Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semua Anak Berhak Remedial dan Naik Kelas, Setuju atau Tidak

29 Oktober 2024   06:48 Diperbarui: 29 Oktober 2024   06:55 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Angka Partisipasi Sekolah l sumber: data.kemendikbud

Salah satu implementasi dari kurikulum merdeka pada pendidikan dasar dan menengah adalah tidak ada ujian nasional dan ada remedial untuk membantu setiap anak bisa naik kelas. Orang tua dan anak yang tidak unggul akademik merasa terbantu dengan sistem ini karena pendidikan menjadi teman pendukung dalam perjalanan hidupnya. 

Sementara mereka yang fokus pada standar baku merasa terganggu oleh variasi proses dan hasil yang tidak sesuai dengan target umum dan harapannya. Untuk lima tahun ke depan, bagaimanakah kementrian pendidikan dasar dan menengah akan melakukan penyusunan standar prosedur penilaian dari peserta didik tersebut? Tulisan ini merupakan pandangan penulis dari sudut praktis sebagai anggota masyarakat.

Sudut Pandang Praktis Penulis

Pertama, prosedur penilaian yang meniadakan ujian nasional dan menyediakan remedial untuk bisa naik kelas nyata membuat peserta didik terbebas dari ancaman kegagalan di depan mata.

Dalam biopsikologi, situasi bebas ancaman akan mengaktifkan neo-korteks untuk belajar (mengubah perilaku), dari tidak bisa menjadi bisa. Bukan sebaliknya, ancaman kegagalan dari evaluasi lulus-naik/tidak akan mendorong aktivasi amigdala untuk berjuang mempertahankan diri dengan cara fight-flight-freeze, sehingga pakaian luarnya mungkin keberhasilan, namun mental yang dibentuk sejatinya adalah rasa takut gagal. 

Kedua, standarisasi pencapaian diperlukan untuk acuan proses dan menjamin mutu pendidikan.

Bukankah baik pihak pemberi maupun penerima layanan sama-sama menjadi nyaman dan sejahtera oleh kualitas layanan yang memenuhi standar? Maka pengukuran kesesuaian hasil belajar dengan standar baku tetap perlu dilakukan.

Ketiga, solusi untuk kedua kebutuhan di atas adalah dengan cara menciptakan prosedur evaluasi belajar yang menyenangkan. Dengan begitu, evaluasi yang asyik tersebut akan mendorong usaha terbaik dari peserta didik untuk memberi hasil berkualitas unggul.

Kita dapat melakukan aktivitas permainan sebagai prosedur evaluasi belajar yang menyenangkan, misalnya dengan bermain congklak saat mengevaluasi operasi hitung, pancasila lima dasar untuk evaluasi kosa kata, dsb. Guru dapat bekerja sama dengan penanggung jawab kegiatan ekstrakurikuler pilihan siswa untuk merancang bentuk evaluasi belajar yang menyenangkan dan relevan dengan materi pelajaran.

Atau, hal pertama yang dieksplorasi adalah keunggulan unik dari siswa, baru kemudian ia ditempatkan pada peran yang mengoptimasi kekuatannya tersebut. Perasaan superior dalam menyelesaikan pekerjaan juga membuat evaluasi hasil kerja otomatis terasa menyenangkan dan tidak lagi menakutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun