Pepatah bilang:
Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
Tapi kenyataan di depan mata ialah:
Berat dipikul sama saya, ringan dijinjing sama kamu, kita bekerja sama-sama.
Sungguh, rasanya berat.
Bukan karena bebannya.
Namun takut dan egomu yang melahirkan menang sendiri.
Dan ketidakadilan yang memecah belah kita.
Percuma menggempur tembok pemisah yang terus diperkuat oleh konflik kepentingan.
Saya pun menengadah ke atas menatap langit yang mengatapi kita.
Bapa, tolonglah kedua anakMu ini, yang sulit lepas dari jerat pertikaian.
Saya rindu damai kasihMu nan lapang tanpa kelekatan menghalang.
Maka napas sejuk perlahan saya hembus... hembus...
Meniup lekat agar mengering... kerontang... lepas...
Sukakah kamu tersentuh sejuk dari napas halus yang kuhembus?
Maukah kamu menghembuskannya juga untukku?
Sesungguhnya,
berlimpah udara yang langit sediakan secara cuma-cuma untuk kita semua.
Maukah kita sama-sama bernapas sembari memikul beban terberi sekarang?
Biarlah berat melahirkan kuat, dan pada waktunya ringan menghasilkan nikmat.***(eL)
Bandung, 15 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H