Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkembang dengan Ikut Komunitas

11 Juni 2023   19:37 Diperbarui: 13 Juni 2023   10:07 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keempat, marketing-exchanging. Ketika awal seseorang bergabung dengan komunitas, ia cenderung mempromosikan dirinya dalam pergaulan. Tujuannya adalah untuk memperoleh dan memperluas keuntungan pribadi (marketing).

Seiring waktu, ia dituntut juga untuk timbal balik memberi dan melayani pemenuhan kebutuhan orang lain secara lebih luas. Bilamana ia mau ringan tangan, maka karakternya akan berkembang, dari semula berfokus pada kepentingan pribadi, menjadi berfokus pada manfaat timbal balik/kepentingan bersama (exchanging).      

Bila kita cermati perkembangan keempat dimensi karakter sosial tersebut di atas, berkomunitas nyata memberi kesempatan bagi seseorang untuk menerobos keterbatasan egonya dan kemudian memuai. Konflik-konflik yang dihadapi dan dipecahkan akan membuat efektivitasnya meningkat.

Seperti yang dialami oleh sosok inspirator bagi saya di perkumpulan Kuncup Padang Ilalang (KAIL). Beliau terlibat mengembangkan kebun di KAIL sejak tahun 2013 sampai dengan sekarang.

Pada awalnya, kebun dirancang dengan prinsip permaculture, yaitu membagi kebun ke dalam zona-zona, mulai dari zona terdekat dari rumah untuk sayuran/tanaman pangan sehari-hari, sampai zona terjauh untuk dibiarkan liar tanpa gangguan.

Namun pada kenyataannya, rencana tidak dapat persis dijalankan, karena ada yang luput dari perancangan. Misalnya, ayam dari para tetangga, yang banyak berkeliaran di kebun KAIL, lalu memakan tunas-tunas baru semaian tumbuh dari tanaman sayur.

Berbagai cara kemudian dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Mulai dari bolak-balik berkomunikasi dengan para tetangga pemilik ayam, yang ternyata tidak membuahkan hasil sesuai harapan.

Kemudian beberapa kali berkreasi membuat aneka macam pagar bambu, yang juga tidak berhasil menahan serangan ayam. Sampai akhirnya menyesuaikan jenis tanaman yang tidak rentan serangan ayam serta menyesuaikan juga menu dan pola makan anggota KAIL. Inovasi terakhir ini bertahan cukup baik.

Talas, yang tahan serangan ayam (Foto: dok. KAIL)
Talas, yang tahan serangan ayam (Foto: dok. KAIL)

Dalam artikel reflektifnya, beliau menyatakan bahwa dalam kegiatan komunitas, seperti pengembangan kebun di KAIL, ada banyak hal dalam rencana yang tidak dapat dijalankan.

Pada saat itu, anggota komunitas perlu melakukan perubahan dan penyesuaian agar tujuan yang lebih besar tetap dapat dicapai, dengan cara mengerahkan kreativitas dalam mencari solusi. Ragam solusi kreatif yang diujicobakan akan menambah pembelajaran, pengalaman, dan menguatkan niat.      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun