Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Beginner's Mind: Pendidikan Formal, Nonformal, atau...?

8 Juli 2024   16:17 Diperbarui: 8 Juli 2024   16:22 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan nonformal, yang juga dikenal sebagai pendidikan masyarakat, adalah jalur pendidikan di luar sistem pendidikan formal (seperti sekolah dan perguruan tinggi).

Pendidikan ini tetap diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang, dengan tujuan untuk memberikan layanan pendidikan khusus bagi warga belajar dalam mencapai tujuan belajarnya. 

Termasuk di dalamnya adalah lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, kelompok keagamaan, dan lain sebagainya.

Pendidikan nonformal memiliki 4 karakteristik utama, yaitu:

  • Di luar sistem formal: Berlangsung di luar sekolah dan tidak terikat kurikulum atau jenjang pendidikan formal.
  • Fleksibilitas: Memiliki waktu belajar, metode, dan kurikulum yang lebih fleksibel untuk menyesuaikan kebutuhan peserta didik.
  • Beragam tujuan: Mencakup berbagai tujuan, seperti pengembangan keterampilan, pengetahuan, sikap, dan kepribadian.
  • Sasaran luas: Diikuti oleh berbagai kalangan usia dan latar belakang, termasuk anak-anak, remaja, orang dewasa, dan kelompok marginal.

Dengan karakteristik tersebut, pendidikan nonformal dapat berfungsi melengkapi pendidikan formal.

Kurikulum yang lebih spesifik dan bisa lebih cepat disesuaikan dengan tren global/kebutuhan pasar akan membantu peserta dari lembaga pendidikan nonformal untuk mengembangkan bakat dan minatnya, ataupun lebih siap memenuhi tuntutan praktis melalui penerapan hasil belajarnya.

Bulan lalu, penulis berkesempatan mengunjungi sebuah pondok pesantren (ponpes) di Sukabumi. Secara legal, UU Pesantren No. 18 Tahun 2019 mengakui pesantren sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal.

Namun di samping itu, pesantren juga mengelola kelompok pendidikan nonformal, yang secara spesifik mengajarkan agama Islam dan keterampilan praktis.

Salah satu ponpes di Sukabumi tersebut mengelola museum Prabu Siliwangi yang dibuka untuk masyarakat umum, serta melakukan project based learning seperti membuat kaos, sandal, madu, kopi, membuka stan ayam geprek, dll.

Dengan begitu, para santri dan santriwati mendapat kesempatan untuk langsung turut berkontribusi bagi masyarakat sekitar melalui proses pendidikan formal dan nonformal yang diselenggarakan oleh ponpes.

Bila ditelusuri lebih jauh, pendidikan formal maupun nonformal sama-sama melibatkan literasi sebagai sumber informasi.

Menurut KBBI, literasi tidak hanya memiliki arti sebagai kemampuan menulis dan membaca, melainkan juga sebagai pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu.

Data UNESCO menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 70 negara dalam hal literasi, termasuk di bawah negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand. 

Budaya membaca di Indonesia masih tergolong rendah. Survei BPS menunjukkan bahwa hanya 31,6% penduduk Indonesia yang memiliki minat baca. 

Akses terhadap buku dan bahan bacaan juga masih terbatas, terutama di daerah terpencil dan pelosok.

Selain itu, keterampilan literasi para guru masih perlu ditingkatkan. Kurikulum sekolah belum cukup fokus pada pengembangan budaya literasi. Peran orang tua dalam menumbuhkan minat baca anak pun belum dapat dikatakan optimal.

Pendidikan nonformal memiliki potensi besar untuk mendorong peningkatan literasi. Misalnya, membuat taman literasi, yang menyediakan akses audio-visual-kinestetik dan kesempatan belajar menyenangkan bagi peserta didik dan masyarakat umum.

Di taman literasi, mereka dapat membaca buku, mengikuti kegiatan mendongeng, menyimak tutorial dari media sosial dan berdiskusi dengan ahli sebelum praktik konten, berkontribusi dalam pengembangan literasi melalui kegiatan menulis dan membuat rekaman/video, dll.

Secara pribadi, saya mengapresiasi Kompasiana sebagai salah satu bentuk pendidikan nonformal yang meningkatkan literasi dari anggotanya. Dengan membaca artikel dan menonton video di Kompasiana, wawasan saya bertambah luas.

Kompasiana juga menyediakan "panggung" tak terbatas untuk para anggotanya turut berkontribusi dalam mengembangkan literasi secara berkelanjutan. Terima kasih untuk tim Kompasiana yang memfasilitasi Kompasianers untuk turut menumbuhkan literasi bersama.   

Pengembangan diri dan kemampuan berkontribusi tersebutlah yang sesungguhnya menjadi output utama dari pendidikan, baik formal maupun nonformal. Hanya saja, sering kali kita (atau lebih tepatnya saya) lupa dengan tujuan akhir tersebut dan beralih fokus pada bagaimana cara pencapaiannya.

Maka bila fokus dikembalikan lagi kepada inti utama yang hendak dihasilkan, cara strategis untuk mencapainya adalah melalui pengembangan aspek kesadaran, yang antara lain mencakup sikap pemula/beginner's mind.

Sikap "pemula" adalah perspektif saat kita mendekati pembelajaran dan pengalaman baru dengan rasa ingin tahu yang segar. Ini berarti melepaskan asumsi dan prasangka lama, serta membuka diri terhadap informasi dan cara pandang baru. Berikut beberapa strategi untuk mengembangkan sikap ini:

1. Rangkul Rasa Ingin Tahu:

  • Ajukan Pertanyaan: Alih-alih menerima informasi secara pasif, ajukanlah pertanyaan secara aktif. Anggap diri Anda sebagai siswa yang memiliki banyak hal untuk dipelajari, terlepas dari latar belakang atau pengalaman Anda.
  • Tantang Asumsi: Jangan menerima sesuatu begitu saja. Pertanyakan asumsi dan bias Anda sendiri. Bersikaplah terbuka terhadap perspektif dan sudut pandang alternatif.
  • Jelajahi Hal Baru: Keluarlah dari zona nyaman Anda dan cobalah hal baru, meskipun hal itu tampak asing atau menantang. Nikmati kegembiraan menemukan dan mempelajari sesuatu yang sama sekali baru.

2. Praktikkan Mendengarkan Secara Aktif:

  • Fokus pada Saat Ini: Perhatikan baik-baik pembicara atau pengalaman yang ada di depan Anda. Hindari gangguan dan fokuslah untuk memahami momen saat ini.
  • Dengarkan Tanpa Menghakimi: Dengarkan tanpa membentuk opini atau penilaian. Cobalah memahami perspektif pembicara, meskipun itu berbeda dari Anda.
  • Ajukan Pertanyaan Klarifikasi: Jika ada sesuatu yang tidak jelas, jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan untuk klarifikasi. Ini menunjukkan minat yang tulus dan menunjukkan kesediaan Anda untuk belajar.

3. Libatkan Indra Anda:

  • Perhatikan Detil: Secara aktif libatkan indra Anda dalam pengalaman sehari-hari. Perhatikan pemandangan, suara, bau, rasa, dan tekstur di sekitar Anda.
  • Pelan-pelan: Luangkan waktu untuk menghargai hal-hal kecil. Jangan terburu-buru dalam menjalani pengalaman. Nikmati detailnya dan hargai keindahan dalam hal-hal biasa.
  • Hadir di Saat Ini: Singkirkan ponsel Anda dan tahan keinginan untuk melakukan banyak tugas. Benamkan diri Anda sepenuhnya dalam aktivitas saat ini, baik itu membaca buku, mengobrol, atau menikmati makanan.

4. Rangkul "Tidak Tahu":

  • Tidak Apa-apa untuk Tidak Tahu: Jangan merasa tertekan untuk memiliki semua jawaban. Akui bahwa selalu ada lebih banyak untuk dipelajari, dan rangkullah ketidaknyamanan karena tidak mengetahui segalanya.
  • Tantang Ego Anda: Lepaskan kebutuhan untuk selalu benar atau terlihat berpengetahuan. Bersikaplah terbuka untuk belajar dari orang lain, terlepas dari latar belakang atau keahlian mereka.
  • Anggap Kesalahan sebagai Peluang: Kesalahan dan kegagalan adalah bagian tak terhindarkan dari proses pembelajaran. Anggaplah itu sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar sesuatu yang baru.

5. Praktikkan Meditasi Mindfulness:

  • Menangkan Pikiran Anda: Meditasi membantu menenangkan pikiran Anda dan menumbuhkan kesadaran akan momen saat ini.
  • Fokus pada Napas: Teknik sederhana seperti fokus pada napas dapat membantu Anda menjadi lebih hadir dan menerima informasi baru.
  • Kesadaran yang Meningkat: Dengan latihan rutin, meditasi mindfulness dapat meningkatkan kesadaran Anda secara keseluruhan dan keterbukaan terhadap pengalaman baru.

Wasana kata

Mengembangkan sikap "pemula" adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Dengan memasukkan strategi ini ke dalam kehidupan sehari-hari Anda, Anda dapat mendekati pembelajaran dan pengalaman dengan lebih banyak rasa ingin tahu, keterbukaan, dan kemauan untuk belajar dan berkembang, entah itu melalui jalan pendidikan formal, nonformal, dll.

Tulisan ini sendiri dibuat sebagai bentuk kecil literasi dari saya dengan di-assist oleh Gemini, sebagai artikel terakhir dari trilogi coretan mengenai pemanfaatan AI dalam karya tulis. Semoga dapat bermanfaat dan dinikmati bersama. Salam literasi!***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun