Â
Kedua, mengenali rasa tubuh saat ini (Oh, dada saya deg-degan. Dahi, ubun-ubun, dan bagian belakang atas kepala saya juga nyut-nyutan).Â
Â
Ketiga, menerima keadaan yang ada (menarik napas panjang teratur sambil menyadari kehadiran perasaan maupun rasa tubuh; merasakan keberadaan; memberinya kesempatan meng-ada). Â
Melakukan tiga langkah sederhana attunement akan menciptakan kondisi selaras antara perasaan, tubuh, dan pikiran. Rasa selaras seperti rasa terhubung, atau kosong dan utuh pada saat bersamaan.
I only know onething, that I know nothing (Socrates, dalam Indriani, 2023).
Apakah setelah itu, trauma menjadi sembuh?
Perjalanan menyembuhkan trauma seperti mengupas bawang (Indriani, 2023). Saat mengupas kulitnya, kita merasa bersih dan segar. Namun seiring waktu, bagian terluar akan mengeras dan beralih menjadi kulit. Untuk mendapatkan bagian tubuh bawang yang bersih dan segar, kita perlu mengupasnya lagi. Demikian seterusnya, ada berlapis-lapis kulit bawang yang perlu dikupas, sebagaimana juga trauma yang bertumpuk-tumpukan.
Proses healing rasanya seperti naik roller coaster (Indriani, 2023). Kadang rasanya tenang dan menyenangkan, namun kadang juga sangat tidak enak dan melelahkan!
Apapun lika-likunya, attunement dapat terus kita lakukan. Dengan menyadari perasaan, rasa tubuh, dan mengalirkannya melalui napas panjang teratur, kita terbantu untuk berhenti reaktif, atau mematikan sistem pertahanan diri palsu. Dalam keadaan mental selaras, kita siap bertindak proaktif, atau menyalakan sistem aksi.***
Referensi:
- Indriani, I., 2023. PPT Trauma & Attunement. Bandung: Biro Konseling Keuskupan Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H