Sang Sumber Cinta itu sendiri.