Mohon tunggu...
Anastasia Bernardina
Anastasia Bernardina Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Aksara

Berbagi energi positif dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ada yang Hampir Punah (Petualangan Rahasia Part 4)

6 Februari 2023   19:00 Diperbarui: 6 Februari 2023   19:01 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada beberapa kenalan Mbah yang sesekali datang kemari mengirimkan apa yang Mbah perlukan." Pertanyaanmu sangat bagus, kamu tampak anak yang pemikir, Rio. Mbah Broto memuji Rio dengan tatapan teduh dan senyum hangatnya.

Mbah Broto melanjutkan dan menatap Adit. "Adit, apakah kamu tahu, sayur yang di mangkuk itu namanya apa?"

Pertanyaan Mbah Broto sedikit mengejutkannya karena sedari tadi dia memikirkan keris kecil yang ada di dalam tas selempangnya itu. Sesekali tangannya merogoh ke dalam tas sekadar untuk mengecek keberadaannya.

Adit menjawab dengan mimik wajah yang kelihatan ragu. "Sepertinya itu masih temannya sawi."

Mbah Broto terkekeh, "Iya, kamu hampir benar! Namun, ini bukan sawi, ini namanya genjer."

Genjer bisa dimasak dengan cara ditumis. Genjer biasanya tumbuh di perairan dangkal ataupun di persawahan. Orang-orang menyebutnya sebagai tumbuhan liar dan dianggap sebagai sayuran orang miskin karena sekitar tahun 1930 jika sudah tidak ada sayuran lain yang dapat dipanen, maka genjer bisa sebagai pelengkap kebutuhan makan sehari-hari. Orang-orang bisa dengan bebas mengambilnya di persawahan atau rawa karena tumbuh secara liar.

"Ah, Mbah ini. Di sini kan tidak ada sawah atau perairan. Bukankah, tanah di daerah ini digunakan warga untuk berladang? Bagaimana caranya Mbah mendapatkan genjer ini?" Adit selalu penuh semangat dan rasa ingin tahunya tidak kalah besar dengan Rio.

Mbah Broto tersenyum kembali, "Adit, kamu memang cerdas, Nak!"

"Sebetulnya genjer juga bisa ditanam di tanah, asalkan tanahnya tetap basah. Mbah mencoba menanamnya di ember bekas dan ternyata berhasil. Mbah hanya mencoba melestarikan beberapa yang hampir punah di pasar tradisional. Jantung pisang dan genjer sudah hampir punah di pasar tradisional. Hanya daerah tertentu saja yang mungkin masih mudah menemukannya di pasar tradisional.

Wira melirik Sekar yang tampaknya sudah ingin makan, namun obrolan malah semakin seru. Wira memberanikan diri berucap, "Mbah, kapan kita makannya? Aku sudah tidak sabar ingin mencicipinya."

Rio sedikit mencegah, "Sebentar, ada satu lagi yang belum dibahas oleh Mbah. Itu goreng ular kecil ya, Mbah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun