Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ingin Senang? Lakukan 3 Hal Ini!

8 September 2023   10:09 Diperbarui: 8 September 2023   10:10 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Peta emosi di tubuh, pbs.twimg.com)

Mana yang lebih baik? Menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dulu, hitung-hitung berolah raga, baru kemudian menyelesaikan paper-work dengan leluasa? Atau sebaliknya?

Ada kalanya, pertanyaan tersebut mudah dijawab. Penulis pernah melakukan opsi pertama. Rasanya segar bugar menjalani aktivitas sepanjang hari. Opsi kedua pun pernah penulis coba. Rasanya siap tertata menyelesaikan deretan tugas satu per satu.

Namun tidak jarang juga, penulis memakan waktu lama untuk bolak balik menimbang, sulit memutuskan, sehingga menghambat aktivitas.

Baca juga: Trauma & Attunement

Bagaimana mungkin... pertanyaan rutin yang sudah pernah dijawab dengan memuaskan, bahkan apa pun pilihannya, hampir dapat dipastikan sama-sama berujung pada kebaikan, namun masih saja tidak mudah untuk langsung kita jawab?!

Menurut Jaak Panksepp (1988, dalam Indriani, 2023), ada dua macam sistem emosi primer.

Pertama, sistem pertahanan diri. Sistem ini berisi reaksi-reaksi berlebihan dalam hal melawan, menghindar, menginginkan, mengabaikan, ataupun sembrono.

Misalnya, reaksi emosi kebingungan dan sulit memutuskan terhadap pertanyaan rutinitas di atas, yang menunjukkan ada sesuatu yang sedang dihindari oleh individu. Bisa jadi, individu sedang menghindari tanggung jawab / bayangan rasa tidak enak bilamana harus memaksakan diri untuk menyelesaikan itu.

Kedua, sistem aksi. Sistem ini berisi kumpulan respon seperti eksplorasi, bermain, regulasi energi, menikmati kebersamaan, peduli atas kebutuhan pribadi dan orang lain, maupun reproduksi.

Misalnya, respon emosi optimis dan sigap memutuskan terhadap pertanyaan rutin tadi. Kualitas respon ini seperti anak yang sedang asyik bermain. Ia siap sedia ikut serta dalam permainan menyelesaikan tanggung jawab kehidupan. Ada minat mengeksplorasi tantangan di muka. Ada kepedulian terhadap kebutuhan pribadi maupun kepentingan bersama. Ada pengelolaan energi yang lancar.

Saat sistem aksi yang bekerja di dalam diri seseorang, buah-buah dari aktivitas hidupnya pun menjadi terasa manis dan menyegarkan. Sebaliknya, ketika yang berfungsi adalah sistem pertahanan diri, maka efek perilakunya pun tidak berujung kepuasan.

Bagaimana caranya agar sistem pertahanan diri shut down, dan sistem aksi menyala?   

Pertama, kenali reaksi emosi. Misalnya, saat menghadapi situasi aneh tadi, di mana penulis tidak dapat langsung menemukan jawaban atas pertanyaan rutin, sehingga jadi terhambat dalam aktivitas. Penulis merasa tidak enak. Dan sedang mencari-cari cara terbaik yang rasanya nyaman untuk dijalankan. Ini alarm. Ada reaksi emosi negatif. Perlu melipir ke pinggir. Berhenti dulu. Lebih baik matikan sebentar kendaraan sistem pertahanan diri.

Kedua, koneksikan ke tubuh. Perasaan ini... adanya di tubuh bagian mana? Pindai rasa tubuh. Adakan bagian tertentu yang memunculkan rasa tidak nyaman? Coba tekan lembut dan pelan bagian tubuh itu. Apakah terasa sakit? Misalnya, penulis merasa agak pegal di pinggang kanan belakang. Waktu dipencet sedikit, rasanya agak nyeri.

Di dalam peta emosi tubuh, rasa tidak nyaman di pinggang kanan belakang terkait dengan emosi khawatir akan segala sesuatu (titik no. 13 pada gambar).

(Peta emosi di tubuh, pbs.twimg.com)
(Peta emosi di tubuh, pbs.twimg.com)

Apakah betul, emosi khawatir itu ada? Tanpa berpikir panjang, penulis langsung bisa mengiyakan. Rupanya, penulis terlalu mengkhawatirkan segala sesuatu. Termasuk yang tidak perlu dikhawatirkan. Seperti kekhawatiran merasakan tidak nyaman dalam menjalankan aktivitas menjawab tanggungan pagi ini. Hehehehe....

Ketiga, terima penuh! Beri waktu sejenak untuk mengikuti keinginan. Lepaskan penghakiman.

Meskipun penulis tahu, bahwa yang sedang terjadi adalah ketakutan merasa tidak nyaman, dan ketakutan ini tidak beralasan, sehingga seharusnya tidak usah diikuti; namun penulis sekaligus sadar, bahwa pola ini masih kerap terjadi. Bisa terulang lagi nanti. Still happening, my friend. My unfinished business. Toh pagi ini waktunya luang. Memungkinkan untuk meninjau ke dalam diri sejenak. Tidak harus terburu-buru langsung memulai aktivitas.

Maka penulis memilih jujur mengikuti rengekan hati. Untuk menulis terlebih dahulu. Sebelum berolah raga menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Hal ini membuat penulis merasa senang. Menemukan kenyataan diri yang sedang mengkhawatirkan segala sesuatu. Lucu juga rasanya. Seperti ibu yang tersenyum memeluk anaknya. Memaklumi kekhawatiran anak yang tidak perlu. Membolehkannya ada. Tanpa nasihat percuma. Anak pun menjadi tenang secara nyata. Kekhawatirannya sirna.

Apakah pembaca ingin merasa senang? Coba lakukan ketiga hal tersebut di atas. Kenali reaksi emosi. Koneksikan ke tubuh. Dan terima penuh. Semoga berkah!***    

 

Referensi:

*           Indriani, I., 2023. Trauma & Attunement Presentation Slide. Bandung: Biro Konseling Keuskupan Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun