Anak itu asyik menekuni permainan di layar komputernya
Tau-tau dia berlari menuju dapur, sambil tersenyum-senyum menahan luapan gembira
Ditariknya lengan, digiringnya ibu, sambil mencetus semangat:
"Bu, lihat aku main sebentar, tadi aku berhasil juara!"
Namun nasib seperti tidak berpihak kepadanya
Permainan yang dia pertontonkan tidak seapik barusan
Ibu pun tersenyum geli menyaksikan anaknya yang misuh-misuh kebingungan Â
"Beginikah, Bapa, Engkau memandang anak-anakMu dengan kasih, saat mereka memamerkan kekuatan daripadaMu?"
Tanpa terhakimi penilaian moral, anak kembali menekuni permainan
Semangat belajarnya tinggi menghayati jatuh bangun sepanjang jalan
Dari dapur, ibu membatin haru
"Terima kasih, Bapa, atas rahmat hidup yang Kau berikan...."
Kesadaran ibu kembali hadir pada masa sekarang
Menerjemahkan memori rasa, mengidentifikasi makna peristiwa
"Belajar sepanjang hidup adalah rahmatMu nan kudus."
"Ajari kami tuk setia mengasihi, alih-alih menghakimi cacat dengan palu."***
(Levianti; Bandung, 3 September 2024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H