Mohon tunggu...
Anastasia Ramandha
Anastasia Ramandha Mohon Tunggu... -

Ajining diri dumunung ana ing lathi..

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pepatah Jawa

27 April 2014   16:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah artikel pertama saya sejak bergabung di Kompasiana. “Ajining diri dumunung ana ing lathi” terpaparlah sebuah pepatah jawa di bagian biografi saya. Berawal dari sebuah percakapan dengan seorang teman berdarah Yogyakarta tulen. Meski cukup populer, namun saya yang bukan keturunan jawa saat itu tidak paham arti dari pepatah tersebut. Dengan berbaik hati, teman saya menjelaskan artinya dengan bahasa yang mudah dicerna. Ternyata maknanya sangatlah menarik, bahwa “nilai diri tercermin dari perkataan”. Memang benar, bagaimana seseorang berucap kerap menunjukan seperti apa keadaan dalam dirinya. Tiap-tiap kata yang keluar dari mulut seseorang tercermin dari pribadi juga perasaan seseorang. Pernahkah anda mengobrol dengan seseorang lalu merasa bahwa orang tersebut berjiwa sosial tinggi, bernada hangat menandakan ia seseorang yang ramah? Atau pernahkah anda menemukan seseorang yang senang sekali membicarakan tentang mobil barunya, pacar barunya, jabatan barunya, bahkan tak segan memamerkan bahwa ia habis menyumbangi anak yatim misalnya. Memulai pembicaraan memang langkah awal untuk mengenal pribadi seseorang lebih dekat.

Sebenarnya pepatah jawa di atas ada lanjutannya, yaitu “Ajining raga ana ing busana”. Intinya,  pakaian mencerminkan kepribadian. Tak bisa dielakkan, first impression atau anggapan pertama saat bertemu seseorang umumnya menilai tampilan diri terlebih dahulu. Tapi tak cukup sampai disitu, masih banyak aspek lain yang harus digali jika ingin mengetahui pribadi seseorang. Itulah alasan saya tidak memasukannya ke dalam biografi. Bagi saya, tidak ada jaminan tampilan seseorang identik dengan kepribadian dirinya. Bahkan zaman sekarang banyak oknum yang memanfaatkan paham ini untuk berkamuflase. Jika dihadapkan dengan dua orang wanita, yang satu berkerudung dan yang satu mengenakan rok mini, tentu masyarakat yang cerdas tidak akan serta merta berkesimpulan bahwa si A sudah pasti berakhlak lebih baik ketimbang si B.

Untuk bisa memahami pepatah jawa lebih jauh kita memang harus mempelajarinya lebih dalam pada pihak yang berkapasitas. Untuk satu pepatah saja bisa memiliki beragam arti dan pandangan. Begitupun jika kita ingin memahami kepribadian seseorang. Tidak cukup hanya dengan menilai dari pakaian ataupun perkataan, karena terkadang orang tidak suka mengekspresikan isi hati dengan bicara. Untuk mampu mendalami pribadi seseorang, kita harus rela meluangkan waktu bersama lebih banyak, mengamati perilakunya secara cermat, barulah mata akan menyaksikan sendiri pancaran kepribadian yang murni adanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun