Mohon tunggu...
Anastasia Nessa
Anastasia Nessa Mohon Tunggu... Lainnya - as a student

dirimu adalah inspirasimu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Nasib Jurnalisme di Masa Depan?

9 Maret 2023   09:25 Diperbarui: 9 Maret 2023   09:30 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak banyak orang yang sadar akan nasib jurnalisme di masa mendatang. Menurut Candraningrum (2020), sebagian mereka yang tidak sadar akan nasib jurnalisme ini merupakan kaum muda yaitu generasi Z (kelahiran 1995-2010) dan generasi Y (kelahiran 1977-1944) yang lebih cenderung mengkonsumsi informasi yang ringan, renyah, dan tidak memusingkan, terutama pada media-media online.

Wenseslaus Manggut (dalam Candraningrum, 2020), sebagai ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menyatakan bahwa tingginya ketertarikan ini mampu mengubah wajah jurnalisme online dari segi konten, model bisnis, dan juga hambatan yang dihadapi.

Lalu, bagaimanakah nasib jurnalisme di masa yang akan mendatang?

Nasib Jurnalis dan Media  

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di tahun 2020, dijelaskan bahwa adanya kenaikan yang signifikan kasus kekerasan terhadap jurnalis pada tahun tersebut. Selain kekerasan, serangan siber kepada media massa juga menjadi salah satu ancaman kebebasan pers.

AJI juga melakukan riset kondisi ketenagakerjaan jurnalis di 8 kota pada tahun 2015. Hasil riset memperlihatkan adanya ketimpangan yang cukup lebar antara biaya hidup, biaya operasional di sejumlah daerah dibandingkan hasil mereka.

Kesenjangan tampak jelas karena jumlah kebutuhan hidup jauh di atas rata-rata upah yang diberikan perusahaan media.

Selain itu, ditemukan juga jawaban responden yang mengatakan bahwa kontrak kerja yang dianggap belum mengatur hal-hal mendasar, misalnya tunjangan kerja, hari libur, hingga penerapan gaji pokok.

Tak hanya berdampak pada jurnalis saja, hal ini juga berdampak pada  menurunnya pendapatan juga berpengaruh terhadap kelangsungan operasional sebuah perusahaan media.

Apalagi dapat dikatakan saat ini merupakan masa pemulihan perusahaan media karena dampak pandemi yang memengaruhi omset usaha pengiklan yang mengurangi anggaran iklan dan promosi di media massa.

Tak heran, banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pemotongan gaji, bahkan dapat berimbas pada tutupnya media tersebut. Akibatnya, depresi dan kejenuhan bekerja yang dialami oleh para jurnalis.

Dari catatan tersebut, sangat disayangkan bahwa tidak adanya inisiatif pemerintah atau perusahaan-perusahaan media agar membuat kerja jurnalis menjadi lebih aman karena tidak menutup kemungkinan kasus serupa berpotensi berulang dan membawa derita bagi jurnalis.

Bagi perusahaan media, kebutuhan dan situasi target pelanggan perlu untuk dipahami (Jin Young Park dalam Candraningrum, 2020).

Pada intinya, terdapat tiga hal yang menjadi perhatian utama perusahaan media yaitu generasi muda, teknologi, dan strategi pengembangan bisnis.

Kaum muda sebagai penerus 

 Sumber https://iap2.or.id/generasi-muda-dan-pandemi-covid-19/
 Sumber https://iap2.or.id/generasi-muda-dan-pandemi-covid-19/

Kaum muda justru dikatakan menjadi bagian dari mereka yang tak sadar akan nasib jurnalisme di masa depan, padahal merekalah yang menentukan bagaimana kerja dan perkembangan jurnalisme nantinya.

Kaum muda lebih suka untuk mengkonsumsi informasi melalui media online. Alasan mereka pada umumnya yaitu karena cepat dan mudah dalam mengakses.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Candraningrum pada tahun 2018, diketahui sekitar 89 persen dari 100 responden lebih suka mengkonsumsi informasi melalui media online, baik lokal maupun internasional dengan salah satu alasan yaitu kemudahan akses dan kecepatan penyajian informasi.

Era globalisasi saat ini dapat memungkinkan seseorang untuk terhubung satu dengan yang lainnya. Perkembangan informasi berita juga akhirnya menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang tak hadir di media cetak, televise, dan radio, tetapi juga hadir pada media online (Widodo, 2020).

Media online berlomba-lomba untuk memberi berita dengan cepat dan tanpa disadari hal ini berdampak pada rendahnya kebenaran dan pelanggaran etika jurnalistik.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa kaum muda yang lebih memilih mengkonsumsi informasi lewat media online sangat berpotensi mendapat informasi yang tidak akurat dan tidak menutup kemungkinan informasi tidak akurat tersebut tersebar luas di masyarakat.

Nah, untuk kamu teman-teman muda, ada beberapa tips di video ini agar bisa jadi jurnalis yang handal di masa depan.

 

Referensi :

Widodo, Y. (2020). Buku Ajar: Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, h. 54-63.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun