Streptokinase merupakan enzim fibrinolitik yang dihasilkan oleh bakteri -hemolytic streptococci yang telah teruji secara klinis memiliki aktivitas antitrombotik dan telah diproduksi pada skala industri secara komersial. Streptokinase secara klinis digunakan sebagai agen trombolitik intravena untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan termasuk ke dalam daftar model obat esensial WHO.
- Nattokinase
Nattokinase merupakan enzim fibrinolitik yang dihasilkan oleh bakteri Bacillus subtilis yang juga secara klinis memiliki aktivitas antitrombotik dan terbukti aman untuk konsumsi secara oral.
Studi In vivo pada mencit menunjukkan bahwa enzim Nattokinase-like-enzyme (NK-01) terbukti mampu menghambat angiotensinogen menjadi AngII yang kemudian akan menyebabkan lisisnya kininogen untuk mengontrol tekanan darah sehingga bisa mencegah penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis). Studi in vivo pada manusia pun menunjukkan hasil yang serupa, yaitu mampu menurunkan tekanan darah.
Produksi Enzim Fibrinolitik dari Bakteri
Untuk dapat menghasilkan enzim fibrinolitik yang optimal sehingga dapat diproduksi secara komersial dalam skala industri, perlu dilakukan tahapan-tahapan produksi enzim yang terstruktur sebagai berikut:
Produksi enzim fibrinolitik dimulai dengan mengisolasi kultur bakteri dari sampel, kemudian kultur bakterinya diperbanyak dalam media untuk kemudian dilakukan penapisan awal. Enzim fibrinolitik yang merupakan protease dapat menghasilkan zona bening pada media berisi susu skim. Koloni yang menghasilkan zona bening tersebut kemudian diperbanyak, kemudian diambil medianya sebagai ekstrak kasar enzim fibrinolitik, lalu diseleksi lagi untuk aktivitas fibrinolitiknya menggunakan media khusus yang berisi fibrin. Ekstrak kasar yang memiliki aktivitas fibrinolitik akan membuat zona bening pada media khusus berisi fibrin tersebut. Isolat yang menunjukkan aktivitas tersebutlah yang kemudian akan dikarakterisasi lebih lanjut (Taneja et al. 2017).
Ekstrak kasar tersebut perlu dimurnikan dengan melakukan purifikasi secara bertahap mulai dari hasil yang paling kasar hingga hasil paling murni (secara berurutan) yaitu dengan metode pengendapan menggunakan ammonium sulfat; dilanjutkan dengan dialisis dan kromatografi kolom untuk memisahkan protein target (enzim fibrinolitik yang diinginkan) dari pengotor lainnya berdasarkan ukuran molekulnya. Barulah setelah mendapatkan fraksi protein murni, dilakukan karakterisasi dengan melakukan pencarian kondisi optimum aktivitas enzim seperti: suhu, pH, keberadaan logam, dan pengaruh inhibitor (Taneja et al. 2017).
Setelah diketahui kondisi optimum aktivitas enzim tersebut, barulah bisa dimulai bagaimana caranya untuk meningkatkan produksi enzim fibrinolitik dari bakteri. Teknik yang paling umum dan tradisional yakni mengoptimasi satu per satu aspek dari bagaimana bakteri tersebut memproduksi enzimnya, yaitu degan cara melakukan optimasi media tumbuh / optimasi durasi fermentasi produksi enzim / optimasi kulturnya dengan modifikasi genetik (Sharma et al. 2015). Metode lainnya yang lebih canggih yakni membuat prediksi model dengan bantuan statistika, lalu kemudian mengimplementasikan model tersebut dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan data lapangan (Vijayaraghavan et al. 2017).
Setelah optimasi produksi, hal terakhir yang dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan efisiensi produksi yaitu dengan melakukan rekayasa genetika pada isolat yang memproduksi enzim fibrinolitik tersebut. Salah satu contoh yang didokumentasi yakni terdapat peningkatan aktivitas enzim fibrinolitik ketika ekspresi gen penghasil enzim tersebut digandeng dengan promotor -amilase dari bakteri yang berbeda (Xiao et al. 2004). Meski seluruh optimasi ini membutuhkan waktu yang lama, tetapi hal ini tidak akan menghambat para peneliti enzim fibrinolitik yang sangat antusias untuk dapat membantu menghadirkan enzim ini sebagai produk jadi untuk masyarakat.
Telah terdapat enzim fibrinolitik yang dihasilkan dari bakteri yang terbukti kompatibel dan stabil dalam formulasi selain yang telah disebutkan sebelumnya (Streptokinase dan Nattokinase), misalnya saja KSK-II yang merupakan enzim fibrinolitik yang dihasilkan oleh Lactobacillus plantarum.
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa bakteri dapat menghasilkan enzim fibrinolitik untuk memecah fibrin yang merupakan penyebab terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Enzim fibrinolitik yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat menjadi pilihan yang menjanjikan di masa depan untuk digunakan sebagai antitrombotik yang aman dan hemat biaya karena saat ini sebagian besar enzim fibrinolitik dari bakteri telah dapat dimurnikan dan dikarakterisasi serta produksi enzim yang optimal dapat dicapai melalui media yang dioptimalkan secara statistik. Selain itu, uji coba antitrombotik in vitro maupun in vivo telah terbukti memberikan efek klinis sebagai antitrombotik.