Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Belajar Pendidikan Pancasila bersama Bungsu

31 Mei 2023   01:17 Diperbarui: 31 Mei 2023   13:23 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva (Desain: Kreasi Kreatif, Foto: victorcoscaron)

"Wilayah bagian dari Indonesia diperbolehkan memisahkan diri untuk membentuk negara baru yang lebih maju." 

"Hmmm... Benar atau salah ya, jawaban untuk soal pernyataan tersebut?" benak saya spontan bereaksi. Saya sedang menelusuri soal-soal PH (Penilaian Harian) milik Bungsu, dalam rangka mempersiapkan diri sendiri terlebih dahulu, agar nanti dapat lebih nyaman dan lancar saat menemani Bungsu belajar Pendidikan Pancasila untuk PAT-nya (Penilaian Akhir Tahun).

Reaksi benak saya berlanjut. Bagi aktivis gerakan yang ingin memisahkan diri, ataupun generasi muda yang menjunjung tinggi hak asasi dan kebebasan memilih, soal pernyataan ini mungkin cenderung dijawab dengan "benar".

Sementara bagi masyarakat Pancasilais maupun generasi tua yang normatif, soal pernyataan ini mungkin langsung dijawab dengan tegas sebagai "salah".

Secara logika, terus terang saya masih bingung menentukan jawaban "benar / salah" atas soal pernyataan tersebut. Bukankah pada kenyataannya, provinsi Timor Timur dahulu juga berjuang untuk memisahkan diri dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), dan sekarang berdiri sendiri sebagai negara republik Timor-Leste? Namun bila banyak provinsi yang akan berlaku serupa, bukankah itu akan mengulang kembali sejarah pemberontakan daerah pada masa awal kemerdekaan Indonesia? Bagaimana nasib bangsa Indonesia dan keutuhan NKRI kemudian?

Rasa ingin tahu pun langsung mendorong saya untuk membaca modul pelajaran terkait. Paragraf berikut ini memberikan penjelasan yang masuk akal.

Pada saat ini, dunia tengah memasuki suatu era, yang disebut sebagai era globalisasi. Indonesia, sebagai salah satu negara di dunia ini, juga tengah melalui globalisasi. Dalam era globalisasi, batas-batas negara seolah-olah dianggap tidak ada, sehingga berbagai pengaruh dari negara lain dalam segala bidang dapat dengan mudah masuk ke Indonesia. Hal ini bisa menimbulkan dampak positif dan negatif. Kita harus menerima sepenuhnya dampak positif globalisasi. Akan tetapi, kita harus mencegah dampak negatifnya. Salah satu cara terbaik untuk menangkal pengaruh globalisasi adalah dengan memperkokoh keutuhan negara. Artinya, kita harus bersatu untuk menangkal / mencegah seluruh dampak negatif globalisasi. Kita harus bersatu dengan menjadikan Pancasila sebagai alat untuk menangkal dampak negatif itu. Jika kita tercerai berai, kita akan sulit menangkalnya.

Paragraf di atas mengingatkan saya tentang fungsi Pancasila sebagai dasar negara,

yang sakti dalam memperkokoh keutuhan negara. 

Saya tersenyum menemukan kembali nilai berharga tersebut. Benak saya tidak ragu lagi menjawab soal pernyataan itu sebagai "salah".

Waktu belajar bersama dengan Bungsu pun tiba. Ia membacakan soal dengan suara lantang. Saya manggut-manggut menyimaknya. "Terus, jawabannya apa?" saya bertanya.

Ternyata benar dugaan saya semula mengenai kecenderungan jawaban generasi muda. Ia menjawab bahwa pernyataan tersebut benar.

"Kenapa benar?" saya lanjut bertanya.

"Soalnya, kenapa tidak boleh? Kan boleh-boleh saja mandiri supaya lebih maju?!" jawabnya   

"Iya sih. Itu hak asasi pribadi. Tapi misalnya banyak orang muda terbujuk untuk kerja dan tinggal di luar negeri. Terus nanti, Indonesianya kosong? Kekurangan tenaga kerja untuk membangun negara sendiri?" tanya saya lagi.  

Kali ini, giliran dia yang manggut-manggut. "Benar juga ya, Mah. Jadi, jawabannya salah ya," katanya.

Kami berdua tersenyum bersepakat. Batin saya tau-tau terasa hangat. Seolah ada lilin kecil yang menyala lembut barusan. Nyala lilin untuk cinta Indonesia.

***

Daftar Pustaka

Yuli, 2023. Penilaian Harian 4 Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Kelas IV Semester 2. Bandung: Yayasan Prasama Bhakti, SD Santa Ursula.

Yuli, 2023. Modul NKRI Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Kelas IV Semester 2. Bandung: Yayasan Prasama Bhakti, SD Santa Ursula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun