Mohon tunggu...
Anastasia Puji Pratiwi
Anastasia Puji Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Perkawinan Anak: Mengapa Ini Harus Dihentikan?

1 Oktober 2024   14:47 Diperbarui: 1 Oktober 2024   14:55 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Perkawinan anak, yang sering terjadi ketika seorang anak menikah sebelum usia 18 tahun, adalah masalah serius yang masih banyak terjadi di berbagai daerah. Meskipun beberapa orang menganggapnya sebagai tradisi, perkawinan anak sebenarnya membawa banyak dampak negatif bagi anak, terutama bagi anak perempuan. Bahaya-bahaya ini bisa berdampak seumur hidup, baik dari segi kesehatan, psikologis, maupun sosial.

1. Menghancurkan Masa Depan Anak
Ketika seorang anak menikah di usia muda, mereka seringkali harus berhenti sekolah. Hal ini berarti mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mempengaruhi masa depan mereka. Tanpa pendidikan yang cukup, anak-anak ini akan sulit mendapatkan pekerjaan yang layak di kemudian hari. Ini bisa menyebabkan mereka dan keluarganya terjebak dalam lingkaran kemiskinan.

2. Risiko Kesehatan yang Tinggi
Perkawinan anak juga membahayakan kesehatan fisik, terutama bagi anak perempuan. Tubuh mereka belum siap untuk menjalani kehamilan dan melahirkan, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan. Risiko kehamilan dini termasuk perdarahan hebat, infeksi, bahkan kematian saat melahirkan. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang masih sangat muda juga berisiko lebih besar mengalami masalah kesehatan, seperti berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur.

3. Kesehatan Mental yang Terancam
Perkawinan anak dapat menyebabkan tekanan psikologis yang besar. Anak yang menikah di usia muda seringkali belum siap secara mental untuk menghadapi tanggung jawab besar dalam pernikahan dan menjadi orang tua. Mereka sering merasa terisolasi dan tertekan karena kehilangan masa kanak-kanak yang seharusnya mereka nikmati. Banyak anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, baik secara fisik, emosional, maupun seksual, karena mereka belum bisa membela diri atau belum memiliki kemandirian dalam menghadapi masalah keluarga.

4. Kehilangan Hak dan Kebebasan
Anak yang menikah muda sering kali kehilangan hak-haknya, termasuk hak untuk belajar, bermain, dan bermimpi. Mereka dipaksa untuk menjalani peran dewasa sebelum waktunya. Kebebasan mereka untuk memilih masa depan dan menentukan arah hidup sendiri pun menjadi terbatas. Dalam banyak kasus, perkawinan anak juga disebabkan oleh tekanan dari keluarga atau lingkungan, sehingga anak tersebut tidak benar-benar memiliki pilihan.

5. Lingkaran Kekerasan dan Kemiskinan
Perkawinan anak juga bisa melanggengkan lingkaran kekerasan dan kemiskinan. Anak-anak yang menikah dini seringkali menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu, tanpa pendidikan dan keterampilan yang memadai, mereka cenderung hidup dalam kemiskinan, yang kemudian dapat menjerumuskan anak-anak mereka ke situasi serupa. Ini adalah siklus yang sulit diputus jika perkawinan anak tidak segera dihentikan.

6. Perkawinan Anak Melanggar Hak Asasi Manusia
Anak-anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, mendapatkan pendidikan, dan menikmati masa kanak-kanak mereka. Ketika mereka dipaksa menikah, hak-hak tersebut dilanggar. Dalam hal ini, perkawinan anak bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia, termasuk hak untuk memilih pasangan hidup mereka sendiri di usia yang matang.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Perkawinan anak adalah masalah yang bisa dicegah jika kita bersama-sama mengambil tindakan. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya perkawinan anak dan memberikan edukasi kepada orang tua serta komunitas tentang pentingnya pendidikan dan perlindungan anak. Anak-anak harus diberi kesempatan untuk menjalani masa kecil mereka dengan bebas, tanpa tekanan untuk menikah terlalu dini.

Kita semua memiliki tanggung jawab untuk melindungi anak-anak dari bahaya perkawinan anak. Dengan memberdayakan mereka melalui pendidikan, dukungan emosional, dan perlindungan hukum, kita dapat membantu anak-anak mencapai potensi penuh mereka dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Mari kita hentikan perkawinan anak demi masa depan yang lebih cerah untuk generasi berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun